Dia bernama agung. Saya dan suami menemukan agung ini di tepi jalan raya. Setelah ditanya ternyata dia adalah seorang anak autis yang terbuang oleh keluarganya. Walaupun dia autis namun banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kepribadiannya. Melihat dari asal usul Agung ini, ternya dia adalah anak yang normal pada awalnya. Namun ketika kehidupan yang mencekik, si nenek yang menjadi tulang punggung dari keluarganya tidak mampu untuk memberi makan dan minum dalam kesehariaannya. Maka setiap tidak ada makanan yang mau ia makan si Agung ini berteriak hesteris, sehingga si nenek dan keluarganya bingung untuk di kasi makan apa , kebetulan makanan dirumahnya telah habis.

Hari demi hari dilewati dengan keterbatasan makanan di rumah. Si nenek dengan penghasilan pemulung setiap harinya tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Hanya sekitar Rp. 25.000 ,- perhari. Rasanya tak cukup untuk biaya hidup seperti sekarang ini. Miris hati ini melihat keberadaan mereka yang serba kekurangan.

Suatu hari kami dari Yayasan Rumah Anak Sholeh Inyah Bintan, dipertemukan dengan Agung dan keluarganya. Pada tahun 2016/2017 inilah, saya dan segenap pengurus dating kerumahnya untuk bersilaturrahmi. Dengan keadaan yang memilukan hati keadaanya rumahnya. Perjanjian dan percakapan terjadi diantara kita pihak pengurus Inayah dengan Nenek dan keluarganya. Maka kami bawalah Agung untuk kami urus di Inayah. Di Yayasan RAS INayah Bintan, Agung di ajarkan Ibadah sholat, mengaji bahkan makan dan minum dengan teratur. Sampai pada waktunya si Agung pun dihitankan. Sehingga dia tumbuh berkembang dengan baik dan dapat beradaptasi dengan teman-temannya di Inayah.