Beberapa waktu lalu saya mendengar percakapan dua orang ibu muda. Dari pembicaraannya, saya menafsirkan mereka berdua sama-sama mempunyai pengalaman menarik tentang menanamkan kebiasaan baik pada anak-anaknya. "Anakku, Say..iklan apa coba yang dia tidak hafal.. Wes pokoknya baru dengar musiknya saja, dia langsung bisa melanjutkan", kata salah satu ibu muda dengan bangganya. "Tapi ya gitu, anakku susah kalau disuruh beres-beres mainannya sendiri", lanjutnya. "Waah sama kita, Jeng. Anakku kalau sudah bongkar mainan, pasti aku yang merapikan lagi", timpal si ibu satunya.

Pembiasaan merapikan mainan setelah digunakan sepertinya hal sepele, tetapi jika dibiarkan membuat anak-anak tidak memiliki tanggung jawab. Menguatkan kebiasaan baik untuk anak tidaklah semudah membalik telapak tangan. Untuk itu, sangat perlu pembiasaan itu distimulasi pada anak sesering mungkin. Faktanya, anak-anak sangat mudah menghafal, baik kata-kata maupun gerakan dari iklan yang diputar berulang-ulang. Maka pembiasaan baik pun akan mudah dilakukan anak jika kita, orang-orang di sekitar anak, selalu menstimulasinya.

Jika anak dibiasakan untuk mengembalikan barang yang digunakannya ke tempat semula setelah digunakan, saya sangat yakin, lambat laun kebiasaan baik itu akan mendarah daging. Tidak perlu disuruh, tetapi anak dengan keinginannya sendiri, akan selalu merapikan barang-barang yang digunakannya. Ala bisa karena biasa.