ULFA WAHYUNI, S. Pd.I.

Anak ke tiga dari empat bersaudara ini Lahir di Langsa Aceh Timur, menempuh kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2004-2008. Saat ini aktif mengajar d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ramadhan Pertama Andini (3)
Gambar: www.kartunmuslim.blogspot.com

Ramadhan Pertama Andini (3)

Tantangan Hari ke -83

#TantanganGurusiana

Oleh: Ulfa Wahyuni, S.Pd.I.

Awal Bulan Ramadhan ini Ibu mendapatkan libur bekerja selama 3 hari. Awal Ramadhan biasanya Ibu dan keluarga kecilnya mengujungi kakek dan nenek di kampung. Menikmati sahur dan buka puasa pertama bersama kakek dan nenek di kampung yang sangat sejuk dan asri. Namun Awal Ramadhan kali ini Ibu tak dapat mengunjungi kakek dan nenek karena Ayah tidak mendapat libur bekerja.

Setelah makan sahur dan Salat Subuh Andini kembali tidur bersama Ayah dan adik. Udara pagi ini terasa begitu sejuk. Suasana di jalan depan rumah terliat sepi. Kendaraan dan orang – orang tak terlihat berlalu – lalang seperti biasanya.

Setelah menyelesaikan urusan piring, dan dapur, Ibu duduk sejenak melihat – lihat telepon genggamnya. Ibu hanyut dalam telepon genggamnya. Ia membaca sebuah tulisan. Tulisan tersebut berjudul “Guru yang Loba”. Hadir rasa kesal di hati Ibu saat memebaca tulisan tersebut. Tulisan itu berisi tentang keegoisan guru yang hanya memberikan tugas menggunung pada peserta didiknya tanpa memberikan arahan dan bimbingan dalam belajar. Lebih lanjut tulisan tersebut bicara tentang guru yang lebih sering duduk di ruang guru pada jam pembelajaran.

Penulis “Guru yang Loba” menggunakan kata – kata yang terkesan kasar. Ibu tergerak ingin mengetahui siapa pembuat tulisan itu. Tak ada nama jelas, hanya nama pena Pelangi Hati. Ibu menemukan facebook penulis, beberapa postingan cerpen. Ibu terus membaca potongan – potongan cerpen yang diposting Pelangi Hati di Facebooknya. Pilihan kata yang berbeda. Kata – kata yang tidak umum dipakai. Sepertinya penulis ini orang sastra. Ternyata memang gaya tulisannya yang lugas menuliskan apa yang terjadi apa adanya, mungkin tak bermaksud kasar.

“Hebat betul penulis ini.” ucap Ibu di dalam hati. Rasa kesal berubah menjadi rasa kagum karena gaya bahasa yang digunakan penulis berbeda dan penuh makna. Tiba – tiba terlihat sosok anak kecil keluar dari pintu kamar dengan mata setengah tertutup.

“Andini sudah bangun, sini duduk di dekat Ibu.” Ibu merapikan rambut Andini yang berantakan.

“Ibu hari ini Bulan Ramadhan ya? ucap Andini sambil menggosok – gosok matanya.

“Iya” Ibu menjawab singkat.

“Hari ini boleh makan jam berapa Bu?” Andini bertanya lagi sambil berbaring di pangkuan ibunya.

“Hari ini Andini boleh makan jam 12. Kalau Ibu boleh makan nanti saat azan Salat Maghrib.” Ibu memberi penjelasan.

(bersambung)

#Cerbungfaksi

Catatan: cerita ini berbentuk faksi, mohon jangan baper jika ada kesamaan nama dan kejadian.

Tanjung Emas, 06 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap idenya..

10 Apr
Balas

Mengajarkan berpuasa memang dari kecil, biar waktu besar terbiasa

07 Apr
Balas



search

New Post