ulik susanti

Nama saya Ulik Susanti, lahir di Magelang pada tanggal 04 Februari 1971. Riwayat Pendidikan: MI Ma'arif Bulurejo lulus th. 1983, MTs Negeri Kota Magelang lulus ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Biskuat Rasa Terasi

 

 BISKUAT RASA TERASI

 

Udara pagi ini menelisik masuk melewati celah kecil diatas jendela dapur. Merambat halus ke seluruh permukaan kulit langsat Nani. Di lihatnya pemandangan luar melalui celah kain korden yang tersingkap. Nani mendongakkan kepalanya menatap benda bulat di dinding dapur, memastikan dirinya tidak salah bangun, Jam 05.00. Jam segini masih gelap. Penasaran dengan apa yang dilihatnya, ia segera menuju ke jendala, membuka gerendel jendela. Segera udara segar membuai seluruh wajah Nani. Ditariknya nafas dalam-dalam memenuhi seluruh rongga dada. Suara riuh ayam tetangga di belakang rumah, saling bersahutan mengejar laron. Induk ayam berkotek memanggil anak-anaknya. Mengiringi kegiatan Nani pagi ini yang terlambat bangun.

 

Segera Nani memulai aktifitas di kantor mungilnya, berukuran 2 x 3 meter itu. Dinyalakan dua tungku kompor. Satu tungku untuk memasak air minum dan satu tungku untuk menggoreng lauk. Setiap pagi Nani menyiapkan makanan yang simpel saja, mengingat anak-anak yang masih kecil, dan dia sendiri berangkat kerja sambil mengantar anaknya ke sekolah.

 

Seperti pagi ini, Nani hanya membuat minum untuk suami dan anak-anak, serta menggoreng naget tahu buatannya sendiri. Segera ia menyiapkan satu gelas besar teh suaminya dan tiga gelas kecil untuk susu ketiga anaknya. Diambilnya teh di lemari tempat persediaan bahan makanan, karena teh yang di meja habis. “Ini kog kue ada di sini?” batin Nani begitu melihat bungkusan kecil segi empat berwarna kuning dan merah. Diambilnya bungkusan itu dan dipindahkan ke tempat khusus jajanan anak.

 

Kembali Nani ke kompor, menyelesaikan pembuatan minum dan menggoreng lauk. Suami Nani yang baru pulang dari mushala duduk di kursi kayu sambil menyeruput teh panas buatan isterinya.

 

“Anak-anak belum bangun Nan?”

 

“Belum Mas, tolong bantu bangunkan ya Mas. Tanggung ini.” Nani hanya menoleh sebentar ke arah suaminya. Tangan Nani masih sibuk menggoreng lauk dan menyiapkan bekal untuk anak-anak. Pagi ini Nani amat ribet karena bangun kesiangan, dan belum menyiapkan bekal anak-anak. Disiapkan dua tempat bekal untuk anaknya. Si sulung Afdan di TK besar dan yang tengah Hana masih di Play Grup. Biasanya Nani menyiapkan bekal anak-anak itu sebelum tidur, namun karena tadi malam nglembur pekerjaan sekolah, ia tidak sempat menyiapkan bekal. Dia menutup laptopnya langsung tidur.

 

“Langsung mandi Dan, ini sudah siang,” perintah Nani kepada Afdan. Di siapkan air hangat di kamar mandi, dan menuntun Afdan yang masih terkantuk-kantuk masuk ke kamar mandi. Super cepat Nani memandikan Afdan, kebetulan juga tidak banyak ulah si Afdan ini. Diserahkan Afdan ke ayahnya yang sedang menggendong Hana. “Duh ini ada masalah dengan si Hana.” Nani berniat mengambil alih Hana dari gendongan suaminya.

 

“Ayo sama Ibuk Nak,” tangan Nani meraih badan Hana yang tetap melekat di gendongan ayahnya. Susah nggak mau dilepas. Tangan Hana melingkar ke leher ayahnya dengan kuat.

 

“Ya udah Mas sampeyan yang mandiin Hana, biar Afdan sama saya,” kata Nani selanjutnya. Pagi ini berjalan normal, walau tadi ada insiden kecil dari Hana. Semua sudah siap untuk berangkat sekolah, setelah terlebih dahulu sarapan. Nani memastikan bekal jajanan dan minum anak-anaknya sudah ada di dalam tas.

 

Mendung tipis masih menutupi matahari pagi, gerimis sisa hujan tadi malam masih mengiringi langkah-langkah pengejar asa. Agak malas kaki ini menginjakkan tanah basah. Dalam balutan dingin Nani menerabas rintik hujan, memacu dengan waktu yang tidak bisa di ajak kompromi barang sebentar saja.

 

“Bila hujan begini jalanan pasti macet, para pemilik mobil akan keluar mengunakan mobilnya,” batin Nani. Benar saja di depan TK Mutiara Kasih telah berderet mobil terparkir di halaman sempit itu. Segera Nani mencari tempat parkir yang dekat dengan pintu. “Uff penuh semua. Disini nggak papa jauh dikit.” Diparkirkan motor mio hijau disela-sela mobil para orang tua.

 

Afdan langsung berlari ke lorong TK dan melepas mantelnya, di susul Hana yang berdiri di dekat tiang, melihat kakaknya sibuk melepas mantel.

 

“Assalamu’alaikum Nak,” sapa Bu Ririn kepada anak-anak.

 

“Alaikum salam Bu Ririn,” jawab Afdan sambil mencium tangan Bu Ririn.

 

Nani menyalami Bu Ririn dan mengambil mantel dari lantai.

 

“Bu maaf, untuk Play Grup nanti pulang lebih awal. Karena para Guru ada kegiatan di Kantor Kabupaten. Untuk Mbak Hana boleh dibawa pulang sekarang biar Ibu tidak repot jemputnya nanti,” kata Bu Ririn menjelaskan.

 

“Ya Bu terima kasih infonya. Ayo Hana salam dulu sama Bu Ririn,” kata Nani selanjutnya. Setelah pamit dan bersalaman dengan Afdan dan Bu Ririn, Nani dan Hana kembali ke motornya dan melanjutkan perjalanan menuju sekolah Nani.

 

Dalam perjalanan menuju tempat kerjanya, terjadi insiden lagi, Hana merengek minta pulang nggak mau ikut ibunya ke sekolah.

 

“Tanggung cantik bila harus pulang, Ibu telat kalo harus ngantar Hana balik. Nanti Ibu antar pulang setelah masuk kelas ya Nak?” bujuk Nani. Nanggung bila harus ngantar pulang dulu, soalnya sudah separo jalan menuju sekolah Nani, lagian dia juga masuk jam pertama. Jadilah sepanjang perjalanan diiringi nyanyian sedihnya Hana hingga sampai di sekolah.

 

“Alhamdulilallah... belum masuk, masih kegiatan pembiasaan di mushala,” batin Nani dan segera ia masuk ke ruang guru. Didudukkan Hana di atas kursinya, ditaruhnya  bekal Hana di atas meja, beserta kertas, krayon dan buku mewarnai. Setelah memberikan beberapa pesan kepada Hana, Nani dengan tergopoh-gopoh segera bergabung dengan anak-anak di mushala. Waktu berlalu hingga pelajaran jam pertama habis dan tidak ada kendala lagi dengan Hana. Dilihatnya ia masih asyik mencoret-coret kertas bergambarnya.

 

Suasana ruang guru sepi hanya ada Hana duduk di kursi belakang dan Nani duduk di sofa, didepan kursi para guru. Menikmati berita pagi melalui lembaran koran daerah. Tiba-tiba Hana memanggil ibunya.

 

“Bu! Aku nggak mau coklat ini!” teriak Hana sambil mengangkat bungkusan kecil warna kuning dan merah.

 

Nani menoleh ke arah anaknya, melihat bungkusan warna kuning merah itu. “Kog coklat? Bukannya itu biskuat?” pikir Nani. “Ah mungkin Hana belum paham dengan jenis makanan,” pikir Nani karena memang anak ini kalo nyebut sesuatu semau-maunya sendiri.

 

“Ya Nak, taruh lagi di tempatnya. Nanti dimakan sama susu di rumah ya?” Nani menegaskan ke Hana mungkin mau seperti kakaknya bila makan biskuat akan dijadikan bubur susu.

 

“Hana nggak mau coklat itu. Nggak enak!” teriak Hana.

 

“Kog aneh? Hana nggak mau coklat?” batin Nani sambil tetap meneruskan membaca koran.

 

Tak lama berselang, bunyi bel pergantian jam ke dua berbunyi. Bu Nisa masuk ke ruang guru dengan mengucap salam, dan langsung duduk di kursi belakang ruang guru bersisian dengan tempat duduk Nani. Yang saat ini ada Hana. Entah apa yang di obralkan mereka berdua Nani nggak begitu memperhatikan karena agak jauh.

 

Sambil duduk Bu Nisa, mencari sesuatu sambil mengendus, seluruh benda di atas meja dibuka-buka dan tetap di carinya sumber bau yang mendarat di hidungnya.

 

“Bu Nani, di sini kog bau kaos kaki ato apa ya? Nggak asing bau itu.” Kembang kempis cuping hidung Bu Nisa masih penasaran dengan bau misterius itu. Dia jongkok mencari di bawah meja. Karena penasaran atau mungkinkah kaos kaki Hana? Bu Nani berjalan ke belakang dan mengikuti gerakan Bu Nani, berjongkok mencari bau misterius.

 

“Bau apa to Bu? Aku nggak ngerasa tu,” sambil celingukan tak paham Nani masih berusaha membantu Bu Nisa mencari bau itu. Sampailah Bu Nisa dibawah meja Hana dan mendapati benda kecil berwarna coklat kehitaman.

 

“Ketemu Bu, mungkin ini! Tolong ambilkan tisu Bu Nani!” teriak Bu Nisa dari bawah meja Hana. Segera Nani menghambur di meja depan, diambilnya kotak pink di meja tamu dan segera diserahkan ke Bu Nani.

 

“Wah apa Bu itu kog dibawah meja anakku?” tanya Nani penasaran. Akhirnya berdua dengan Bu Nisa dibukanya tisu penutup sumber tak sedap itu. Di tarik ke hidung Bu Nisa dan dibauinya benda itu dengan penuh penasaran. Dan Bu Nisa memandang ke arah Nani dengan bergumam “terasi.”

 

“Kog ada terasi di bawah meja Hana, sapa yang bawa ato mungkin tikus Bu?” segera Nani berlari ke meja Hana. Memeriksa mungkin ada sarang tikus di bawah meja.

 

“Bukan Bu, ini kelihatannya habis dikunyah trus dilepehkan lagi,” jelas Bu Nisa.

 

“Hah!!??” Nani kaget “Hana makan terasi, dari mana?” diperiksanya bekal Hana di atas meja. Dan...

 

“Ya Allah!!.....” teriak Nani sambil ketawa. “Untung sekolahnya pulang awal,” lanjut Nani. Bu Nisa terheran-heran melihat Nani ketawa sendiri.

 

“Ada apa Bu?” tanyanya heran, membuat para guru yang sudah mengerubungi meja Bu Nisa dan Nani menatap mereka penasaran dan penuh khawatir.

 

“Aku salah kasih bekal Hana!” teriak Nani di sela ketawanya. Membayangkan bila Hana membawa bekal terasi itu ke sekolah dan membayangkan hidung Bu Nisa yang cengar cengir mencari sumber bau itu tadi.

 

“La memang bekalnya apa?” tanya Bu Ina yang sudah paham dengan keteledoran Nani.

 

“Terasi, yang aku kira biskuat tadi. Makanya Hana bilang coklat. Dan tak suruh makan nanti dirumah buat bubur susu dia bilang nggak mau,” jelas Nani yang membuat ramai ruang guru itu dengan suara ketawa mereka.

 

Akibat bangun kesiangan, terasi yang sudah diletakkan dilemari bumbu tadi dia pindah ke lemari bekal. Dengan gerakan cepatnya dia pindahkan lagi ke tempat bekal Hana. Untung bukan bekal Afdan yang terisi terasi. “Allah masih tetap memberi yang terbaik.” Biskuat Rasa Terasi.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya. Pengalaman tak terlupakan.

11 Mar
Balas

Makasih bu

12 Mar

Iya Pak monggo. Matur nuwun

11 Mar
Balas

Iya makasih pak

11 Mar
Balas

iya Pak terima kasih. maaf masih jadul balaz Bapak dr kemarin keluarnya di atas terus. malu saya

13 Mar
Balas

kereeen dan mantulsaya sampai sekarang masih kesulitan merangkai kalimat dalam paragrap

11 Mar
Balas

Matur nuwun buSsya juga blm bisa. Itu tdi malam tekok jedul gitu aja

11 Mar

Matur nuwun buSsya juga blm bisa. Itu tdi malam tekok jedul gitu aja

11 Mar

Matur nuwun buSsya juga blm bisa. Itu tdi malam tekok jedul gitu aja

11 Mar

Lucu ceritanya,tp asyik bunda.

10 Mar
Balas

Matur nuwun bu

11 Mar

Matur nuwun bu

11 Mar

Matur nuwun bu

11 Mar

Bu Ulik, keren abis, dech...ceritanya lucu.

11 Mar
Balas

Bu Ulik, keren abis, dech...ceritanya lucu.

11 Mar
Balas

Matur nuwun bu

11 Mar

mantap keren cadas... sukses selalu...salam literasi...ijin follow dan follow back, makasih

11 Mar
Balas

iya Pak terima kasih. maaf masih jadul balaz Bapak dr kemarin keluarnya di atas terus. malu saya

13 Mar



search

New Post