Jangankan guru, murid saja enggan datang ke perpustakaan. atau sebaliknya? Perpustakaan di sekolah biasanya dijadikan sebagai gudang buku, bukan gudang ilmu. Padahal perpustakaan adalah jantungnya sekolah. Dulu petugas perpustakaan adalah guru yang tidak mendapat jam mengajar, atau pegawai lain yang tidak memiliki kesibukan. Dengan kata lain guru yang tidak memdapat tugas dibuang ke perpustakaan.

Tapi kini petugas perpustakaan seharusnya orang yang memahami dan dapat mengelola perpustakaan dengan baik. Paling tidak pernah pelatihan pengelolaan perpustakaan, sehingga perpustakaan gudang buku berubah menjadi gudang ilmu.

Bagaimana mengelola perpustakaan yang benar? Berfdasarkan pengalaman ada beberapa langkah agar semua penghuni sekolah senang mengunjungi perpustakaan.

1. Perpustakan ditata seindah mungkin. Rak buku berjajar rapi di pinggir ruangan sehingga ruang baca di tengah terasa lebih luas dan leluasa. Buat tempat baca yang dapat sambil duduk di bangku, lesehan, atau berkelompok.

2. Setiap buku diberi warna yang berbeda sesuai dengan jenis buku agar mudah mengatur, dan menyimpannya selesai dibaca. (bila belum diberi nomor sesuai dengan kategori perpustakaan resmi seperti Perpusnas atau Perpusda)

3. Pasang buku menarik dengan cover menghadap ke depan sehingga mudah terlihat oleh pengunjung.

4. Pasang hasil karya siswa di sepanjang dinding ruang agar meriah.

5. Sebulan sekali membuat lomba penulisan resesnsi atau laporan membaca buku.

6. tambahkan dengan pengalaman Bapak/ Ibu.

Untuk menarik minat guru, biasanya koran atau tabloid yang menarik dapat dipinjam dari yang berlangganan.

Bila perpustakaan ditata dengan nyaman maka semua akan berminat masuk ke perpustakaan ( sekalipun sekedar tidur). Apalagi bila tersedia komputer yang dapat mengakses internet, dan tersedia printer untuk mendapatkan ilmu baru dari internet. Dijamin gudang buku berubah menjadi gudang ilmu.