Umi Samsul Hidayati

Guru di MTsN 6 Jombang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Logika Terbalik
http://goo.gl/sq1iGt

Logika Terbalik

Setiap sendi kehidupan manusia memiliki logikanya sendiri. Logika matematika, logika politik, logika ekonomi, logika cinta, dan logika perlombaan. Mengenai logika perlombaan, jadi ingat beberapa hari yang lalu saya bergabung dengan tim Dharma Wanita madrasah mengikuti lomba yel-yel dan menyanyikan lagu daerah. Sebagai persiapan awal semua anggota tim menyelaraskan pandangan dalam satu rapat dan menyepakati lagu daerah yang menjadi pilihan, yaitu lagu 'jaranan'. Mak kesiyaaap.. hatiku rasanya ambyar seketika. Bagaimana tidak, seumur-umur belum pernah masuk ke dunia nyanyi-menyanyi apalagi lomba, kalaupun pernah menyanyi itu pun di dalam hati, atau pas gak ada orang di dekat saya, he..he... Tetapi ada yang menarik dalam lomba kali ini, menyelaraskan semua kemampuan menjadi sebuah harmoni.

Berhari-hari melakukan latihan bersama. Tak jarang ada perubahan dalam improvisasi lagu maupun koreografi. Ini yang membuat beratnya tantangan dalam persiapan lomba. Maklum, pesertanya tidak semuanya muda, dan untuk menghafal lirik saja berulang kali keliru apa lagi koreonya, dan yang lebih sulit adalah ibu-ibu yang kebagian memainkan alat musik yang terdiri dari peralatan dapur harus ikut menyanyi. Bukan hasil yang bagus yang muncul, malah membuat semua kemekelen.. Bagaimana tidak, ketika bisa memainkan alat musik mulutnya justru diam tidak bisa menyanyi, dan ketika bisa menyanyi e...e..e.. musiknya berhenti secara otomatis.

Bergagai kecemasan muncul manakala hari sudah semakin mendekati hari H, bahkan hampir putus asa. Dharma Wanita itu sebenarnya adalah perkumpulan atau organisasi istri pegawai negeri, tapi kebanyakan para istri pegawai negeri juga bukan orang yang benas tanpa kesibukan, bahkan kebanyakan beliau-beliau juga bekerja bahkan ada yang PNS, sehingga sulit untuk sepakat bertemu sekedar untuk berlatih bersama. Ini menambah rasa cemas sebagian anggota. Waktu semakin dekat dan seperti mendapatkan energi positif, semangat terus untuk tetap mengikuti lomba apapun keadaannya. Dan gladi pun dilakukan dengan menampilkan tim DWP ini dalam upacara peringatan Hari Guru Nasional. Ternyata beda suasana beda aura. Dalam kesempatan uji coba penampilan ini ada semangat baru yang terpompa. Maklum, kita tampil di depan anak-anak yang menyaksikan dengan penuh harap bahwa ibu-ibu guru mereka bisa tampil paling bagus dan menjadi juara. Ternyata eh ternyata anak-anak murid juga tidak boleh dianggap sepi. Terbukti banyak yang nggreweli lupa lirik, lupa lagu, lupa gerakan. Bersyukurnya, anak-anak semacam mengerti kalau gurunnya juga sudah bersusah-susah tampil maksimal. Meskipun ada yang salah mereka tetap memberi semangat, bahkan bapak-bapak juga antusias memberi arahan, usulan, dan koreksi.

Tibalah hari yang ditunggu, tiga armada meluncur mengantarkan pasukan 'berani tampil' ini menuju ke tempat lomba. Memang sengaja tidak berangkat lebih awal karena diperkirakan kita tampil sudah waktu siang. Sesampai di tempat lomba ruangan seperti bertabur bintang peserta dari madrasah lain yang berdandan maksimal sesuai lagu daerah yang hendak dibawakan. Peralatan dapur yang disiapkan sebagai pengganti alat musik pun nampak sangat wah dan disulap layaknya alat musik beneran. Melihat situasi seperti ini kok nyali jadi mengkeret. Teman-teman saling pandang dan senyum-senyum geli melihat hebohnya peserta lain dalam menyiapkan diri. Tapi dasarnya aku, hemmm gak boleh merendahkan diri yang boleh adalah merendahkan hati. Saya coba bangun mental setangguh baja, coba tampilkan wajah tetap jaga senyuuuum..

Dan Bismillaah.. ketika MC memanggil nomor undian kesayangan, yup. saatnya tampil melenggang ke panggung kehormatan. Sekali lagi, entah energi dari mana, 15 orang tampil penuh percaya diri menyikapi situasi panggung yang kurang mendukung, mikrofon tak sepenuhnya bisa kami manfaatkan. Demi mamantau waktu yang memang dibatasi dalam hitungan menit, kami meneriakkan yel-yel dengan penuh lantang dan tiba saat menyanyi semua semangat memerdukan suara masing dan begerak melenggang lenggok dengan pecaya diri melebihi kemampuan pada saat berlatih. Jadilah kami tampl maksimal yang kami mampu. Mental petarung tanpa beban harus menang. Kami menyadari keadaan.

Tetapi ada yang unik, justru pada saat tampil itulah kita mendapatkan kemistri diantara anggota tim. Bahkan ketika pulang semangat untuk selalu menyenandungkan lagu jaranan selalu terdengar. Dan ketika kita tahu kita tak masuk dalam daftar pemenang lomba, lagu jaranan terdengar diruang guru dan ruang lainnya seolah masih ingin tampil lagi. Ada juga yang suka menirukan potongan dialog 'Yok kita main jaranan yooook.." dan disambut ibu-ibu lainnya " Yok..yok..yoooook.." dengan disambut gelak tawa yang lainnya. Lol lol..lol..lol..

Duuh kenapa semangatnya justru muncul setelah lomba, ya... Ini logika yang terbalik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Assalamu'alaijum gurusianers.. Salam menjelang Subuh.. Semoga berkah untuk kita semua.

04 Dec
Balas



search

New Post