Ummi Habibah Nor Apriliyanti

Ummi Habibah Nor Apriliyanti Lahir di Ngawi, 12 April 1976. Setelah menamatkan SD - SMA di Ngawi, kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada jurusa...

Selengkapnya
Navigasi Web
PELABUHAN CINTA TERAKHIR

PELABUHAN CINTA TERAKHIR

PELABUHAN CINTA TERAKHIR

Ummi Habibah N.A

Hujan yang semalam mengguyur belum kunjung berhenti. Titik-titik air masih tampak menetes di dedaunan dan jalanan. Jalananpun masih tampak sepi. Sesekali suara motor lewat namun tak lama berselang, sepi kembali menjelang. Padahal, biasanya bila hari Minggu tiba, sejak jam enam pagi orang-orang sudah mulai ramai di jalanan. Kadang hanya sekedar jalan-jalan menghirup udara segar atau memang sengaja berolahraga pagi bersama teman-teman atau keluarga.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Tampaknya matahari masih malu-malu menunjukkan sinarnya. Rasanya ingin sekali Rafi meneruskan mimpi yang semalam belum usai. Sejak subuh tadi, Rafi merasa malas untuk segera beranjak dari ranjang tidurnya. Mimpi yang semalam, terasa masih menyelimuti pikirannya. Sambil berbaring ia membayangkan seandainya dia bisa memegang piala itu alangkah bahagianya. Yah…piala yang selama ini ia idam-idamkan. Sebuah piala lomba pidato bahasa Inggris yang selama ini ia geluti. Tapi entah lomba tingkat apa, dalam mimpi itu Rafi tak mengingatnya. Sungguh ia menyesal. semalam mimpinya terputus oleh suara tikus berkeliaran yang terdengar dan sangat mengganggu tidurnya.

“Rafi……., bangun!” teriak ibunya. Tiba-tiba lamunannya buyar setelah ibu memanggilnya dengan suara yang agak keras.

“Ya bu…!”jawab Rafi dan segera ia menuju meja makan yang tepat bersebelahan dengan dapur. Tampak ibunya sedang membersihkan ikan nila kesukaannya.

“ Wah, enak nih. Ibu tahu aja kesukaan Rafi.” Kata Rafi sambil ngeloyor pergi ke ruang tengah setelah mencium pipi ibunya. Ibunya tersenyum

“ Hmmm….. cari perhatian nih.” Sahut ibunya . “ Rafi jangan lupa ya habis makan minum obatnya!” Kata Ibunya penuh perhatian.

***

Beberapa hari ini Rafi mengeluh kepala dan lehernya terasa sakit, pandangannyapun terasa kabur, tulang-tulang terasa ngilu. Hal ini ia rasakan saat bermain sepeda dua hari yang lalu. Saat mengayuh sepeda di taman depan rumahnya, dia terjatuh tiba-tiba. Untung saja, ada tetangga yang lewat dan melihat kejadian itu. Segera saja, Pak Ardi tetangganya itu membawanya ke rumah. Ibunya kaget bukan kepalang. Tidak biasanya Rafi seperti ini. Dia paling jago naik sepeda. “Kok bisa jatuh?” kata ibunya dalam hati. “Ada apa dengan Rafi?” Pikirnya dalam hati.

Setelah kejadian itu, Rafi segera dibawa ke dokter. Setelah melalui beberapa kali pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa Rafi harus banyak istirahat. Dia terlalu lelah karena banyak berkegiatan. Beberapa obat diberikan untuk mengurangi rasa sakit di kepalanya. Ibunya menyarankan agar Rafi mengurangi kegiatannya di sekolah. Namun, Rafi tidak menyetujuinya. Menurutnya ia masih sanggup beraktivitas walau kadang-kadang kepalanya terasa sakit.

Rafi memang hiperaktif. Sekarang dia duduk di kelas sembilan SMPIT Al-Kautsar. Dia sanggup melakukan beberapa kegiatan dalam satu waktu. Satu kelebihan yang jarang dimiliki oleh anak-anak sebayanya. Kini, ia didaulat oleh guru Bahasa Inggrisnya untuk mengikuti lomba pidato Bahasa Inggris bulan depan di SMA terkenal di Kota Depok. Rafi tidak merasakan hal ini sebagai beban, tapi tantangan yang menurutnya harus dipecahkan. Ia berusaha keras dan terus menerus melatih kemampuannya untuk bisa fasih berbahasa Inggris. Tak segan-segan ia bertanya pada gurunya bila ia merasa kurang pas melafalkan beberapa kata dalam bahasa Inggris. Ia ingin meraih nilai yang sempurna. Ini adalah impiannya.

***

Hari-hari berlalu, walau sakit, Rafi tetap melakukan aktivitas seperti biasanya. Baru saja ia dipanggil oleh wali kelasnya di ruang guru. “ Rafi, besok kamu persiapkan penampilanmu dengan baik ya?, ibu berharap kamu bisa mempersembahkan piala untuk sekolah kita ini. dan ibu yakin kamu pasti bisa.” Kata bu Rani, wali kelasnya.

“Siap bu!” dengan suara lantang Rafi menjawabnya. “Saya harus datang ke sekolah jam berapa berapa bu?”tanyanya.

“Lebih baik jam tujuh kita sudah siap. Biar kita gak terlambat.”Jawab bu Rina

“Baik bu. Rafi latihan lagi nanti malam biar besok bisa tampil lebih bagus.” Ucap Rafi meyakinkan.

***

Bagi Rafi, malam ini terasa panjang. Menunggu esok hari terasa lama. Dia tak bisa tidur. Rasanya ingin pagi segera datang. Mondar mandir sambil bergaya di depan kaca ia lakukan. Ia berharap besok bisa tampil sempurna diatas panggung. Tak terasa jam sudah menunjukkan waktu jam tiga pagi. Adzan awal dari masjid sudah berbunyi. Biasanya pada jam-jam begini, ibunya sudah bangun dan melaksanakan sholat tahajud. Sekarang, rasanya matanya sudah mulai tak tertahan. Rasa kantuk mulai menyerang. Badan terasa sakit dan lelah. Tanpa sadar, kertas yang ada di tangan Rafi sudah melayang jatuh. Ia menghempaskan badannya ke atas ranjang dan Rafi tertidur pulas.

Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. “Kenapa Rafi belum terdengar suaranya?” Pikir ibunya.

Ia berjalan pelan ke kamar Rafi. Diketuknya pelan-pelan sambil menempelkan telinganya yang tertutup hijab syar’inya ke daun pintu kamar Rafi. Pikirnya, Rafi pasti sedang menghafalkan teks pidato yang akan dilombakan. Rafi paling semangat kalau berlomba. Namun, tak satupun ada suara terdengar dari dalam kamar. Tak pula ada jawaban dari mulut Rafi. Dibukanya pelan-pelan pintu kamar, dan alangkah kagetnya ketika melihat Rafi masih tertidur pulas.

“Raffiiiiii, sudah siang….kenapa belum bangun… Kamu kan mau lomba!” Teriak ibunya sambil menggoyang-goyangkan badan Rafi. Namun Rafi tidak segera bangun, dan bahkan tak mendengar bentakan ibunya. Ibunya kembali menggoyangkan badan Rafi, namun Rafi tetap tak bergerak. Ibunya mulai gusar. “Ada apa dengan Rafi Ya Alloh…?” pikir ibu Sumarni . “Jangan dulu kau ambil nyawa anakku” keluhnya sambil jantungnya berdegup kencang.

Ia memanggil suaminya dan memintanya untuk segera menelpon dokter. Tak berapa lama dokter yang biasa memeriksa Rafi segera datang. Untung dokter tak mendapatkan panggilan dari pasien lain, jadi bisa datang lebih awal untuk memeriksa Rafi.

“Kan saya sudah bilang bu!” kata dokter tiba-tiba.

“Memangnya kenapa Dok?” Tanya bu Sumarni dengan penuh rasa heran.

Dokter mengajak Ibu Sumarni dan suaminya keluar kamar Rafi menuju ruang tamu.

“ Rafi tidak boleh terlalu capek, bu. Dia kan sedang sakit. Rafi ini mengidap penyakit yang agak langka.

“Apa itu Dok?” Tanya ibu Rafi dengan penuh rasa gusar. Jantungnya kembali berdegup kencang.

“Tenang bu….semoga ibu dan bapak bisa menerima ini dengan lapang dada.” Kata dokter menenangkan . Setelah beberapa pemeriksaan, Rafi ternyata menderita kanker tulang bu.. sehingga menyebabkan keseimbangan badannya berkurang. Stadiumnya pun sudah cukup tinggi, yaitu stadium 3. Kalau tidak segera diatasi virusnya bisa cepat menyebar .” Dokter menjelaskan

Ibu Rafi terlihat lemas. Tanpa sadar, air mata beningnya menetes di pipinya.

“Kita usahakan kesembuhan Rafi dengan rutin mengikuti beberapa terapi. Mudah-mudah bisa mengurangi derita sakit yang dirasakan Rafi.” Jelas dokter lebih lanjut.

***

Beberapa bulan telah berlalu. Sejak divonis kanker, ibu Rafi bersikap over protektif terhadap Rafi. Kegiatan yang selama ini ia ikuti di sekolah, semua di stop oleh ibunya. Dia hanya bisa belajar di rumah, sementara hobbynya diberbagai bidang terhenti akibat larangan orangtuanya. Rafi tak bisa berbuat apa-apa. Sakitnya kadang menjalar tiba-tiba. Urat nadi yang ada ditubuhnya tiba-tiba menonjol saat sakitnya mulai menyerang. Yang dia lakukan hanya diam menahan sakit yang menekan. Ia tak mau menunjukkan sakitnya agar ibunya tak merasa sedih. Bila sampai ia melihat air mata ibunya, hatinya lebih terasa sakit. Ia merasa, anak yang selama ini dibanggakan ibunya, kini terasa tak berguna. Namun, di sisi lain sebenarnya ibunya selalu menguatkannya agar ia sabar menjalani ujian ini. Menurutnya, Ibunya memang nomor satu. Bagai matahari yang selalu setia pada bulan, Ibunya juga selalu setia menjaganya, tak pernah merasa letih juga tak pernah merasa lelah mendampinginya selama ia sakit.

“Aku juga harus kuat.” Pikir Rafi dalam hati. “Aku merasa tak berguna bila harus berdiam diri seperti ini. Walau di rumah, aku harus berguna dan membanggakan orangtua.” Kata Rafi dalam hati.

Setiap hari, di kamarnya ia mendengarkan tausiyah dari beberapa ustadz untuk membuat hatinya tenang. Ibu membelikan sebuah speaker aktif yang berisi tausiyah-tausiyah, bacaan Al-qur’an, lagu-lagu dan kisah-kisah islami. Banyak ilmu yang dia dapatkan dari speaker serbaguna itu.

Kata ustadz, sakit merupakan kondisi yang tidak diinginkan semua orang. Terlebih jika sakit yang dialami parah dan susah mendapatkan obatnya. Selain membutuhkan biaya yang mahal, penyakit yang dialami seseorang bisa menyebabkan seluruh keluarga dan kerabat menjadi cemas. Memang, rasa sakit yang menyerang tubuh seseorang hingga membuat seseorang terkulai lemas adalah sesuatu yang menakutkan . Begitu juga dengan dirinya. Ia tak pernah berharap apalagi meminta mengalami hal ini. Tapi ia yakin, Alloh pasti punya rencana lain. Entahlah itu. Rafi harus yakin. Itulah pesan yang selalu ia dengar dari tausiyah-tausiyah itu.

Rosululloh SAW pun bersabda bahwa sakit merupakan bentuk kasih sayang Alloh SWT kepada hambaNya. “Tiada seorang mu’min yang ditimpa oleh lelah atau penyakit, atau risau fikiran atau sedih hati, sampaipun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penebus dosa oleh Alloh,”(HR. Bukhori Muslim).

Rafi kini sadar, bahwa keinginan kita belum tentu yang terbaik buat kita. Alloh maha segalanya. Dulu Rafi sangat yakin, dengan kemampuannya, ia bisa memenangkan lomba pidato Bahasa Inggris, namun kenyataan berkata lain. Setelah berusaha keras dan yakin ia bisa mempersembahkan yang terbaik, ternyata Alloh berkehendak lain. Tampilpun ternyata dia tidak bisa. Dia tumbang sebelum ia menunjukkan kemampuannya.

Kejadian ini membuat ia memutuskan untuk mendekatkan diri kepada Yang Kuasa. Pasrah. Hanya Alloh yang menjadi pelipur laranya. Hanya Dia Yang Mahamemiliki dan berhak atas dirinya. Tausiyah yang tiap hari didengarnya sudah merubah pola pikirnya. Ia ingin dekat dengan Alloh dengan mendalami Alqur’an sebagai kitab sucinya. Tahfidz adalah pilihannya. Orangtuanya telah memilihkan pendidikan yang terbaik untuknya. Dia memilih ingin berada di pesantren tahfidz untuk memperdalam Kitab Suci Al-Qur’an.

***

Dengan tekad kuatnya, Alhamdulillah cinta terakhirnya berlabuh pada Alloh, Rosululloh dan Alqur’an yang dicintainya. Ayat demi ayat dia hafal dengan kesabaran. Dalam waktu tidak lebih dari tiga bulan ia bisa menghafal sepuluh juz terakhir dari Alqur’an. Ini yang membuat kedua orangtuanya bangga. Sakit yang dideritanya tidak menjadikan dirinya sebagai pribadi yang lemah, tapi justru membakar semangatnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ia yakin pilihan cintanya tidak salah. Pelabuhan cintanya yang terakhir bisa menjadi pelipur lara bagi dirinya yang menderinya penyakit kanker tulang stadium empat. Kemoterapi yang diikutinya belum memberi hasil yang maksimal. Namun ayat-ayat Al-quran yang setiap saat ia hafal mampu mengobati rasa sakit yang ia derita selama ini.

Biarlah sakit menderanya. Kita hanya bisa berusaha. Alloh yang menentukan. Menghafal Alqur’an adalah ibadah , apalagi bila dilakukan dengan ikhlas dan bukan mengharap pujian di dunia. Ini sudah menjadi pilihannya. Ia semakin cinta pada Alqur’an. Alloh menjanjikan sebuah mahkota dan pakaian kemuliaan kelak di akherat. Begitu juga, Alloh akan memberikan mahkota bagi kedua orangtuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari dan pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Ini adalah persembahan terbaik untuk kedua orangtuanya. Ia sangat yakin akan janji Alloh.

End

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post