wahyu indah kumala sari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TIDAK BAKAT JADI GURU
ILUSTRASI Guru. (Pixabay.com/jpnn)

TIDAK BAKAT JADI GURU

Ahmad. Adalah seorang guru penjaskes yang mengajar di salah satu yayasan sekolah swasta di kotanya. Seorang guru. Itulah label yang melekat padanya. Namun dia sendiri belum merasa mampu mengemban profesi itu. Sebuah profesi yang berisi tugas mulia. Berisi sebuah amanah. Berisi sebuah lentera penunjuk jalan arah kehidupan anak-anak bangsa. Tak hanya mengajar namun juga mendidik. Tak hanya mentransfer ilmu namun juga membentuk karakter dan sikap. Setidaknya itulah pengertian guru yang dipahaminya.

Namun, dalam kenyataannya tidak demikian adanya. Matanya mulai nanar melihat guru tak lagi guru. Dia yang selalu mengedepankan sportivitas, mulai enggan menyandang predikat guru. Dia suka belajar bersama murid-muridnya di lapangan. Di sana dia juga mendengar keluh kesah mereka. Dia memang keras, namun disukai muridnya. Mungkin lebih tepatnya tegas. Salah dia katakan salah, dan benar dikatakan benar. Begitulah dia mendidik murid-muridnya. Menghabiskan seluruh jam mengajarnya bersama muridnya. Tidak hanya memberi materi namun juga mengisi kepribadian.

Kejengahan pada teman sejawat yang seenaknya pun sudah tak dianggapnya lagi. Mereka yang hanya masuk ke kelas, menyuruh membaca dan mengerjakan LKS, lalu kembali ke kantor dan ngerumpi bersama teman lainnya. Huh.... itu sungguh membuatnya bosan berlama-lama di sekolah. Karenanya, dia selalu pulang setelah mengajar. Dia merasa lebih baik melakukan pekerjaan sampingannya untuk mencari uang. Bahkan mungkin bisa dikatakan pekerjaan sampingannya itu yang menjadi pekerjaan utamanya. Sebagaimana diketahui bahwa gaji guru sukuan tak seberapa. Namun itupun tak pernah dikeluhkannya. Bahkan diapun tak pernah menanyakan potongan-potongan ini dan itu setiap bulannya. Karena niatnya hanya karena ingin mendidik siswanya saja.

Namun di pandemi ini dia semakin merasa tak bakat jadi guru. Mungkin itu karena dia memang lemah dalam IT. Dia semakin dituntut untuk mengerjakan laporan harian yang tak sesuai dengan kenyataan. Itu melukai hatinya. Menyulitkannya. Dia pernah menyampaikan pada salah satu teman gurunya untuk berhenti jadi guru. Namun temannya mencegahnya berbuat itu. “jangan Pak Ahmad, jangan berhenti Pak. Itu kan gampang Pak, tinggal tulis saja seperti itu. Wong yang lain juga begitu”.

Ahmad hanya tersenyum simpul mendengar ucapan temannya tersebut. Kobohongan bukan sebuah spotivitas dan juga karakter yang baik. Dan anehnya kebiasaan itu sudah menjadi legal dan wajar.  Dia semakin merasa tak bakat jadi guru

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpennya Bagus Bu masyaallah

02 May
Balas

Alhamdulillah... Jazakillah bu Rahmawati

11 Aug
Balas



search

New Post