Menyematkan Cinta pada Rindu yang Parau
Menyematkan Cinta pada Rindu yang Parau
Oleh Uki Lestari
Atun binti John Referedon tengah menikmati bintang dan rembulan di langit kelabu. Bergulat bersama angin malam nan beku. Hasrat untuk melumat martabak mesir tetiba tebersit di pikirannya. Bujang sang belahan jiwa mengajaknya membeli makanan kesukaaannya itu keluar. Bujang hendak menyematkan cinta pada rindu Atun akan martabak mesir yang begitu parau.
Hati Atun begitu bahagia. Bagaimana tidak, belahan jiwanya menuruti apa yang dia minta. Atun begitu mencintai Bujang. Lelaki yang ngeselin karena selalu membuat Atun merindukannya. Di usianya yang makin senja, Atun makin menyayanginya. Makin mencintainya.
Mereka pun berangkat. Bujang dan Atun memutuskan membungkus martabak tersebut untuk dimakan di rumah mereka. Namun, tatkala perjalanan pulang, Bujang menanyakan pada Atun, "Sayang, kita ngapain ya barusan keluar?" Atun cemberut. Pipinya membengkak seperti bakpao. Keinginannya pupus di saat tak satu pun yang dia tenteng untuk dibawa pulang. Hiks!
25 Desember 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kasihan. Salam sukses untuk Ibu.
Aduh Bujang, kasihan dong Atun. Hehe..
Bujang bujang ada ada saja. Keren. Salam literasi.
keren
Iiits.. apa yg terjadi, kok martabaknya gak jadi dibungkus pulang. Bujangnya keburu pikun, lalu lupa beli ya...keburu pulang?
Iya, Bu. Hahahaha. Entah apa yang merasukinya. Hihihihi