Bagaimana mungkin aku tidak mengenal sosok lelaki itu. Dia Arya teman kuliah sekaligus kekasih yang telah meninggalkanku untuk menikahi perempuan lain. Aku yang naif ini tidak pernah tahu bahwa telah dikhianati selama ini. Tiba-tiba kudapati kabar ia tengah mempersiapkan pernikahan di kampungnya. Perih!

Bagaimana mungkin aku bisa lupa dengan lelaki itu. Terlalu sakit luka yang ia tinggalkan untuk hatiku. Rasanya ingin menggunting waktu hingga peristiwa itu hilang dari ingatanku. Tragedi pengkhianatan itu sudah satu dasawarsa yang lalu. Selama itu juga aku tidak bertemu dengannya. Sekarang, di ruang tunggu Gate 5 Bandara Hang Nadim Batam, lelaki itu berjarak 5 meter dari tempatku duduk. Ada getaran aneh ketika mataku menangkap keberadaannya. Sungguh aku tidak mau bertemu. Untuk lelaki rupawan itu hatiku masih menyisakan benci, rindu, sayang dengan komposisi yang berantakan tapi sepertinya benci lebih mendominasi.

" Apa kabar dek? ". Kualihkan pandangan dari layar HP, kudapati lelaki itu sudah duduk tepat di depanku. Tak lama berselang suara operator bandara yang mengumumkan keberangkatan pesawatku. Segera kumatikan HP dan memasukkannya ke dalam tas. Segera bangkit dari duduk dan berkata padanya " Permisi, Pak, " aku berlalu tanpa menoleh

#tantangangurusiana hari ke-67