Ulil Amri

Suami, Ayah 2 anak, Guru di Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ), KSA....

Selengkapnya
Navigasi Web
Debat Karakter untuk Siswa SD

Debat Karakter untuk Siswa SD

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara baik dan benar, baik lisan maupun tulisan dan menumbuhkan apresiasi terhadap hasil kesusateraan Indonesia. Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan berbicara.

Keterampilan berbicara merupakan salah stau aspek kemampuan berbahasa yang harus dimiliki siswa. Disamping kemampuan membaca, menulis, dan menyimak. Berbeda dengan membaca yang merupakan kemampuan berbahasa tertulis yang bersifat reseptif, kemampuan berbicara justru memberikan informasi yang telah terlebih dahulu didapatkan pembicara melalui menyimak, membaca dan menulis. Dengan menguasai keterampilan berbicara yang baik, siswa akan mudah menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain

Menurut aliran komunikatif dan pragmatik, keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak berhhubungan secara kuat. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaaan, dan keinginan kepada orang lain. Keterampilan tersebut didasari oleh rasa percaya diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, berat lidah, dll. (Iskandarwasid & Sunendar, D.2011:239-241).

Kurangnya penguasaan siswa terhadap keterampilan berbicara menjadi salah satu masalah yang umum ditemui di SD. Rasa minder, takut salah, berat lidah mengakibatkan komunikasi di kelas lebih banyak didominasi oleh guru dan siswa yang pandai saja. Untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan strategi pembelajaran bahasa yang mampu mengaktifkan siswa berbicara. Salah satu strategi tersebut adalah strategi debat aktif.

Debat aktif (Active Debate) menurut Melvin,( 2011:141) merupakan “metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan, terutama jika siswa diharapkan mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan diri mereka sendiri. Ini merupakan strategi debat yang secara aktif melibatkan tiap siswa di dalam kelas, tidak hanya mereka yang berdebat”.

Dengan kata lain, komunikasi lisan tidak hanya terjadi antara para debator saja, tetapi melibatkan seluruh kelas yang menyimak berlangsungnya debat. Debat aktif yang dilaksanakan berbasis karakter sehingga siswa tidak hanya belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang lain, namun juga memperhatikan karakter yang hendaknya dimilikinya berdasarkan masalah yang diperdebatkan dengan situasi pro dan kontra.

Langkah-langkah pembelajaran debat aktif berbasis karakter ini memberikan kesempatan kepada semua siswa dalam kelompok pro dan kontra yang menyampaikan pendapatnya terhadap materi yang dibahas. Strategi ini dapat dikemas dalam bentuk permainan yang dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif berbicara, menghargai pendapat orang lain, dan menghilangkan sifat pasif, pemalu, karena dalam pembelajaran siswa dituntut untuk menyumbangkan sarannya. (Ampera, 2010; 68). Siswa juga berusaha menyampaikan pendapatnya dengan baik dam merasakan bahwa apa yang dibicarakan akan diterima di kelompoknya atau mendapat tanggapan dari kelompok lain (Tahar, 2014:8).

Dengan melaksanakan strategi pembelajaran debat aktif berbasis karakter ini diharapkan kemampuan berbicara siswa mengalami pengingkatan yang signifikan.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Debat

Debat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2001: 169) merupakan pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.

Debat merupakan kegiatan bertukar pikiran antara 2 (dua) orang atau lebih yang masing-masing berusaha mempengaruhi orang lain untuk menerima usul yang disampaikan. Terdapat dua kelompok dalam debat yaitu kelompok pro dan kelompok kontra.

Menurut Tarigan (1981:86), “debat merupakan latihan atau praktek persengketaan atau kontroversi. Debat merupakan suatu argumen untuk menentukan baik atau tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung afirmatif, sedangkan suatu usul tertentu yang ditolak atau disangkal disebut penyangkal atau negatife.”

Senada dengan pendapat di atas Tahar, H (2014: 28) berpendapat bahwa debat merupakan aktivitas berbicara yang dilakukan untuk bertukar pendapat , mengemukakan argumentasi-argumentasi atau gagasan-gagasan masing-masingb yang menekankan pada pemikiran dan bahasa yang santun , tidak saling menekan, memojokkan, egois, dan tidak disertai aktifitas fisik atau otot yang dilakukan untuk merobohkan argumen yang lemah mencari kebenaran. Sehingga debat yang dilaksanakan dalam dunia pendidikan memiliki nilai-nilai kebaikan dalam berbicara, memiliki karakter jujur, saling menghargai dan jauh dari permusuhan.

B. Debat sebagai salah satu strategi pembelajaran berbicara di SD

Menurut Tarigan (2008), berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dalam kehidupan anak, didahului oleh keterampilan menyimak. Secara linguistik berbicara erat kaitannya dengan kosakata yang dimiliki anak. Agar anak dapat berbicara dengan lancar dibutuhkan keterampilan lain yang berguna menunjang kemampuan berbahasanya. Berbicara merupakan suatu cara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya untuk mengeluarkan gagasan, bertukar pikiran, mengemukakan perasaannya agar dapat dimengerti oleh orang lain.

Secara garis besar, berbicara didepan masyarakat (public speaking) dapat dibagi atas yang empat jenis, yaitu:

1. Berbicara dalam situasi –situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan yang bersifat informatif (informative speaking).

2. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifatkekeluargaan, persahabatan (fellowship speaking).

3. Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (persuasive speaking).

4. Berbicara pada konferensi (conference speaking) yang meliputi diskusi kelompok (group discussion) yang dibedakan atas:

a. Kelompok tidak resmi (informal), dapat dirinci atas kelompok studi (study group), kelompok pembuat kebijakan (policy group).

b. Kelompok resmi (formal) yang mencakup pula; 1) konferensi, 2) diskusi panel, 3) simposium.

Dari uraian diatas, debat digolongkan ke dalam seni berbicara. Debat yang dilakukan terarah dan memiliki etika berbicara, tidak egosentris, keras kepala, dan suka memaksakan kehendak kepada orang lain. Debat yang dilaksanakan di kelas hendaknya menghormati pendapat orang lain, menghargai, serta bertanggung jawab dengan pembicaraan yang disampaikan. Debat hendaknya dapat menumbuhkan sikap berani berbicara pada diri anak, menyatakan gagasannya dengan bahasa yang santun.

Menurut Tarigan (2008), pembicaraan yang bersifat informatif dapat dilandaskan pada lima sumber utama, yaitu: a) pengalaman-pengalaman yang dihubungkan seperti perjalanan, petualangan, dan cerita roman/novel. B) Proses-proses yang harus dijelaskan, seperti pembuatan sebuah buku, mencampur pigmen-pigmen untuk membuat warna-warna serta memotret bunyi, c) Tulisan-tulisan yang harus dijelaskan/dipahami seperti arti/makna konstitusi dan falsafah Plato, d) Ide-ide atau gagasan-gagasan yang harus disingkapkan seperti makna estetika, e) Instruksi-intruksi atau pengajaran-pengajaran yang harus digambarkan atau diperagakan, seperti bagaimana bermain catur atau bagaimana cara membuat kapal.” Debat menurut Tarigan, memegang perana penting dalam penyusunan konstitusi, politik, bisnis, hukum, dan dunia pendidikan.

Berdasarkan bentuknya debat dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe; debat parlementer, debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan sebelumnya, dan debat formal (formal, konvensional, atau debat di bidang pendidikan). Debat formal bertujuan memberikan kesempatan

C. Strategi Debat Aktif Berkarakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa SD

Teknik debat aktif dapat mendukung siswa untuk berani mengomentari, menyanggah, mengkritik sesuai dengan posisi dan peran yang dimainkan. Dalam penerapan teknik debat aktif ini terdapat hal yang berbeda dari prosedur debat konvensional, yaitu siswa akan mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya. Selain itu, formasi duduk siswa dikondisikan seperti setengah lingkaran yang di tengahnya terdapat dua juru bicara dari kelompok pro dan kontra yang ditemani oleh dua moderator yang masing-masing memprovokasi kelompok pro dan kontra.

Dalam pembelajaran, penggunaan teknik debat aktif dalam pembelajaran tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan. Namun, lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa dalam berbicara, dalam hal ini kemampuan siswa yang diarahkan meliputi kemampuan untuk berargumentasi, mendengarkan pendapat yang berbeda, menyanggah, dan menyampaikan kritik. Siswa juga dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan dapat dipertanggung-jawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa belajar bagaimana menghargai adanya perbedaan. Hal ini sesuai dengan sintaks pembelajaran debat yang dikemukakan oleh Suyatmo (2008) dan Susilowati (2012). Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat. Menurut Susilowati (2012), debat termasuk salah satu model embelajaran inovatif.

Rahman (2011:12) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran debat sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra.

2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok diatas.

3. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu.

4. Kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mengemukakan pendapatnya.

5. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dan setiap pembeicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.

6. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.

7. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

Berikut rancangan/desain suasana debat yang direncanakan:

X

X

X

X

X

X

X

Pro

Kontra

X

X

Pro

Kontra

X

X

Pro

Kontra

X

X

X

X

X

X

X

D. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Debat Aktif

1. Kelebihan Strategi Pembelajaran Debat Aktif

Kelebihan yang dimiliki strategi ini terletak pada kemampuannya membantu siswa memantapkan pemahaman konsep terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan, melatih siswa bersikap kritis, dan melatih siswa berani mengemukakan pendapat.

2. Kelemahan Strategi Pembelajaran Debat Aktif

Kelemahan strategi ini berada pada situasi yang lebih banyak dikontrol guru sebagai moderator agar debat berjalan tertib, tidak berebut, dan tidak didominasi hanay oleh siswa yang sama. Berbeda dengan debat di universitas, pembelajaran debat aktif di SD difokuskan pada bagaimana siswa aktif berbicara dan pembelajaran menjadi hangat dan menarik, (Tahar, H. 2014: 42-43)

BAB III

DESAIN PEMBELAJARAN

A. Skenario Pembelajaran Debat Aktif Berbasis Karakter Kelas VI

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Sekolah : SDN. 13 Kapalo Koto

Kelas : V

Semester : 1

Aokasi Waktu : 3 x pertemuan (6x35 menit)

Standar Kompetensi : Berbicara; memberikan informasi dan tanggapan secara lisan

Kompetensi Dasar : Menanggapi sesuatu hal disertai alasan dengan menggunakan bahasa yang santun

Indikator :

1. Memaparkan informasi dengan bahasa yang lugas jelas.

2. Memberi tanggapan dengan alasan yang santun.

3. Memperagakan debat aktif di depan kelas dengan baik.

Tujuan Pembelajaran:

Dengan model debat aktif berkarakter siswa dapat memaparkan informasi, memberi tanggapan dengan santun, dan memeragakan debat aktif di depan kelas.

Materi Pembelajaran:

“Debat aktif tentang Keberadaan Pengemis dan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pusat Kota”

Model Pembelajaran: Debat Aktif (Active Debate)

Langkah Pembelajaran:

1. Tahap Pengenalan

a. Pada tahap pertama ini guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran,menciptakan suasana yang kondusif.

b. Guru memajang gambar pengemis dan Pedagang Kak Lima (PKL) menggunakan Slide Projector, dan meminta tanggapan siswa tentang gambar.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Tahap Pembentukan Konsep

a. Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam 2 kelompok peserta; kelompok pro pengemis dan PKL, dan kelompok Kontra, guru menjadi notulen sekaligus moderator.

b. Setelah selesai pembagian kelompok, guru membagikan lembaran kliping koran tentang dilema pengemis dan PKL di pusat kota. Siswa membaca materi dengan seksama.

c. Siswa memahami dan mencari fakta dan alasan logis alasannya bersikap pro maupun kontra terhadap keberadaan pengemis dan PKL di pusat kota.

d. Guru memfasilitasi siswa melakukan perdebatan dalam bentuk permainan dimulai dari salah seorang siswa dari kelompok kontra terhadap keberadaan pengemis dan PKL di pusat kota, setelah itu guru meminta kelompok pro menyatakan pendapatnya secara bergantian sehingga seluruh siswa mendapat giliran untuk berbicara. Guru menjaga debat berjalan tertib dan hangat.

e. Guru menuliskan gagasan siswa dan menambahkan ide-ide yang belum terungkapkan

3. Tahap Penerapan Konsep

a. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang informasi tentang pendapatnya mengenai keberadaan pengemis dan PKL di pusat kota.

b. Guru meminta siswa memberikan alasan jawaban mereka.

c. Siswa dan guru bertanya jawab tentang solusi dari masalah yang ada.

d. Guru menugaskan siswa membuat ringkasan permasalahn keberadaan pengemis dan PKL di pusat kota.

e. Siswa dan guru melakukan refleksi dan tindak lanjut.

B. Media

1. Gambar pengemis dan PKL

2. Artikel/kliping koran pro pengemis dan PKL

3. Artikel/Kliping koran kontra pengemis dan PKL

C. Evaluasi

Tertulis:

- Membuat ringkasan artkel dengan bahasa siswa sendiri

Sikap:

- Penilaian dalam debat aktif.

DAFTAR PUSTAKA

Ampera, Taufik. 2010. Pengajaran Sastra: Teknik mengajar Sastra Anak Berbasis Aktifitas. Bandung: Widya Padjadjaran.

Iskandarwasid & Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Melvin. L. SIlberman. 2011.Active learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif., Bandung: Nusamedia.

Rahman. 2011. Model Mengajar dan Bahan Pembelajaran. Jatinangor: Alqa Prisma Interdelta

Suyatmo. 2008. Model-model Pembelajaran. (online). http//sanggarguru blogspot.com

Susilowati. 2012. Debat Model Pembelajaran Inovatif. (online). http://sebuahkaryailmiahblogspot.com

Tahar, Herliza. 2014. Peningkatan Apresiasi Sastra Anak Dalam Pembelajaran Cerita dengan Model Debat Berbasis Karakter. Thesist tidak diterbitkan. Bandung: UPI. Journal UPI Respository.

Tim KBBI. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Gramedia

Tarigan, H.G. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, H.G. 2008. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Sumber internet:

https://elsaelsi.wordpress.com/tag/pedagang-kaki-lima-yogyakarta-ikuti-sertifikasi/

http://news.liputan6.com/read/2144985/jadi-pengemis-kakek-di-banten-bisa-beli-mobil-dan-motor

Lampiran 1

Gambar Pengemis dan Pedagang Kaki Lima (PKL)

1.pengemis tua 2.pengemis tua dan muda

3.PKL tertib 4.PKL tidak tertib

Lampiran 2

Artikel 1

Jadi Pengemis, Kakek di Banten Bisa Beli Mobil dan Motor

By Yandhi Deslatama

on 09 Des 2014 at 16:26 WIB

Pengemis tajir ini terkena razia satpol PP Banten. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Banten - Hanya menjadi seorang pengemis, seorang kakek tua, warga Desa Sukaraja, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, berhasil memiliki penghasilan melebihi pegawai kantoran. Luar biasa, dengan hanya mengemis sang kakek berhasil mengumpulkan pendapatan hingga Rp 4 juta per bulan. Karena mengemis juga, si kakek bisa membeli mobil.

"Sudah belasan tahun saya ngemis di Cilegon dan Serang. Alhamdulillah saya punya kreditan mobil pick up dan motor yang mesinnya gede itu (Yamaha Satria F)," kata Amat di Kantor Satpol-PP Kota Serang, Banten, Selasa (9/12/2014).

Pengemis ini terjaring razia yang dilakukan Satpol-PP Kota Serang di perempatan Ciceri, Kota Serang, Banten.

"Setiap hari minimal Rp 100 ribu. Kalau hari libur bisa sampe Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per hari. Lumayan buat bayar cicilan mobil sama motor. Mobil aja DP-nya Rp 15 juta, cicilannya Rp 3 juta. Motor DP-nya Rp 4 juta, cicilannya Rp 900 ribu per bulan. Jadi per bulannya harus Rp 4 juta buat bayar kreditan," terang Amat.

Selain memiliki mobil dan motor, Amat pun memiliki lio atau tempat pembuatan batu bata merah dari hasil mengemisnya. "Saya memiliki 7 orang anak, mobil dan motor dipakai anak yang tinggal di Tangerang. Sekarang saya tinggal di kontrakan di daerah Ciwaktu (Kota Serang)," jelas dia.

Pria tua yang biasa mengemis di Perumahan Cilegon Indah, Kramatwatu, Warung Pojok, dan Ciceri ini seringkali dilarang anaknya mengemis. Namun dia tak mengindahkan larangan anaknya tersebut.

"Saya ingin hidup bebas aja, kan enak. Lumayan bisa buat bayar cicilan mobil," tegas Amat.

Kepala Satpol-PP Kota Serang, Achmad Mujimi mengatakan, pihaknya menggelar razia rutin untuk menertibkan anak jalanan dan pengemis di Ibukota Provinsi Banten. "Kita telah menjaring 8 anjal dan gepeng di sekitar Perempatan Ciceri," kata Mujimi.

Razia dilakukan setelah sebelumnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten melarang warganya memberikan uang kepada pengemis dan anak jalanan (anjal). Larangan ini karena mengemis dinilai membuat hidup para pengemis dan anak jalanan (anjal) tersebut menjadi tidak mandiri. Jika ada warga yang melanggar larangan ini, Pemprov Banten menjatuhkan sanksi hukuman kurungan 3 bulan dan denda Rp 50 juta.

"Jika ingin membantu, bisa menyalurkan ke panti sosial atau ke lembaga-lembaga yang sudah kita tentukan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Banten, Rano Karno di Serang, Selasa 2 Desember 2014. (Ali/Sun)

Artikel 2

Pedagang Kaki Lima Yogyakarta Ikuti Sertifikasi

Pemkot Yogyakarta mulai melakukan sertifikasi kesehatan makanan yang dijajakan oleh para pedagang kaki lima (PKL) di seluruh wilayah di Kota Yogyakarta. Tahun 2010 ini Pemkot Yogyakarta telah menganggarkan dana sebesar Rp 10 juta untuk program sertifikasi bagi PKL tersebut.

Kepala Bidang Regulasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tuty Setyowati mengatakan, proses sertifikasi PKL tersebut akan dilakukan dalam dua tahap. Setiap tahap berjumlah 50 orang PKL yang merupakan perwakilan dari kecamatan dan PKL di Jalan Malioboro.

“Sertifikasi ini kita lakukan dengan pelatihan dan penilaian. Pelatihan sendiri tentang pengolahan makanan yang baik dan higienis,” terangnya saat ditemui di Balaikota Yogyakarta. Pelatihan itupun juga mencakup pemilihan bahan baku, cara pembuatan, penyajian makanan hingga menjaga kebersihan peralatan makanan.

Untuk tahap pertama, pelatihan pengelolaan makanan telah dilaksanakan pada 17-18 Juni lalu. Pada 19-23 Juli nanti akan dilakukan penilaian hasil pelatihan sekaligus penyerahan sertifikat. Sedangkan sertifikasi tahap kedua akan dilakukan pada 5-6 Agustus mendatang.

Menurutnya, penilaian dalam program sertifikasi meliputi beberapa aspek antara lain, pengelolaan kebersihan tempat berjualan, seperti penyajian makanan, serbet yang digunakan, dan cara pencucian alat makan. Khusus untuk pencucian alat makan, pedagang harus menggunakan air mengalir melalui kran.

“Karena kran sulit diharapkan, maka kami menyarankan penggunaan ember yang dilubangi bagian bawahnya sebagai pancuran untuk mencuci. Air kotor cucian ditampung dalam ember lain yang diletakan di bawahnya,” tambahnya.

Pemkot akan memberikan stimulan kepada masing-masing PKL berupa celemek berwarna biru kuning, masker, dan penutup kepala. Sementara untuk sarung tangan plastik akan menyusul.

Bungkus makanan yang digunakan, kata Tuty, juga akan dinilai. Pedagang tidak boleh menggunakan plastik kresek berwarna untuk membungkus gorengan atau makanan yang dibawa pulang oleh pembeli. Selain itu, pemakaian minyak goreng juga akan diawasi. Pedagang hanya boleh menggunakan minyak goreng maksimal dua kali. “Jika digunakan lebih dari dua kali, maka akan menjadi minyak tak jenuh yang bisa memicu munculnya penyakit degeneratif seperti kolesterol,” katanya.

Sertifikat higien sanitasi ini, kata Tuty, nantinya wajib ditempel di tempat penjualan. Sehingga masyarakat mengetahui, PKL yang belum dan telah bersertifikat. Sementara untuk pengawasan PKL akan dikerjasamakan dengan pihak ketiga. “Bagi PKL yang telah bersertifikat tapi tidak mengelola makanan dengan baik akan kami bina. Jika tiga kali dibina tetap bandel, maka sertifikat akan kami cabut,” katanya.

Terpisah, Ketua Lembaga Lembaga Pemberdayaan Komunitas Kawasan Malioboro (LPKKM) Rudiarto mengaku belum mendapatkan sosialisasi mengenai program sertifikasi PKL tersebut. Namun, dirinya mendukung program itu jika tujuannya untuk peningkatan kesejahteraan PKL.“Saya harap proses sertifikasi tidak membebani PKL. Artinya tidak ada pungutan biaya,” katanya. Yulianingsih

Dicopas dari Republika.online

Lampiran 3

Evaluasi

1. Ringkasan Informasi

Nama Siswa:

Kelas dan semester:

Soal: Buatlah ringkasan tentang berita yang telah kalian perdebatkan di dalam pembelajaran tadi sesuai dengan pendapatmu masing-masing, berikan alasannya!

...............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

...............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

2. Penilaian Kemampuan Berbicara

No

Nama Siswa

Kemampuan Berbahasa

Keaktifan

Diksi

logika

intonasi

1

2

3

3. Penilaian Skala Sikap

No

Nama Siswa

Sikap dan Perilaku Saat Berdebat

Menghargai

Sabar

Tertib

1

2

3

TUGAS AKHIR

MATA KULIAH TEORI DAN PRAKTEK PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI SD

DOSEN: Dr. Hj. Vismaia Damaianti, M.Pd

Strategi Pembelajaran Debat Aktif Berbasis Karakter Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Oleh:

ULIL AMRI

NIM.1404533/KELAS P2TK

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya pernah mengajar di SD, SMP, dan SMA/MA, menerapkan metode debat dalam pembelajar masih belum optimal, karena umumnya yang berani menyampaikan pendapat siswanya hanya itu-itu saja, bagaimana caranya semua siswa bisa aktif dalam pembelajaran?

21 Jun
Balas

Perlu proses ibu. Kenalkan aturan main dulu, dan minta siswa konsisten dan saling menghormati argumen masing-masing. Untuk SD guru menjadi pusat pengaturan, sehingga belun bisa berpusat pada siswa. Membawa siswa menonton berbagai video lomba debat juga sangat membantu.

29 Oct



search

New Post