Upomo Budiarso

Lahir di ibukota tercinta Jakarta tanggal 20 November 1966 anak ke enam dari sembilan bersaudara, anak dari Suhadi (TNI AL ) dan Sulastri (Ibu Rumah...

Selengkapnya
Navigasi Web
“TEKNOLOGI  INFORMATIKA SEBAGAI  MEDIA  ALTERNATIF  METODE  KERJA  PENGAWAS  SATUAN  PENDIDIKAN DALAM  MENJAWAB  HAMBATAN JARAK  DAN KONDISI  GEOGRAFIS SEKOLAH  BINAAN  DI KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI

“TEKNOLOGI INFORMATIKA SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF METODE KERJA PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DALAM MENJAWAB HAMBATAN JARAK DAN KONDISI GEOGRAFIS SEKOLAH BINAAN DI KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengawas Sekolah sebagai salah satu unsur tenaga kependidikan memiliki peran yang penting dan strategis, dalam keseluruhan upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam meningkatkan mutu dan kinerja sekolah. Pengawas satuan pendidikan bertugas melaksanakan pembinaan di bidang akademik dan bidang manajerial.

Pengawas Sekolah merupakan tenaga kependidikan yang peranannya sangat penting dalam membina kemampuan profesional tenaga pendidik, tenaga administrasi sekolah, dan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah. Pengawas Sekolah juga berfungsi sebagai supervisor akademik dan supervisor manajerial.

Tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. (Pasal 5, Permennegpan dan RB Nomor 21 Tahun 2010)

Berkaitan dengan tugas pokok pengawas tentunya mempunyai konsekuensi logis bahwa pengawas harus mengadakan kunjungan ke sekolah binaan untuk memberikan pembinaan, maupun mengadakan monitoring dan evaluasi. Dalam pelaksanaan tugas kepengawasan tentunya sudah menjadi hal yang wajar bila dalam pelaksanaan tugas, seorang pengawas dihadapkan kepada hambatan-hambatan dilapangan. Hambatan-hambatan tersebut bisa berupa jarak yang terlampau jauh dari sekolah satu kesekolah yang lain, kondisi geografis yang kurang kondusif, kondisi infrastruktur jalan yang rusak, sehingga sangat sulit untuk dilalui terutama pada musim penghujan. Jumlah pengawas yang masih sedikit dikarenakan masih rendahnya animo guru atau kepala sekolah menjadi pengawas, menjadikan rasio pengawas dengan jumlah sekolah binaan tidak memenuhi ketentuan. Satu orang pengawas bisa membina sekolah lebih dari 15 sekolah. Kondisi demikian tentunya akan menyebabkan proses pembinaan menjadi kurang efektif. Memang tidak semua daerah ditanah air tercinta ini memiliki karaketristik dan kondisi geografis yang sama, dan ini juga yang menyebabkan perbedaan permasalahan yang dihadapi oleh pengawas didaerah yang satu dengan pengawas didaerah lainnya. Kondisi yang demikian tentunya bukan menjadi penghalang bagi pengawas dalam melaksanakan tugas yang sangat mulia. Dibutuhkan strategi dan kiat dari pengawas untuk menyiasati kondisi atau hambatan-hambatan yang dihadapi agar tidak menganggu pelaksanaan tugas-tugas kepengawasan.

Untuk menghadapi berbagai hambatan tersebut, seorang pengawas harus bisa memanfaatkan berbagai sumber daya, metode, pendekatan maupun kecanggihan teknologi agar tugas-tugas kepengawasan tidak terhambat. Pada saat sekarang penguasaan Teknologi Informatika bagi pengawas sudah menjadi keharusan, dikarenakan tugas-tugas kepengawasan sudah banyak yang harus diselesaikan dengan teknologi informasi. Seperti yang Penilaianj Kinerja Guru (PKG) guru mata pelajaran binaan yang diharus diisikan dalam aplikasi Modul SIM PKG tahun yang lalu.Dari gambaran tersebut sudah barang tentu menjadi keharusan bahwa seorang pengawas harus bisa menguasai teknologi informasi untuk mendukung tugas-tugas kepengawasannya. Dari uraian diatas, penulis mencoba menggunakan Teknologi Informasi dengan media internet, mengembangkan model atau metode E-Pembinaan dalam mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi dalam tugas kepengawasan di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Penulis memanfaatkan website atau blog pribadi penulis dan media sosial Whatsaap, Facebook, Bbm, You Tube dan Chanel Telegram untuk berkomunikasi atau menyampaikan berbagai informasi kepada sekolah binaanya. Meskipun demikian ternyata kegiatan ini bisa diikuti bukan hanya dilingkup sekolah binaan, namun ternyata bisa diikuti oleh sekolah di seluruh tanah air, bahkan diseluruh pelosok penjuru dunia. Ternyata dengan menggunakan media internet, hambatan jarak dan waktu dapat diatasi. Berangkat dari pengalaman penulis tersebut, maka penulis mencoba menuangkan best practice pengawas dengan judul : “Teknologi Informatika sebagai media alternatif metode kerja Pengawas Satuan Pendidikan dalam menjawab hambatan jarak dan kondisi Geografis sekolah binaan di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.”

Permasalahan

Permasalahan dalam penulisan best practice pengawas ini adalah “Apakah Teknologi Informatika dapat menjadi media alternatif metode kerja pengawas satuan pendidikan dalam menjawab hambatan jarak dan Kondisi geografis sekolah binaan di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi ?”

Tujuan

Tujuan dari penulisan Best Practice ini adalah, penulis ingin memperkenalkan metode alternatif dalam melaksanakan tugas kepengawasan dengan mengembangkan Teknologi Informatika (E-Pembinaan) sebagai media alternatif metode kerja pengawas satuan pendidikan dalam menjawab hambatan jarak dan kondisi geografis sekolah binaan di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.”

Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan best practice ini bagi penulis adalah sebagai sarana memperkenalkan pengalaman dilapangan kepada sesama pengawas dalam

pelaksanaan tugas-tugas kepengawasan sehari-hari dan sebagai upaya memupuk dan mengembangkan budaya menulis bagi seorang pengawas. Bagi Pengawas lain, penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan untuk bisa diterapkan didaerah lain untuk mendukung pelaksanaan tugas kepengawasan, dan dapat untuk dikembangkan menjadi lebih baik lagi sehingga akhirnya dapat bermanfaat bagi sesama pengawas diseluruh tanah air.

Bagi instansi terkait, penulisan ini dapat dijadikan suatu perencanaan untuk dapat mengembangkan Teknologi Informatika (E-Pembinaan) menjadi lebih luas dan lebih baik lagi dimasa mendatang, serta dapat menjadi masukan untuk membuat suatu terobosan dalam kebijakan berkaitan dengan tugas-tugas seorang pengawas sekolah.

TEKNOLOGI INFORMATIKASEBAGAI MEDIA ALTERNATIF METODE KERJAPENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN, DALAM MENJAWAB HAMBATAN JARAK DAN KONDISI GEOGRAFIS SEKOLAH BINAAN

DI KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI

Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan

Dunia telah berubah. Dewasa ini kita hidup dalam era informasi/global. Dalam era informasi, kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu (Dryden & Voss, 1999). Berbeda dengan era agraris dan industri, kemajuan suatu bangsa dalam era informasi sangat tergantung pada kemampuan masyarakatnya dalam memanfaatkan pengetahuan untuk meningkatkan produktifitas. Karakteristik masyarakat seperti ini dikenal dengan istilah masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Siapa yang menguasai pengetahuan maka ia akan mampu bersaing dalam era global.

Era globalisasi yang melanda dunia termasuk Indonesia berlangsung sangat cepat yang menimbulkan dampak global pula yang sekaligus menuntut kemampuan manusia unggul yang mampu mensiasati dan mengantisiapasi kemungkinan-kemungkinan yang sedang dan akan terjadi. Globalisasi akan semakin membuka diri bangsa dalam menghadapi bangsa-bangsa lain. Batas- batas politik, ekonomi, sosial budaya antara bangsa semakin kabur. Persaingan antar bangsa akan semakin ketat dan tak dapat dihindari, terutma dibidang ekonomi dan IPTEK. Hanya negara yang unggul dalam bidang ekonomi dan penguasaan IPTEK yang dapat mengambil manfaat atau keuntungan yang banyak. (Sujarwo, 2012)

Perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat pesat dan berpengaruh sangat signifikanterhadap pribadi maupun komunitas, segala aktivitas, kehidupan, cara kerja, metode belajar, gaya hidup maupun caraberpikir. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK harus diperkenalkan kepada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan pengalaman yang memadai untuk bisa menerapkan dan menggunakannya dalam kegiatan belajar, bekerja serta berbagai aspek kehidupan sehari-hari, bahkan bisa juga dikembangkan menjadi kegiatan wirausaha. (Ismanita, 2010) Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan juga merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan. Teknologi Komunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi TIK adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Juga dapat berkomunikasi dengan biaya murah seperti fasilitas email yang dapat kita pergunakan dengan mudah di internet.

Melalui TIK, sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya sudah tidak lagi mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran antar sesama kita. Perkembangan TIK memicu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Alangkah wajar bila sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti : e-commerce, e-book, e-banking, e-government, e-education, e-learning, e-library, e-journal, e-medicine, e- laboratory, e-biodiversitiy, e-KTP, e-PKG, e-SKP, e-Dupak dan lainnya yang berbasis TIK. Dari semua e itu ada yang perlu mendapatkan perhatian serius yaitu e-education, dimana kita mempunyai kewajiban untuk mengembangkan TIK dalam proses pembelajaran yang tidak hanya mengajak peserta didik untuk mencari informasi, tetapi juga menciptakan informasi. Mampu saling berkomunikasi dengan menggunakan berbagai aplikasi (Software) TIK (Teknologi Infirmatika dan Komputer) yang membuat dirinya mampu saling berbagi tentang apa yang disukainya dan apa yang dikuasainya. Membuat mereka mampu memanfaatkan TIK dengan baik. Komputer sebagai sarana interaktif dapat digunakan sebagai alternatif bentuk pembelajaran terprogram (Programmed Instruction) yang dilandasi hukum akibat (Law of Effect). Dalam hukum akibat, asumsi yang diyakini adalah tingkah laku yang didasari rasa senang akan merangsang untuk dilakukan serta dikerjakan secara berulang-ulang (S-R).

Sangat banyak pakar pendidikan yang melakukan penelitian dan berkesimpulan ke arah positifnya pemanfaatan komputer sebagai media bantu pembelajaran. Arnold (1992) menyatakan para guru masih dihadapkan pada suatu ironi bahwa meskipun komputer merupakan media sangat potensial pada proses pembelajaran, akan tetapi masih sedikit yang mau dan mampu menggunakannya. Ketidakmauan dan/atau ketidakmapuan tersebut disebabkan berbagai factor, baik internal (diri guru sendiri) maupun faktor eksternal (fasilitas dan kebijakan).

Poin penting yang menjadi perhatian kita adalah :

1. Pembelajaran berbasis TIK sudah saatnya mulai dikembangkan dan digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Model pembelajaran yang mendukung kepada pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.

3. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran berbasis TIK.

4. Kondisi prasayarat yang harus tersedia agar proses pembelajaran berbasis TIK dapat berjalan. (Rahmat, 2010:7)

Mengapa pembelajaran yang mengintegrasikan TIK penting? Tantangan pendidikan abad 21, menurut PBB adalah membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) yang memiliki :

(1) Keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy skills),

(2) Keterampilan berpikir kritis ( critical thinking skills),

(3). Keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills ),

(4).Keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills); dan

(5).Keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills).

Kelima karakteristik masyarakat abad 21 menurut PBB tersebut dapat dibangun melalui pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan, sesungguhnya peran TIK adalah sebagai “enabler” atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Jadi, TIK dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. (Chaeruman, 2010).

Wilayah Kabupaten Tebo Provinsi Jambi

Kabupaten Tebo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Ibukotanya adalah Muara Tebo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indra Giri Ulu Provinsi Riau di utara, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat di Timur, Kabupaten Bungo dan kabupaten Dhamasraya Sumatera barat di barat dan Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin di selatan. Kabupaten Tebo terdiri dari 12 Kecamatan antara lain :

1. Kecamatan Tebo Tengah dengan ibukota Muara Tebo.

2. Kecamatan Tengah Ilir dengan ibukota Mengupeh.

3. Kecamatan Tebo Ilir dengan ibukota Sungai Bengkal.

4. Kecamatan Tebo Ulu dengan ibukota Pulau Temiang.

5. Kecamatan Sumay d dengan ibukota Teluk Singkawang.

6. Kecamatan Serai Serumpun dengan ibukota Sekutur Jaya.

7. Kecamatan VII Koto dengan ibukota Sungai Abang.

8. Kecamatan VII Koto Ilir dengan ibukota Balai Rajo.

9. Kecamatan Rimbo Ilir dengan ibukota Karang Dadi.

10. Kecamatan Rimbo Bujang dengan ibukota Wirotho Agung.

11. Kecamatan Rimbo Ulu dengan ibukota Sukadamai

12. Kecamatan Muara Tabir dengan ibukota Pintas Tuo

Pusat perekonomian Kabupaten Tebo terletak di dua kecamatan yakni Kecamatan Muara Tebo dan Kecamatan Rimbo Bujang. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tebo merupakan dataran rendah dan dataran bergelombang. Adapun untuk perekonomian Kabupaten Tebo bersumber pada perkebunan sawit, karet dan di dukung juga oleh pertambangan batu bara, minyak bumi dan tambang emas tapi masih dalam skala kecil. daerah ini kaya akan sumber daya alam dan bisa di jadikan daerah perikanan tawar karena dilewati oleh sungai terbesar di Provinsi Jambi yaitu Sungai Batanghari serta merupakan daerah rawa dataran rendah. Kabupaten Tebo Memiliki penduduk sejumlah ± 224.944 jiwa dengan 75 % adalah petani. Kabupaten Tebo memiliki 1 buah pusat kesehatan yaitu Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Thaha Syariffudin, dibantu oleh 12 Pusat kesehatan Masyarakat (PKM) di 12 kecamatannya.

Kabupaten Tebo memiliki luas wilayah 6.461 km2 dengan jumlah penduduk Kabupaten Tebo saat ini mencapai 297.000 jiwa. Mayoritas masyarakat Kabupaten Tebo hidup sebagai petani. Karet dan kelapa sawit adalah komoditi utama dari daerah ini. Kabupaten Tebo punya banyak sekali objek wisata yang patut dikunjungi seperti danau sigombak di Desa Teluk Jambu, Makam Pahlawan Nasional Sultan Thaha Syaifudin di Muara Tebo, Kebun Raya Bukit Sari, dll. Jika mau bepergian ke kabupaten ini perlu waktu 4 jam ke Muara Tebo jika berangkat dari Kota Jambi atau 6 jam bila berangkat dari Kota Padang.

Kabupaten Tebo memiliki SMP Negeri sebanyak 41 sekolah, 3 SMP Swasta dan 8 SMPN Satap yang masing-masing jaraknya cukup jauh. SMPN Satu atap terletak di daerah yang cukup terpencil di seberang sungai Batanghari dengan fasilitas listrik yang belum terjangkau tetapi sudah terjangkau komunikasi melalui provider telkomsel.

Luasnya wilayah Kabupaten Tebo tersebut menjadikan jarak sekolah binaan yang satu dengan sekolah binaan yang lain sangat jauh. Jarak antara kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tebo , domisili pengawas dengan sekolah binaan terdekat dan terjauh masih sangat ekstrim dan memerlukan waktu tempuh yang cukup lama dengan transportasi penyeberangan. Jauhnya jarak sekolah binaan dengan Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tebo sedikitnya akan menjadikan hambatan bagi pengawas dalam melaksanakan kegiatan kepengawasan disekolah binaan tersebut.

Apabila tidak dicarikan alternatif pemecahan, maka jarak sekolah binaan yang sangat jauh tersebut pada akhirnya dapat menjadi hambatan bagi pengawas dalam melaksanakan tugas dan pada akhirnya akan berdampak bagi sekolah binaan. Dari latar belakang kondisi geografis Kabupaten Tebo yang sangat luas serta jauhnya jarak sekolah binaan, maka penulis mencoba untuk menggunakan e-pembinaan sebagai salah satu media alternatif metode kerja pengawas satuan pendidikan.

Teknologi Informatika sebagai media alternatif metode kerja pengawas satuan pendidikan.

Strategi dalam memanfaatkan Teknologi Informatika dalam melaksanakan pembinaan di sekolah binaan dapat dilakukan melalui e-pembinaan. E-Pembinaan adalah istilah yang penulis munculkan dengan latar belakang bahwa sekarang telah muncul berbagai kegiatan yang dilaksanakan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi, seperti e-banking, e-learning, e-commerce, e-library, dsb. Penulis mempunyai keyakinan bahwa pembinaan atau metode kerja pengawas sekolahpun dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi tersebut.

Kegiatan e-pembinaan yang penulis dapat dilaksanakan melalui media internet anatara lain sebagai berikut :

1. Website/Blog

E-Pembinaan dapat dilakukan melalui sebuah website/blog. Penulis menggunakan website atau blog pribadi penulis yang sudah dibuat sejak tahun 2009. Alamat blog penulis yang dijadikan sarana kegiatan e-pembinaan adalah di http://budiupomo.blogspot.co.id/2013/01/pengawas-atau-penilik-pendidikan.html. Tampilan halaman blog tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

2. Media Sosial Facebook

E-Pembinaan juga dapat dilakukan dengan menggunakan media sosial Facebook melalui grup yang penulis buat untuk kelompok-kelompok profesi seperti misalnya untuk komunitas kepala sekolah penulis namakan grup mkka-smp-sma-smk-kab.tebo, untuk komunitas guru penulis namakan PGRI Kabupaten Tebo dan untuk komunitas guru pembelajar penulis namakan Guru Pembelajar Online.

Tampilan halaman grup facebook tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Melalui Media grup facebook anggota dapat saling berdikusi tentang berbagai macam masalah dan solusinya. Disamping itu penulis menyampaikan tentang materi-materi e-pembinaan menjadi lebih cepat dengan mengunggah dalam bentuk file MS. Office (dapat berupa Exceel. Word ataupun presentase power point) , PDF ataupun file video.

3. Media Sosial Whatsaap

Media Sosial Whatsaap juga tidak kalah pentingnya dalam e-pembinaan. Melalui grup Whatsaap penulis dapat mengirimkan file-file yang berupa : file MS. Office (dapat berupa Exceel. Word ataupun presentase power point) , PDF ataupun file audio/video. Undangan pertemuan atau rapat penting juga dapat disampaikan secara cepat melalui media social whatsaap ini.

Tampilan screen-shoot halaman grup whatsapp tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

4. Chanel Telegram

Aplikasi Telegram merupakan aplikasi media sisial yang dapat diunggah melalui play strore atau google play di smart phone atau android. Sepert halnya whatsaap pada aplikasi telegram juga dapat dibuat grup atau komunitas dengan jumlah anggota mencapai ribuan. Grup yang penulis buat pada telegram meliputi grup mkks dan guru.

Disamping itu dengan aplikasi telegram ini penulis membuat chanel telegram penulis dapat mengirimkan file-file yang berupa : file MS. Office (dapat berupa Exceel. Word ataupun presentase power point) , PDF ataupun file audio/video yang dengan mudah dapat diunduh anggota yang bergabung. Tampilan screen-shoot halaman grup/chanel telegram tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah

Kelebihan Teknologi Informatika melalui e-pembinaan

Teknologi Informatika melalui e-pembinaan sebagai media alternatif metode kerja pengawas sekolah mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

1. Dapat dilaksanakan kapan saja, dimana saja;

2. Informasi dari pengawas lebih cepat tersampaikan;

3. Dalam satu waktu yang bersamaan beberapa sekolah dapat mengikuti

kegiatan pembinaan bersama-sama tanpa harus berkumpul dalam satu

sekolah atau tempat. Sehingga dapat menghemat transportasi;

4. Dapat memberikan motivasi kepada sekolah dan warga sekolah untuk

menguasai dan memanfaatkan teknologi informatika

Kekurangan Teknologi Informatika melalui e-pembinaan

Disamping kelebihan Teknologi Informatika melalui e-pembinaan juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain :

1. Keterbatasan sarana pendukung disekolah masih menjadi persoalan antara lain

jaringan internet, meskipun sekolah dapat memanfaatkan modem eksternal untuk akses internet;

2. Jaringan atau sinyal operator seluler kadang-kadang terlalu lemah sehingga menghambat sekolah dalam mengakses e-pembinaan;

3. Belum semua sekolah atau personil sekolah menguasai teknologi informasi (internet);

4. Secanggih apapun, e-pembinaan tidak bisa menggantikan kehadiran angsung pengawas sekolah kesekolah-sekolah binaan untuk melakukan pembinaan.

PENUTUP

Simpulan

Berkaitan dengan tugas kepengawasan, seorang pengawas harus kreatif membuat terobosan-terobosan dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam tugas kepengawasannya.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, pengawas sudah seharusnya menguasai teknologi informasi tersebut karena dengan menguasai teknologi informasi tersebut dapat dimenjadi sarana pendukung dalam tugas-tugas kepengawasannya.

Pada saat sekarang dimana internet sudah berkembang dengan pesat, kegiatan-kegiatan sudah banyak yang menggunakan internet sebagai sarana kegiatanya.

Tidak terkecuali kegiatan-kegiatan oleh pengawas satuan pendidikan juga dapat memanfaatkan internet sebagai sarana penunjang kegiatan kepengawasan.

Salah satu media alternatif metode kerja pengawas satuan pendidikan yang penulis coba adalah kegiatan mengembangkan metode kepengawasan berbasis teknologi informatika yang penulis sebut sebagai e-pembinaan.

Saran dan Rekomendasi

A. Saran :

1. Hendaknya senantiasa inovativ dan kreatif dalam menemukan serta membuat terobosan-terobosan yang dapat mendukung kegiatan kepengawasannya;

2. Tidak kenal menyerah dalam menghadapi tantangan dalam menghadapi tugas;

3. Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama perkembangan teknologi informasi

B. Rekomendasi :

1. Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hendaknya

lebih memperhatikan kesejahteraan pengawas dengan memberikan tunjangan transportasi bagi pengawas-pengawas satuan pendidikan;

2. Diberikan pendidikan dan pelatihan khusus tentang teknologi informasi bagi pengawas;

3. Bagi sekolah harus memperhatikan ketersediaan saran teknologi informasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post