Guru Kecilku.
Guru Kecilku.
Oleh :Umi maghfiroh
#Tagur Hari ke 2
Hari minggu kemarin saya kerumah ibu yang berada di seberang desa saya. butuh waktu 10 menit untuk sampai kesana. Kebetulan hari itu, adik yang seorang guru MAN juga di sana sejak hari Sabtu. Keponakan kesayanganku, Gibran yang masih TK B di TKQu Al Bahjah 2 menjadi magnet bagiku karena dia memanggilku ‘Budhe Cantik’, betapa senangnya hatiku _ya karena ini, aku sangat menyayanginya, he he he_
Sore itu aku sengaja ingin datang dan bercanda dengannya setelah adekku mengirimkan pesan kalau dia sekarang di rumah Ibu. Adikku bercerita, selama PJJ ini, Gibran agak sulit di ajari, karena dia lebih tunduk kepada gurunya dibandingkan dirinya. Akhirnya adik membuat aturan agar pembelajaran dirumah juga berjalan. Dia mengharuskan anaknya, Gibran setor hafalan surat pendek yang sudah di ajarkan di sekolah saat meminta apapun baik itu jajan maupun mainan. Dan dia memberitahuku untuk mengikuti aturan itu, saat aku ingin memberikan Gibran jajan atau mainan.
Kulihat ponakanku sedang bermain mobil-mobilannya saat akau datang. Aku tanyakan kepadanya, apa itu mobil baru, dia menjawab iya, dibelikan eyang (mamaku) kemarin setelah ngaji Al Fiil, maksudnya setoran hafalan surat AL Fiil. Iseng aku katakan kepadanya ,”Le, budhe cantik ajarin ngaji dong, budhe kok sudah lupa, ya!” kataku sambil mencium pipinya.
“Ngaji apa Budhe?” tanyanya kepadaku. “Ngaji Iqro,le, Gibran kan pinter, diajari ustadzah, iya, kan?”
“Iya, sini, Gibran ajarin,” katanya sambil berlarimmengambil buku sekolahnya. “Ini ya, Budhe?” dia menunjukkan buku Tafshili, semacam buku iqra yang di pakai di sekolahnya.
“Iya, ayo ajari Budhe,” aku duduk didepannya.
Dia membuka salah satu halaman yang ada dibuku itu, kemudian mulai membaca untuk mengajariku.”Ini, kata ustadzahku, ro. Yang ini, kata ustadzahku,fa. Ini kata ustadzahku, za. . . . “ begitu seterusnya sampai habis huruf di halaman itu. Aku dan semua orang disitu menahan tawa akibat kelakuannya.
Aku menjadi berfikir. Alangkah bahayanya, jika seorang guru di kelas bawah (Paud/TK) berkata yang kurang baik, karea anak didiknya akan meniru apapun yang dikatakan bahkan dilakukan gurunya. Karena hampir semua anak akan lebih percaya gurunya, dibandingkan mama/ibunya. Percayalah . . . .
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap surantap mbak... Sukses selalu
Ya begitulah ibu, anak akan lebih manut sama gurunya. Baarakallaahu fiikum Ibu Umi Maghfiroh
Benar bunda, anak-snsk itu adalah peniru yang ulung loh, lucu dan gemes punya keponakan yang pintar ya, tulisan yang menarik,sukses selalu ya bun
ulasan yang keren dan menginspirasi bunda cantik, salam literasi
Mantap, buk...Semangat selalu...
Guru sosok dewa bagi anak-anak kita. Mereka lebih percaya ucapan ustadz ustadzah dari pada orang tuanya. Apapun penilaian anak-anak terhadap gurunya semoga berdampak positif. Sukses untuk bunda
Bahaya atuh kalau gurunyao salah ngomong atau ngomong jorok hehehehehe
Kata Ustazahku, memang aku harus nurut kata Ustazah. Makanya kalau menjawab pertanyaan harus didahului kata Ustazahku begitu kata Ustazah.Hihihi .... Bingung kan? Kapan2 bawa Gibran ke sekolahan, Dek. Tak cubite pipine.
Ulasannya mantap bunda. Sukses slalu
Tulisan yang mantap dan sangat menarik bu Umi..... sukses selalu bu
Budhe yang pintar...cerita ini memang perlu disebarkan