Banyak peristiwa menakjubkan sepanjang tahun 2022 ini. Dimulai dari terpilihnya saya sebagai ketua IGTKI kecamatan Kaliwates yang penuh drama hingga upaya kami untuk menyelesaikan program kerja di tahun pertama.

Pemilihan yang sedari awal tak sedikitpun saya tertarik apalagi berambisi di dalamnya, namun lobi teman-teman yang luar biasa gigih, sampai melebihi jadwal minum obat bagi orang sakit, baik itu melalui telepon maupun bertamu. Segala bentuk jurus rayuan dari level terendah sampai level tertinggi menjadi santapan saya setiap saat, ingat setiap saat. Dan itu dilakukan tidak hanya oleh satu orang tetapi 3 sampai 5 orang bergantian.

Saya goyah? Oh tidak. Jawaban saya tetap tidak. Karena saya baru mendapat amanah untuk memperbaiki sekolah 2 tahun lalu, dan saya masih perlu fokus untuk itu.

Lalu bagaimana dengan peneror kebaikan itu yang kemudian mentasbihkan diri sebagai tim sukses? Menyerahkah mereka? Jawabannya juga tidak pemirsa.

Lobi mereka semakin gencar, terlebih deadline penyerahan calon kandidat semakin dekat. Bahkan mereka rela berjam-jam duduk di depan saya yang sedang bekerja untuk menunggu jawaban “iya”. Gila gak sih..

Kurang sehari batas penyerahan calon kandidat, namun saya tak segera memberi jawaban. Sampai H-1 nama saya kemudian dimunculkan sebagai salah satu calon di kecamatan.

Viral sebelum terpilih. Mungkin kata itulah yang tepat disematkan. Keberadaan nama saya di antara calon lainnya menjadi ramai diperbincangkan. Apa yang menjadi topik memperbincangkan saya pun tidak begitu memahami. Pintar tidak, ideal apalagi. Saya juga tahu diri dan sangat mafhum telah dianggap mbalelo dan tidak loyal terhadap organisasi ini. Maka sejujurnya, saya bersedia pun untuk menggugurkan kewajiban saya sebagai anggota di kecamatan.