Umi Zahroh

Lahir di Magelang pada tanggal 15 Desember 1975. Pernah mengajar sebagai guru wiyata bakti di sebuah MTs swasta. Sekarang dia bekerja di MTs Negeri 3 Magelang....

Selengkapnya
Navigasi Web

ES LILIN

Pak Kirun berjalan pelan-pelan karena membawa beban di pundaknya. Enam termos kecil es lilin yang dipanggul dengan bambu. Saat itu baru pukul 09.00 namun cuaca sangat panas. Keringat mengalir dari dahi dan pelipisnya. Topi bundar abu-abu yang telah pudar tak mampu melindunginya dari sengatan sang surya. Ia berhenti sejenak, meletakkan beban di atas rerumputan, lalu duduk bersandar pada pohon mahoni di pinggir jalan. Disekanya keringat yang memenuhi wajahnya dengan handuk kecil. Ia mengambil botol minuman berisi air putih dari tas dan meneguknya beberapa kali. Setelah rasa lelah dan hausnya berkurang, ia berdiri dan memanggul kembali barang dagangannya. Ia harus berjalan dua ratus meter lagi untuk sampai di sebuah desa.

Sampai di desa yang dituju, Pak Kirun membunyikan kerincingan sambil terus berjalan. Saat ia melewati sebuah rumah bambu yang tampak reot, seorang anak perempuan berusia lima tahun yang sedang bermain sendiri di halaman berjalan mendekatinya. Pak Kirun berhenti.

"Mau es lilin, Nak?" tanya Pak Kirun.

Anak itu mengangguk. Pak Kirun meletakkan termos di tanah. Ia membuka tutup termos dan menyerahkan sebuah es lilin. Anak itu tersenyum. Ia menerima es lilin lalu berlari masuk ke dalam rumah, diikuti pandangan Pak Kirun yang tersenyum dan kepala mengangguk-angguk. Pak Kirun mengangkat termos dan memanggulnya. Belum sempat ia melangkah, didengarnya teriakan amarah seorang perempuan dari dalam rumah. Pintu rumah terbuka, lalu seorang perempuan setengah baya menyeret tangan anak kacil tadi. Anak itu mulai menangis.

"Ayo kembalikan esnya!" teriak perempuan itu.

Karena tak melakukan perintahnya, perempuan itu mencubit pantat anak itu. Ia menjerit dan menangis semakin keras. Es lilin itu tetap dipegangnya. Pak Kirun tidak tega melihatnya.

"Bu, saya yang memberikan es itu. Biarkan ia menikmatinya. Saya tidak akan minta bayarannya. Hanya sebuah es lilin saja kok. Tidak apa-apa." Pak Kirun menjelaskan pada si ibu.

Si ibu melepaskan tangan anaknya. Segera anak itu berlari masuk ke dalam rumah. Akhirnya si Ibu hanya berterima kasih kepada Pak Kirun dengan wajah bersemu merah karena malu. Pak Kirun pamit untuk melanjutkan perjalanan. Ia berjalan sampai ke dekat lapangan. Di situ ada bangku panjang dari bambu dan ia duduk sambil memperhatikan enam anak yang sedang bermain layang-layang. Ia membunyikan kerincingan.

Lima anak meletakkan kaleng tempat menggulung benang lalu berlari menuju Pak Kirun. Masing-masing anak mengambil es lilin. Ada yang mengambil sebuah, ada pula yang mengambil dua buah. Mereka langsung makan esnya di situ. Kemudian datang seorang anak yang lain. Tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan teman-temannya. Ia mengambil sebuah es lilin lalu duduk di samping Pak Kirun.

Salah seorang temannya mengatakan, “Pak, nanti dia yang bayar ya.”

Kelima anak itu bergegas kembali ke lapangan dan bermain layang-layang lagi. Anak yang masih duduk di bangku merogoh saku celananya dan menyerahkan uang Rp2.000 kepada Pak Kirun.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Membaca cerpen Umi Zahro teringat masa kecil. Mantap. Sukses selalu.

02 Apr
Balas

Benar Bun, sekarang pun masih ada yang berjualan es lilin keliling. Terima Kasih telah berkunjung.

03 Apr

ini ada kelanjutannya bu tak tunggu bikin penasaran

02 Apr
Balas

Ada Pak. Tunggu ya...

03 Apr



search

New Post