Umi Fadilah, SE

Umi Fadilah, SE. Guru di MTsN 5 Tulungagung. Mengajar mata pelajaran IPS. Mencoba belajar menulis di media ini sebagai usaha mengasah kemampuan diri. Semo...

Selengkapnya
Navigasi Web

Saat Cintamu Mengenal Kasta

#Tulisan pertama di bulan September

Siapapun didunia ini tidak bisa memilih, dia akan lahir seperti apa, dari siapa atau dalam keadaan yang bagaimana. Semua sudah ditulis dengan halus dan indah dalam kitab di lauful mahfudz. Semua memiliki rahasia yang hanya diketahui oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Hitam putih, baik buruk, pahit manis semua adalah rahasia. Hanya doa dan harapan yang selalu dipanjatkan, semoga Tuhan goreskan tulisan yang indah.

Begitu juga dengan Anisa, gadis remaja yang cantik dan sholehah. Berasall dari keluarga taat beragama, santun dan dihormati dilingkungan karena kealimannya. Allah berikan kelimpahan ilmu agama bagi keluarganya, tapi dari segi materi mereka keluarga yang sangat sederhana. Penghasilan dari service elektronik abi Yazid ditambah keuletan Anisa sebagai penjahit kampung hanya memberi mereka kehidupan yang jauh dari mewah. Tidak ada perabotan istimewa apalagi mahal.

Siang itu udara sedikit mendung. Angin sepoi-sepoi waktu dzuhur membuat siapapun terbuai untuk terkantuk-kantuk. Anisa masih duduk manis sambil melihat tv di ruang keluarga, saat abahnya datang dan menyapa.

“ Assalaamu’alaikum. Ada tamu nduk di depan” sapa abi Yazid yang baru pulang dari masjid.

“ Waalaikumsalam abah” jawab Anisa sambil mencium lembut tangan abahnya, tak lupa senyum manis buat abah tercinta.

Anisa tinggal berdua dengan abahnya di rumah itu, setelah ibunya meninggal dua tahun yang lalu. Kakak laki-lakinya, kak Aziz merantau ke Surabaya bekerja sebagai guru ngaji di sebuah sekolah dasar islam. Mereka tinggal di rumah yang diwariskan oleh kakak abi Yazid yang sudah meninggal dan tidak punya anak. Abi Rohman dulu memiliki anak, tapi sudah meninggal saat masih umur 5 tahun karena sakit. Menyusul istrinya sepuluh tahun kemudian karena sakit juga. Sekarang abi Yazid, begitu orang sekampung memang tinggal dirumah itu, setelah rumahnya hanyut terbawa sungai Lamong yang meluap efek dari banjir di Bengawan Solo.

Anisa hendak beranjak menuju dapur menyiapkan makan siang buat abahnya. Itu yang selalu dilakukannya saat abi Yazid pulang dari sholat jama’ah dzuhur. Seperti ibunya dulu.

“ Abah mau langsung dahar atau minum kopi dulu?” lanjut Anisa

“ Abah tidur saja dulu nduk. Capek. Itu, tamunya ditemui dulu.” Jawab abi i Yazid

Anisa berjalan menuju teras, disana sudah menunggu Husain, cinta kecilnya. Dipersilahkan Husain untuk duduk di kursi teras. Itu adabnya. Kerena mereka bukan muhrim, jadinya duduknya di teras, tempat yang bisa dilihat oleh orang banyak. Sehingga tidak timbul fitnah.

“Assalamu’alaikum bang Husain. Silahkan duduk. Disini saja ya.” Kata anisa sambil mengatupkan telapak tangan di dada.

“ Waalaikumsalam Anisa. Iya disini aja, sejuk. “ jawab Husain seraya duduk.

“ Ada perlu apa bang? Tumben siang-siang kerumah. Ambil jahitan umik Habibah? Maaf belum selesai, janjinya kan masih seminggu lagi.” Kata Anisa nerocos.

Husain tersenyum melihat Anisa yang bicara seperti peluru keluar dari pistol. Meskipun pelan, tapi rentetannya itu membuat penuh telinganya.

“ Bukan Nis. Aku kesini mau ketemu kamu. Kangen ” jawab Hausain lembut.

Anisa tersipu mendengar jawaban Husain. Pipinya memerah, merona seperti jambu di kulit pipinya yang putih lembut. Wajah gembul itu tambah menggemaskan bagi Husain. Wajah gadis lembut yang lama disukainya. Sudah setahun ini Husain mantap jatuh cinta secara dewasa pada Anisa, dan cinta itu tudak bertepuk sebelah tangan. Mereka menjalin cinta. Tapi cinta mereka tidak mudah, perlu perjuangan yang lebih berat.

“ Apa kabar umik Habibah, bang? “ tanya Anisa

“ Alhamdulillaah baik, sehat. Abi Yazid juga sehat kan Nis?” jawab Husain.

“ Kemarin aku dengar abi Yazid tidak jama’ah subuh. Terus Jum’atan juga tidak bisa datang. Katanya kurang sehat” lanjut Husain

“iya bang. Abah agak kurang sehat akhir-akhir ini. Mungkin kecapekan. Banyak servisan. Jadi abah pusing dan masuk angin” Jawab Anisa

Anisa ingin menyampaikan sesuatu pada Husain, tapi ditahannya. Sebab dia tidak ingin merusak suasana saat ini. Anisa tahu, Husain juga pasti merasakan hal yang sama. Dan itu menjadi beban yang harus dirasakan mereka berdua. Anisa bisa melihat itu di mata Husain, ada sedikit mendung di mata indah itu. mata yang sanggup membuat Anisa menerima saat Husain menyatakan perasaan sukanya. Mata yang selalu jujur, bening, sebening hati Husain yang penuh kasih sayang.

Beberapa hari yang lalu uwak Ibrahim, adiknya umik Habibah menghampirinya di kios service. Saat itu Anisa sedang mengantar makan siang buat abahnya. Uwak Ibrahim bilang ke Anisa, bahwa Husain akan dijodohkan dengan anak kerabat abahnya. Namanya Zulfa, yang masih mondok di Gontor. Bahkan keluarga Zulfa sudah datang silaturahmi ke rumah abah Husain. Sepertinya perjodohan itu serius. Jadi uwak Ibrahim minta Anisa untuk tidak terlalu dekat dengan Husain.

Hancur hati Anisa saat itu. ingin menagis tapi ditahannya. Takut abahnya tahu. Sebab saat itu abahnya sedang keluar belanja onderdil, sehingga tidak tahu percakapannya dengan uwak Ibrahim. Yang Anisa tahu, hanya doa semoga keluarganya selalu diberikan kesabaran dan ketabahan, juga kesehatan buat abahnya.

“ Nis, aku pulang dulu ya. Nitip salam buat abi Yazid ya. Insyaallah lusa aku kesini lagi. Jaga kesehatanmu ya. Jangan lembur-lembur jahitnya.” Kata Husain pamit pulang.

“ Iya bang Husain. Terima kasih sudah mampir kesini, salam juga buat abah dan umik Habibah” jawab Anisa.

Anisa melepas kepergian Husain dengan perasaan yang hampa. Cintanya seperti ikut pergi bersama langkah Husain yang semakin menjauh. Hatinya perih. Inikah takdir. Seandandainya tulisan takdir itu tidak berada di langit, ingin Anisa menghapus dan menggantinya menjadi takdir yang baik. Ibu tidak meninggal, rumah dan toko abahnya tidak hanyut, dia bisa kuliah dan mondok. Seandainya……..

“Astaghfirullaah, ampuni aku Ya Allah” bisik Anisa lirih menyesali angan-angan jahatnya.

Diujung jalan yang lain, ada laki-laki muda yang berjalan dengan gamang. Hatinya lelah. Hatinya menangis. Perasaannya perih. Rasanya ingin dia membalik waktu. Kembali ke masa masih kecil dulu. Dia bebas bermain dengan gadis kecil kesayangannya kemana saja. Main sampan saat hujan, makan kedondong di belakang rumahnya, atau diam-diam ambil ikan di tambak untuk dibakar di rumah Anisa. Bebas, tidak ada halangan. Tapi kini semua berubah, setelah kedatangan ustadz Usman datang ke rumahnya. Cinta kecilnya ternoda.

Perbedaan keadaan social ekonomi diantara mereka menjadi penghalang utama jalinan cinta itu. Husain yang anak tunggal dari keluarga yang berada, juragan tambak di daerahnya, membuatnya menjadi penerus usaha keluarga. Ha ini membuatnya tidak bisa mengabaikan keinginan orang tuanya. Cintanya yang besar pada Anisa tak sanggup membuat kedua orang tuanya menerima perasaan itu, juga meskipun abah Husain dan abah Yazid bersahabat sejak masih mondok di Tebuireng Jombang.

Meskipun mengetahui hubungan kasih Husain dan Anisa, abah Husain tidak pernah membicarakannya. Pura-pura tidak tahu. Tapi diam-diam beliau tidak menyetujui. Demi menghormati abah Yazid, maka abah Husain mencari cara halus untuk memisahkan mereka. Tapi tetap cara itu menyakiti hati siapapun, juga abi Yazid yang diam-diam tahu tentang hal ini.

Sepulang dari sholat Jum’at seminggu yang lalu abi Yazid bertemu dengan ustadz Usman ayah Zulfa. Dari ustadz Usman itu abi Yazid tahu tentang perjodohan Zulfa dan Husain. Maksud dari ustadz Usman hanyalah berkabar dan mohon doa semoga semua itu mebawa keberkahan. Dan hanya mengaminkan doa yang bisa dilakukan abi Yazid.

Waktu terus berlalu, tibalah saat itu. Hari Ahad Kliwon bertepatan dengan hari pasaran di kios abah Yazid. Kios sedang ramai. Abi Yazid sedang melayanii pelanggan saat uwak Ibrahim mengantar undangan walimatul ‘ursy pernikahan Husain dan Zulfa. Diterimanya undangan itu untuk diserahkan pada Anisa, meskipun abi Yazid tahu ini pasti menyakiti hati Anisa.

Di dalam kamar Anisa menangis lirih. Digenggamnya kertas undangan dari keluarga abah Husain. Meskipun dia sudah tahu ini pasti terjadi, tapi tetap saja Anisa merasa terpukul. Hatinya lelah menahan kekhawatiran berakhirnya cintanya dengan Husain, tapi akhirnya saat itu tiba. Dan Anisa harus ihlas melepas cintanya. Mungkin ini jalan termulia yang diberikan Tuhan untuknya, jalan yang tertulis dengan halus di langit.

Dari jauh terdengar suara music-musik khas rumah orang punya hajat. Suara music dari rumah abah Husain dan umik Habibah. Lagu-lagu indah itu seperti belati menusuk hati Anisa. Dan dia menangis. Untuk yang terakhir kali dipandanginya foto Husain di HP, setelah itu dengan mengucap bismillah dihapusnya semua yang berkaitan dengan Husain.

Cinta kecilnya yang disemai hingga tumbuh subur dan dewasa, tak sanggup dipertahankannya. Jika tumbuhan cinta itu sudah menemukan semaian barunya,, akulah yang harus pergi….bisik Anisa. Atas nama apapun inilah yang terbaik bagii takdirnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jodoh Anisa tidak bersamanya. Pasti Anisa menemui yang lebih baik lagi

01 Sep
Balas

aamiin....semoga

01 Sep

Cerita yang menarik... salam kenal Bu.. follow back ya

01 Sep
Balas

terima kasih pak sultan. salam juga

01 Sep

Hua sedihh nya anisa

01 Sep
Balas

Hua sedihh nya anisa

01 Sep
Balas

aamiin. semoga jika ada anisa-anisa di dunia nyata, dia akan menemukan kebahagiaannya

01 Sep
Balas

Keren ceritanya. Anisaaaa ..... Sukses bunda. Lagi sempet baca.

02 Sep
Balas

Wah kalau begitu ...tanda2 bu umi

01 Sep
Balas

tanda-tanda bu

01 Sep

Jodohnya mungkin sedang mencari bekal

01 Sep
Balas

bekal hidup pak

01 Sep

Cerita yang keren bunda, apik sekali, semoga Annisa mendapat tanaman cinta yang lebih baik lagi bersamanya sampai berbunga dan berbuah, barokallahu sukses selalu

01 Sep
Balas

maunya ngisi disini bunda. " aamiin, jika ada anisa-anisa di dunia nyata, semoga menemukan kebahagiaannya"

01 Sep



search

New Post