Tuti Haryati

Saya Tuti Haryati, lahir di Jakarta, 16 April 1975. Pemerhati inklusi yang selalu melayani dengan hati, memiliki hobi membaca dan menulis. Pemerhati ini menyele...

Selengkapnya
Navigasi Web
Literasi Wujud Prestasi Gemilang TantanganGurusiana 60 Hari Ke 4

Literasi Wujud Prestasi Gemilang TantanganGurusiana 60 Hari Ke 4

Menguatkan potensi guru dan potensi siswa ibarat dua mata pisau yang tidak bisa dipisahkan. Pengalaman berlitarasi bertahap demi bertahap saya lalaui sebagai pelaku. Nano-nano yang saya jalankan, mengupayakan saya untuk selalu bisa memberi warna dalam setiap aktifitas saya, dimanapun dan kapanpun.

Memilki kemampuan literasi adalah instrumen bagi kita unntuk berproses menjadi guru yang berpengetahuan dan peradaban. Terutama minat baca dan tulis masyarakat Indonesia. Untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia biasa kita mulai dari sekolah, yang mana sekolah itu merupakan tempat/lembaga yang dirancang untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa yang tentunya kegiatan itu tidak terlepas dari aktifitas membaca. Maka dari sinilah pentingnya mengembangkan budaya membaca di sekolah.

Satria Darma (2015: 190) mengatakan bahwa buku adalah gudang pengetahuan untuk membangun peradaban. Jadi, membaca buku adalah kunci untuk membuka gerbang pengetahuan dalam membangun peradaban. Memilki kemampuan literasi adalah instrumen bagi warga unntuk berproses menjadi sebuah bangsa yang berpengetahuan dan peradaban.

Ada beberapa sumber permasalahan yang mengakibatkan kemampuan literasi siswa-siswi di Indonesia termasuk dalam kategori rendah. Permasalahan itu diantaranya: 1) Rendahnya Minat Baca Guru; 2) Sulitnya Akses Buku yang Menarik Minat Baca Siswa; 3) Kondisi Perpustakaan yang Kurang Memadai; 4) Ketersediaan Buku Bacaan; dan 5) Rendahnya Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis Literasi.

Melihat berbagai permasalahan yang kita temui dalam literasi khususnya gerakan literasi sekolah, maka hal ini memerlukan solusi yang efektif agar terciptanya generasi muda yang melek literasi. Dari permasalahan yang ada penulis lebih memilih poin empat dalam menanganinya. Penanganan ini memerlukan proses, proses yang penulis lakukan diantaranya : 1) Mengadakan atau mengikutkan guru dan siswa dalam pelatihan kepenulisan; 2) Mewujudkan hasil pelatihan dengan penugasan yaitu membuat buku keroyokan baik karya guru maupun siswa; 3) Mengikutkan mereka pada ajang perlombaan kepenulisan; dan 4) Menantang untuk membuat gebrakan sagusabu dan sasisabu sampai terwujud.

Pemerintah daerah menilai penulis telah berkontribusi dalam mensukseskan gerakan literasi yang ada didaerah masing-masing. Yaitu melalui gerakan literasi sekolah. Penulis berusaha untuk mengajak sebagian guru untuk ikut berkonstribusi dalam kepenulisan. Melalui kelas opini Tulungagung, kelas keroyokan di mulai.

Harapan besar nanti setelah gurunya terbentuk dan segera bisa berdampak pada siswanya. Sinergi yang dibuat penulis harapannya bisa menguatkan kegiatan literasi yang ada di Tulungagung. Dan berdampak bagus kepada sekolah yang sudah mulai muncul GLS nya ke sekolah lainnya yang belum terbentuk. Aktif dalam berbagai kegiatan sosial pada relawan literasi sangat berharap akan merubah Tulungagung lebih baik lagi, sehingga terbangun gerakan literasi yang bagus, menjadi akses karakter untuk semua guru dan semua siswa.

Perjalanan yang sangat menggembirakan ini memberi dampak pada manfaat lain yaitu : 1) Sekolah bisa barter buku dari sekolah lainnya, 2) sebagai pemenuhan buku bacaan di perpustakaan; 3) ada nilai ekonomis yang didapatkan yaitu berupa royalti dari penerbit atas buku kita yang terpilih dan di cetak oleh penerbit mayor; dan 4) Semua penulis muda menjadi Percaya diri atas apa yang di tulisnya dan 5) menjadi karya yang membanggakan buat mereka.

Membangun karakter membaca dan menulis walaupun sulit tetap saya lakukan, agar mimpi besar agar Kabupaten kota tercinta bisa menjadi icon peradapan tentang literasi. Walaupun perjalanan itu saya mulai dari sekolah SMP Islam Al Azhaar Tulungagung. Dan harapannya akan berimbas ke sekolah lain.

Gerakan Literasi Sekolah merupakan usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (siswa, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh sekolah untuk mengatasi beberapa permasalahan diatas, diantaranya: 1) Keteladanan; 2) Sediakan waktu membaca khusus membaca rutin; 3)Libatkan orang tua; 4) Menata dan tingkatkan pelayanan perpustakaan; 5) menata lingkungan dan kelas; 6) pastikan ketersediaan buku bacaan; 7) bentuk club membaca; 8) Melatih keterampilan guru dan siswa dalam pembelajaran berbasis literasi; 9) Buatlah kompetisi dan berikan reward; dan 10) Tantangan membaca.

Dari solusi yang di buat, penulis memilih solusi pada poin delapan yaitu melatih keterampilan guru dan siswa dalam pembelajaran berbasis literasi. Mimpi besarpun akan kita raih jika kita disiplin dalam menerapkannya. Yaitu dengan memberi tugas liburan kepada siswa kita. Beri mereka tugas liburan berupa tulisan. Terserah tulisan apa yang diinginkan. Baik Cerpen, Puisi, Pantun, resensi atau hanya sekedar bercerita saat liburan.

Tugas ini menjadi sangat mulya dan produksi tulisan siswa yang akan diterbitkan bukunya menjadi nyata hasilnya. Berupa apa ?, sangat jelas dan membagakan ya tentu berupa buku bacaan yang menyenangkan dari mereka.

Proses belajar membangun gerakan literasi ini dirasa sangat pas, jika antar guru dan siswa bersinergi, dan saling mendukung. Menjalin jejaring pun sangat diharapkan mulai dari Dinas pendidikan, perpustakaan, komisi A bidang Literasi, guru, siswa dan sekolah baik negeri maupun swasta secara kontinyu. Walaupun Tulungagung terkesan terlambat, tidak masalah, optimis untuk mewujudkannya tertap penulis akan wujudkan.

Untuk mendukung daan menumbuhkan kegiatan literasi, dibutuhkan penciptaan kreatifitas yang tinggi dan pengawalan yang terstruktur dalam semua aktifitas. Seperti yang dicontohkan di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung Jatim, dengan pengawalan program kreatifitas membaca dan menulis harus terwujud. Mulai dari program 15 menit baca, meresum pembicara ketika Majlaz di Minggu ke 3, Program membaca dan menulis di setiap libur sekolah dengan tema yang sudah di tentukan, Gunung literasi ketika siswa mengadakan program liburan, dan mengadakan pelatihan Sagusasi (satu buku satu siswa). Penguatan yang dijaring, antara siswa dan guru agar sinergi, maka dikuatkan program guru dengan sagusabu (satu guru satu buku) serta membiasakan diri guru menulis dengan membuat tulisan sederhana berupa reportase dalam setiap kegiatannya.

Kata literasi ini kemudian dikonstruksi sebagai pemahaman kegiatan membaca melalui program kerja yang dilakukan oleh SMP Islam Al Azhaar Tulungagung (produksi wacana) dan dalam proses konsumsi wacana, masyarakat (sasaran) tidak melakukan penolakan dan cenderung mengikuti arus, namun masyarakat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang literasi lebih bersikap kritis dan mengintrepretasikan program tersebut sebagai sebuah wacana. Harapannya akan memberi dampak positif yang nantinya akan memberikan inspirasi positif terhadap sekolah lainnya.

Literasi itu bukan hanya upaya menumbuhkan gemar membaca. Lebih dari itu, empat keterampilan informasi yaitu mencari, mengolah, menggunakan, dan menyajikan informasi baik lisan maupun tulisan akan terwujud berkat kebiasaan membaca. Disadari atau tidak, karakter peradapan dan pola pikir siswa dan guru akan berubah menjadi lebih kritis, cerdas dan berwawasan global.

Penulis sangat sepakat, secara garis besar, budaya literasi dalam 2 tahun telah membawa SMP Islam Al Azhaar menoreh prestasi Gemilang. Sehingga nampaknya jelas pada implementasinya tidak meragukan lagi, bahkan harus terwujud dengan nyata. Tentu, hal ini diharapkan mampu mengobati kekhawatiran sejumlah pihak akan ketidakberpihakan K-13 terhadap dunia literasi.

Jika tidak, program optimistis ini pastilah akan berantakan di tengah jalan. Yang penting dicatat, sekolah harus menyediakan 15 menit bagi siswa untuk membaca. Tidak lama, namun jika rutin, dampaknya akan luar biasa. Hal-hal teknis tentang penyediaan waktu 15 menit ini perlu diatur sedemikian agar tidak mengganggu jam-jam efektif pembelajaran. Waktunya bisa pagi hari sebelum memulai jam pertama pembelajaran di kelas, atau siang hari setelah jam terakhir.

Berdasarkan survei, kebiasaan membaca sebelum masuk kelas, memang harus di biasakan. Selain itu siswa wajib membaca buku-buku pilihannya sendiri, dan dalam kurun waktu tertentu mereka harus menyelesaikan satu buku. Tak lupa, mereka membuat review atau resensi terhadap buku yang mereka baca.

Pembiasaan yang dimunculkan penulis dalam mewujudkan harapan, agar di setiap kabupaten siap menyajalankan program GLS, akan terwujud satu sekolah satu buku karya terbaik siswa. Ditargetkan bahwa setiap sekolah mampu mencetak satu buku sebagai hasil seleksi tulisan terbaik siswa. Pembudayaan membaca saja membutuhkan tenaga dan biaya yang besar, apalagi pembudayaan menulis. Perlu ada pelatihan-pelatihan praktis yang secara cepat mampu membuat siswa SD, SMP, dan SMA/K membaca dan menulis secara menyenangkan.

Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam GLS. Dengan demikian, pencerdasan bangsa menjadi tanggungjawab bersama, bukan hanya sekolah melainkan juga pemerintah, orangtua, dan lembaga swasta. Selamat Membaca!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post