Urip Subagyo

Dilahirkan dari rahim seorang Ibu. Hidup dan menetap di lereng gunung bagian selatan Kab.Pekalongan yang berbatasan langsung dengan Kab.Banjarnegara. Petungkriy...

Selengkapnya
Navigasi Web
MISTERI EMBIG TLOGOPAKIS PETUNGKRIYONO

MISTERI EMBIG TLOGOPAKIS PETUNGKRIYONO

Wus sakwetoro, misteri iki tansah ganggu.

Ora mung ono pikiran wae, nanging wus keporo nunjem ono thelenging atiku.

Yoh,, aku kudu miyak wewadi kang marake atiku ora jenjem.

Uwong-wong ugo kudu ngerti, opo sejatine embig kok dadi salah sijine kesenian rakyat kang ngrembogo ono ing tlatah Tlogopakis Petungkriyono kene.

Wis akeh cerita tak rungokke, tulisan tak woco, keporo aku brosing, nglangi ing ndunyo internet ugo tak lakoni.

Nanging, aku durung biso nemoake, opo tho sejatine kang diugemi poro penari embig utowo jathilan.

Gelem ora gelem, aku kudu krungu lan weruh dewe, opo iku jathilan utowo embig.

Jare ing tlatah Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan ono salah sawijine kesenian jathilan utowo embig kang iseh asli turun temurun.

Iyoh aku kudu miyak wewadi aku kudu tekan kono.

Dengan diiringi alunan gending jawa, jenis kesenian ini dimainkan oleh beberapa orang penari dengan property kuda tiruan dari anyaman bambu berhias warna-warni berciri khas gambar kuda.

Mengenai asal-usul kesenian traditional ini, tidak ada catatan sejarah yang dapat menjelaskan secara detail hanya cerita-cerita verbal yang berkembang dari satu generasi ke generasi lainnya.

Sebelum pertunjukan kesenian embig dimulai, sebuah ritual khusus dilakukan oleh tokoh spiritual setempat atau biasanya dari sesepuh atau pawangnya.

Bentuk ritual yang dilakukan adalah dengan mengarak sejumlah perlengkapan pentas menuju sungai atau sumber mata air yang ada di sekitar tempat kesenian embig tersebut berada dan dipercaya sangat keramat.

Perlengkapan pentas tersebut antara lain:

1. Kuda Kepang sejumlah yang akan dipentaskan

2. Topeng (Kedok) atau barongan

3. Seperangkat alat musik gamelan pengiring

4. Sejumlah sesaji sesuai kebutuhan

Di sungai atau sumber mata air yang dianggap keramat itu, Embig atau Kuda Kepang kemudian dimandikan oleh para penari dan crew yang nantinya akan menungganginya.

Sementara sesaji yang berisi nasi gunungan berhias sayur uraban, bunga tujuh rupa (minimal kembang telon), jajanan pasar, sepasang daging ayam yang sudah dimasak, puluhan telur ayam rebus, serta sejumlah uang receh, dan kemenyan bakar, dimintakan doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk dipersembahkan kepada ruh penunggu atau yang bahu rekso desa.

Disamping permohonan ijin agar pertunjukan bisa berjalan lancar, ritual ini dilakukan oleh tokoh sepiritual atau pawang sebagai bentuk rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, limpahan rahmat dan hidayah-Nya di muka bumi ini.

Sebagian masyarakat juga ada yang percaya bahwa dengan pertunjukan (nanggap kesenian embik) maka dapat mentransfer energi positif dari doa-doa yang dipanjatkan untuk mendatangkan hujan, ini biasanya dilakukan pada saat musim kemarau panjang.

Bentuk alat musik pengiring pertunjukan kuda lumping atau embig pada awalnya sangat sederhana yaitu hanya Kendang, Bende, Gong saja. Dengan demikian iringan yang dimainkan oleh kelompok kesenian embig tentu saja sangat sederhana dan monotone.

Setelah tahun 1966 secara bertahab terdapat penambahan alat musik gamelan berupa Demung, Bonang, Saron dengan laras slendro, kemudian perkembangan berlanjut dengan adanya gamelan-gamelan "Laras Pelog" yang digunakan sehingga iringan pun lebih variatif. Seiring berkembangnya seni di dunia, saat ini banyak grup kesenian traditional yang sudah berkolaborasi dengan menggunakan peralatan musik modern.

Dalam rangkaian kesenian embig yang sering ditunggu oleh para penonton adalah pada saat para penari mulai mengalami kesurupan (kerasukan makhluk gaib) atau menurut istilah mereka yaitu "ndadi".

Ndadi menjadi klimaks dalam sebuah pertunjukan embig, tanpa adegan tersebut pertunjukan kesenian ini akan terasa tak sempurna. 

Penari embig yang benar-benar sedang ndadi bertingkah laku aneh misalnya berteriak-teriak dengan kata-kata tidak jelas dan sulit dipahami. Seluruh tubuh kaku, tegang, dan tariannya pun tidak seperti penari pada umumnya. Bila kelopak matanya dibuka, hanya tampak putih korneanya.

Selain tingkah lakunya aneh, pemain embig yang ndadi biasanya suka memakan makanan mentah misalnya bunga, padi, dedaunan, minum air kelapa muda dan sebagainya.

Setelah atraksi dianggap cukup, kemudian Pawangnya akan datang menghampiri pemain yang ndadi untuk diobati dan diistirahatkan. Dengan demikian selesai sudah rangkaian pertunjukan embig.

Demikian kurang lebihnya Misteri Embig Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan. Semoga dapat memberi pengetahuan dan menambah wawasan untuk lebih menyintai kesenian Jawa guna ikut nguri-uri kebudayaan Jawa. Mendunia, merakyat dan bermanfaat.

Salam Budaya!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post