PENGALAMAN MENJADI TENTOR
Mengajar merupakan pekerjaan yang sangat lekat di hati dan fikiran saya. Selain karena bapak saya yang seorang guru, saya juga kuliah di IKIP. Tentu itu juga dari arahan bapak saya supaya saya menjadi guru. Menurut beliau, profesi guru sangat cocok untuk wanita. Bila nanti sudah berumah tangga, waktu untuk keluarga masih banyak. Hal ini berbeda apabila bekerja ditempat lain, misalnya di bank. Pegawai bank sangat mentereng dan bergensi, namun pulangnya sore dan bahkan sampai malam hari. Lalu bila sudah berkeluarga susah memberikan perhatian kepada keluarga dengan maksimal.
Setelah lulus dari IKIP saya mencari pekerjaan disekolah-sekolah sesuai dengan ijazah saya. Lalu saya mengajar di sebuah SMA di kota saya Madiun. Tak seberapa lama saya melamar juga sebagai pengajar di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar ( LBB ) dikota. Untungnya jarak LBB tersebut tidak jauh dari sekolah tempat saya mengajar. Mungkin hanya 2 kilometer. Jadi setelah dari sekolah, saya langsung ke LBB. Biasanya sampai di sana saya masih sepi, siswa belum datang karena mereka baru pulang dari sekolah. Saya masih mempunyai waktu untuk sholat dan makan siang yang saya beli di sekitar LBB tersebut.
Berbeda dengan disekolah yang dipanggil Bu guru, pengajar di LBB disebut tentor. Para siswa ada yang memanggil Bu atau Mbak, karena waktu itu saya masih muda dan masih gadis saat itu. Baru lulus kuliah 2 tahun. Saya senang mengajar di LBB karena ilmu kita sangat dibutuhkan. Profesional dan disiplin merupakan hal yang diutamakan. Pelayanan dan kepuasan siswa menjadi kunci utama. Bila ada siswa tidak puas dan komplain dengan kehadiran, keilmuan dan sikap kita maka pimpinan LBB tidak segan-segan untuk menegur keras dan bahkan memberi sangsi. Sanksi bisa pengurangan jam mengajar atau bahkan tidak dipakai lagi. Sebenarnya di sekolah juga sama, pengajar harus propesional dan memberikan yang terbaik untuk siswanya. Namun bila di LBB lebih ekstrim. Tentor secara prima dan maksimal mengajar. Hampir tidak ada waktu untuk duduk selama pembelajaran. Tampil mengajar dengan ilmu yang banyak karena setiap saat siswa ada yang bertanya dan mengkritik.
Setelah beberapa bulan, saya mulai dipercaya untuk mengajar di LBB cabang di kota lain yaitu Kediri dan Tulungangung. Pernah juga dijadwal di LBB pusat di Surabaya. Tentor yang mengajar ke atau dari kota lain dikenal dengan istilah tentor terbang. Jadwal untuk tentor terbang biasanya pada hari Minggu bagi tentor yang juga mengajar disekolah. Namun bagi tentor yang hanya mengajar di LBB, jadwal ke kota lain bisa setiap saat. Selama hampir satu tahun lebih saya menikmati peran sebagai guru dan tentor. Hampir tidak ada waktu libur karena hari minggu juga masuk. Mengajar di LBB Madiun dan kadang dijadwal di kota lain. Walaupun sibuk dan Lelah namun saya jalani dengan senang hati. Bersyukur mendapat kesempatan dan pengalaman yang sangat berharga.
Namun masalah mulai muncul ketika saya mendapat nikmat lagi yaitu saya diangkat menjadi CPNS di Kementerian Agama. Saya di tugaskan di MTsN Doho ( sekarang MTsN 1 Madiun ) yang jaraknya sekitar 30 kilometer dari rumah. Saya harus mengatur waktu untuk bisa menjalani keduanya, mengajar sebagai CPNS dan tentor. Untuk di LBB saya belum berfikir untuk melepasnya karena secara finansial sangat lumayan, juga agar ilmu saya banyak tersampaikan kepada banyak siswa.
Bersambung…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar