Turino Kuswara

Turino Kuswara. Lahir di Desa Tinombo, Kecamatan Tinombo, Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, tanggal 22 Juli 1975. Riwayat Pendidikan yang per...

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA KAMI PERNAH BERSEMI (Bag. 41)

CINTA KAMI PERNAH BERSEMI (Bag. 41)

Hubungan Semakin Memburuk (7)

“Kenapa wanita itu tidak membalas? Apakah ia sudah pulang ke rumahnya?” Bobi mengamati jam tangannya. Sudah jam 10.00. Artinya siswa kelas 1 sudah selesai menerima materi pelajaran. Itu pun artinya Gina yang ditunggui Mona sudah keluar.

Dimas kembali berkerja menyelesaikan pekerjaannya yang telah menumpuk. Selama ia sibuk mengurus istrinya yang sakit Dimas tidak pernah datang ke sekolahnya. Pekerjaan yang harus diselesaikannya itu berkaitan dengan tugas yang harus diselesaikannya sendiri selaku kepala sekolah. Beberapa pekerjaan telah di selesaikan oleh staf sekolahnya. Ia tinggal menandatanganinya saja.

Sejak meninggalnya Meri, Dimas masih harus mengurus pelaksanaan kegiatan mengenang istrinya. Saat ini Dimas sudah tampak pasrah. Anaknya Sindy juga sudah mulai terbiasa hidup tanpa ibunya lagi. Untunglah Sindy mulai mengerti. Saat ini Sindy sedang dititip ke rumah neneknya. Di sana ada Syeila yang selalu memperhatikan ponakannya itu. Dimas tidak terlalu mengkhawatirkan anaknya itu. Sebelum berangkat ke tempat kerja, Dimas telah menitipkan uang jajan untuk Sindy pada Syeila.

Dimas sangat bersyukur masih memiliki orang tua dan seorang adik yang belum menikah. Merekalah yang saat ini menjadi orang terdekat Dimas dan Sindy. Selain itu kedua orang tua Meri juga sangat sering menanyakan kabar cucunya itu.

Mona tiba di rumahnya setelah berjalan sekitar 15 menit. Ia membuka handphone.

“Maaf Mas, aku tidak sempat pamit padamu tadi. Aku sudah sampai di rumahku. Jam berapa balik, Mas? Mona mengetikkan beberapa kalimat di tombol handphonenya.

“Hmmmm….kenapa tidak sempat pamit? Memangnya sulit bagimu untuk mengetikkan satu atau dua kata pamit? Dimas membalas dengan kalimat sindiran halus. Namun ia tidak marah. Ia paham pasti ada alasannya sehingga wanita itu pergi begitu saja.

“Apakah kau marah padaku? Tanya Mona sambil sedikit tersenyum. Ia tahu Dimas tidak akan pernah marah padanya.

“Menurutmu bagaimana?” Tanya Dimas dengan menyertakkan sticker tersenyum

“Nah, itu kan kamu tersenyum…hehehe” Mona membalas dengan sticker tersenyum pula.

“Aku akan segera pulang setelah pekerjaanku selesai. Ada beberapa dokumen yang harus kutandatangani. Dokumen-dokumen ini sudah bertumpuk sejak aku tidak berkantor. Beruntunglah sebagian besar dokumen ini telah selesai dikerjakan oleh staf saya.” Dimas menjawab pertanyaan Mona sebelumnya.

“Mas, kau harus selalu menjaga dirimu. Jangan lambat makan dan perbanyaklah beristirahat. Kau tampak sangat pucat. Jika di perjalanan pulang kau merasa capek atau mengantuk, berhentilah sejenak untuk memulihkan kondisimu”

Entah kenapa Mona merasa perlu untuk memperingatkan Dimas. Perasaannya kini benar-benar nyaman. Dimas yang telah lama hilang dari kehidupannya itu kini telah hadir kembali. Namun kini situasinya berbeda. Mereka berdua telah menikah dan memiliki masing-masing seorang anak.

Bagi Mona yang terpenting dia telah menemukan Dimas kembali. Benih-benih cinta yang pernah mereka tabur kini terasa kembali bertumbuh di hati Mona. Ia berharap Dimas juga akan terus menyayanginya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post