Urip Subagyo

Dilahirkan dari rahim seorang Ibu. Hidup dan menetap di lereng gunung bagian selatan Kab.Pekalongan yang berbatasan langsung dengan Kab.Banjarnegara. Petungkriy...

Selengkapnya
Navigasi Web
GAGAL KE JEPANG

GAGAL KE JEPANG

Pada suatu ketika ada seorang siswa yang baru lulus dari salah satu sekolah SMK. Sebut saja namanya Bagus (bukan nama aslinya). Bagus sebagai anak kos selama bersekolah. Sebenarnya status Ia sudah lulus tapi belum resmi menerima ijazah dan SKHU sehingga masih tinggal dan menetap di kosnya.

Waktu itu sekolahnya memberi tawaran kerja di luar negeri yaitu di Jepang. Sebenarnya Bagus minat dan menerima tawaran itu, tapi hendak ke Jepang kan tidak gratis. Ada beberapa persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi. Salah satu persyaratanya misalnya harus membayar sejumlah uang sebagai biaya pengurusan visa, pasport, administrasi, akomodasi dan lainya.

Pihak sekolah menyampaikan bahwa ada lowongan kerja ke Jepang dengan biaya sekitar Rp. 8.000.000 (Delapan juta rupiah). Biaya tersebut 50% dari sekolah dan 50% nya lagi dari peserta atau siswa yang akan berangkat. Artinya siswa tersebut harus menyiapkan uang sejumlah Rp. 4.000.000 (Empat juta rupiah).

Melihat peluang kerja di Jepang dengan syarat harus membayar sejumlah uang, Bagus memutuskan untuk membicarakan kepada pihak keluarga mengenai informasi dari pihak sekolah, karena dia adalah anak kos, akhirnya pada hari Sabtu sore dia pulang dengan naik bus. Sebelum sampai rumah Bagus harus ganti angkutan sampai pasar kemudian oper angkutan lagi. Jadi dari sekolah harus tiga kali naik angkutan. Hingga sampai dirumahnya sekitar pukul 23.00 WIB. Maklum lumayan jauh jarak dari sekolah ke rumahnya.

Setelah sampai dirumah, Bagus disambut dengan penuh kebahagiaan dan keakraban oleh kedua orang tuanya. Ibunya langsung menghampiri dan berjabat tangan sembari memeluk erat sebagai ungkapan rasa sayang, kangen, rindu dan bahagia terhadap anaknya yang pulang malam itu. Seketika mata ibunya nampak berair. Mungkin karena selama tiga tahun Bagus kos, ibunya tidak pernah datang menemui anaknya dan hanya bapaknya yang berkunjung sambil memberi uang. Dia juga jarang pulang hanya sesekali saja dia pulang itupun kalau ada kepentingan mendesak saja atau ada keperluan dan selama tiga tahun sekolah Ia jarang pulang. Yang pasti kepulanganya kali ini lain dari biasanya.

Bahkan saat libur sekolah Ia juga tidak pulang tapi justeru waktu libur sering digunakan untuk bekerja. Terkadang ikut bapak kos mereparasi mobil, dan tak jarang ikut mobil truk sebagai co driver alias kernet.

Kok jadi membahas sopir dan kernet ya..

Lanjut esok hari tepatnya hari minggu, saat selesai sarapan Bagus mulai berbincang mengutarakan maksud kepulangannya kali itu. Disampaikanlah informasi yang didapat dari sekolah bahwa Ia mendapat tawaran kerja di Jepang tapi perlu uang sekitar Rp. 4.000.000 (empat juta).

Keakraban pagi itu mulai mencair antara keinginan anak dan orang tua. Agus menghendaki bisa ikut berangkat ke Jepang, tapi orang tuanya menolak dengan alasan tidak sanggup memberikan uang empat juta rupiah dalam waktu singkat. Dia tersentak kaget, sedikit kecewa saat mendengar orang tuanya menolak dan tidak sanggup mewujudkan keinginanya untuk bekerja di perusahaan Jepang.

Oh iya, latar belakang kondisi ekonomi keluarganya termasuk kurang mampu. Bapaknya adalah sebagai penjaga sekolah di Sekolah Dasar dan sudah PNS. Ibunya sebagai petani dan terkadang jualan makanan sambil berkeliling dari desa satu ke desa lainya.

Setelah beberapa hari di rumah, Bagus berpamitan untuk berangkat ke tempat kos lagi. Dengan mobil angkutan full AC alami Bagus bergegas naik mobil doplak L300 sebagai angkutan pedesaan yang umumnya untuk mengangkut hewan. Sampai di pasar Ia pindah naik angkutan kota warna oranye kemudian dilanjut dengan naik bus untuk bisa sampai ke kosnya.

Dengan hati kecewa Ia tinggal lagi di kos sembari menunggu surat pengambilan ijazah. Beberapa hari kemudian Ia mendapat surat undangan untuk mengambil ijazah dan SKHU surat penting lainnya.

Setelah mengambil ijazah dan surat berharga lainnya, Ia langsung berkemas packing semua perabot, buku, pakaian yang ada di kos. Setelah semua dikemas, datanglah bapaknya dengan menggunakan mobil. Maksud kedatangan ayahnya adalah untuk menjemput Bagus. Singkat cerita setelah rampung sekolah, rampung berkemas dan selesai semua akhirnya Bagus berpamitan dengan bapak ibu kosnya untuk kembali ke desa asalnya.

Demikian sekilas kisah si Bagus yang baru lulus sekolah SMK, Ia memiliki potensi dan berkesempatan untuk bekerja ke luar negeri (Jepang) akan tetapi gagal karena tidak cukup untuk menyiapkan sejumlah uang. Semoga bermanfaat.

Cerita selanjutnya ======Gagal Kuliah======

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Banyak ya pal siswa yang berpotensi tapi krna kondisi ekonomi gak bs maju dan berkembang. Hee

18 Nov
Balas

ada, mungkin tidak banyak

19 Nov



search

New Post