Umi Lestari

Penulis adalah guru Bahasa Inggris alumni dari IKIP Malang dan S2 di UNIPMA. Saat ini ia mengajar di MTsN 12 Madiun. Baginya, menjadi guru penulis d...

Selengkapnya
Navigasi Web

Akhirnya Aku Ikut Lomba

Hari itu aku masuk sekolah seperti biasa. Setelah makan pagi yang disiapkan ibu, aku bergegas berangkat setelah pamit dengan ibuku. Ibuku membalas dengan senyuman indahnya. Matanya menyiratkan sesuatu yang bermakna, namun apakah itu aku tak tahu. Ah, aku tak sanggup menatap mata ibu lama-lama. Aku tak kuat. Kuciumi tangan ibu, lalu aku berangkat.

Dijalan mulai ramai dengan kendaraan sepeda motor dan mobil. Orang-orang berangkat ke tempat kerja dan ke sekolah. Aku mengayuh sepedaku dengan cepat. Sebentar kemudian aku disalip beberapa sepedamotor yang pengendaranya berseragam sama denganku. Mereka teman-teman dan kakak kelasku disekolah. Hampir semua dari siswa berangkat ke sekolah naik motor. Yang naik sepeda sepertiku hanya sedikit. Bisa dihitung dengan jari.

Tiba-tiba...

"Tet-teeeet.......... " bunyi klakson sepeda motor mengagetkanku. Hampir saja aku bersenggolan dengan motor tersebut. Aku segera minggir sambil beristighfar. Setelah itu mengucap syukur karena masih diberi keselamatan.

Sampai digerbang sekolah, aku menuntun sepedaku masuk ke parkiran. Sudah banyak motor yang parkir disana. Aku segera gabung dengan teman-teman yang duduk didekat parkiran. Kami mengobrol dan bersenda gurau disana. Tak lama kemudian bel sekolah berbunyi. Kami bergegas memasuki ruang kelas.

Hari ini jam pertama adalah pelajaran IPS, pelajaran kesukaanku. Tapi ada pengumuman akan ada lomba baris berbaris di kecamatan. Beberapa siswa ditunjuk oleh Pak Adi, guru olah raga yang akan melatih mereka. Dikelasku ada 5 siswa yang terpilih. Aku tidak terpilih, walaupun aku sangat ingin ikut lomba. Beberapa waktu yang lalu juga ada lomba futsal dan lari cepat. Teman-temanku banyak yang ikut., tapi aku puas menjadi suporter mereka. Aku sadar kenapa tidak pernah diikutkan lomba semacam itu. Kakiku cacat sejak kecil. Aku terkena folio...

Aku duduk sendiri dibangkuku. Untuk mengurangi rasa sedihku, aku selalu menggambar. Aku tuangkan kesedihanku dalam gambar itu. Pernah kuceritakan kepada ibu bahwa sebenarnya aku ingin ikut lomba. Tapi kakiku begini.... Ibu selalu mencoba menghiburku. Ibu selalu menyemangatiku.

Tiba-tiba...

" Adit, kamu dipanggil Pak Edy sekarang," suara Farid mengagetkanku. AKu menatapnya dengan penuh tanya. Aku segera menemui Pak Edy. Dan....Pak Edy memberitahu sesuatu yang membuatku tak percaya. Aku ditunjuk untuk mengikuti lomba membuat poster. Ah, senang sekali mendengarnya. Ibu pasti juga senang bila aku menceritakannya. Ini kesempatan yang sudah lama kutunggu, bisa mengikuti lomba seperti teman-teman yang lain. Aku merasa senang dan bersyukur. Akan kulakukan yang terbaik untuk lomba nanti.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap surantap kisahnya Mbak. Sukses selalu

04 Dec
Balas

Terima kasih Pak. Semoga sehat selalu

04 Dec

Kisah inspiratif, Bu. Anak-anak butuh kesempatan yang kadang kita tak menyadarinya. Salam bahagia.

04 Dec
Balas

Terima kasih Bu Cicik. Sukses selalu

05 Dec



search

New Post