Usnidar

Merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Alhamdulillah, sudah berlatih menulis sejak bergabung dengan MediaGuru. Guru MTs.N 3 Solok. Kecamatan Lembah Gumant...

Selengkapnya
Navigasi Web
Janji Suci yang Ternoda (Cerber)

Janji Suci yang Ternoda (Cerber)

#tagursiana 6#

Sekarang usia kandunganku sudah memasuki usia sembilan bulan. Aku harus mempersiapkan segala keperluan untuk bersalin. Aku khawatir kalau-kalau prediksi dokter lebih awal dari sebelumnya. Dalam penantian menjelang kelahiran, aku tidak mendapatkan perhatian dari, Jo.

Jantungku berdebar kencang. Rasa takut datang menghadang. Takut melahirkan tampa didampingi oleh suamiku. Saat tengah malam menjulang,aku selalu berdoa kepada Sang Pemilik segala-galanya. "Ya, Allah. Berikanlah hamba kekuatan dan kesabaran dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Lancarkan persalinanku. Ya, Allah pembolak balik hati manusia. Berikanlah kesadaran kepada suamiku untuk lebih memperhatikan ku dan Rika."

Tampa kusadari, air mataku bercucuran bak derasnya air. Aku tertelungkup di depan sajadah merah yang ku hamparkan. Seakan sajadah menjadi saksi kalau aku sangat mengharapkan kehadiran, Jo, disaat-saat persalinan nanti.

Sorenya, di kala aku sedang membelai dan bercengkerama dengan bunga yang ada di halaman. Aku merasakan sakit yang luar biasa. Badanku terasa penat, perutku terasa sakit yang luar biasa. Aku coba memaksakan diri masuk ke rumah walaupun dalam keadaan sakit yang mendalam.

Aku coba berbaring menahan sakitnya yang seakan akan merenggut nyawaku.

"Rika. Panggil etek sebelah."

Rika yang masih berusia empat tahun pergi memanggil mama sebelah yang juga kakak dariku.

"Ma Uwo, Mama memanggil."

Kakak Kayla bergegas ke rumah belakang. Tiba -tiba, Jo datang dan membawa Kayla ke rumah bidan terdekat. "Alhamdulillah," gumamku di tengah rasa sakit yang tak tertahankan.

Tidak berselang lama, anak ke-dua Jo dan Kayla lahir. "Alhamdulillah, anak laki-laki," ujar bidan yang menangani Kayla. Usai dibersihkan, perawat menyerahkan bayinya kepada,Jo.

"Ini, Pak! Silahkan diazankan."

Jo mengambil bayi yang belum diberi nama itu dan mengazankannya. Namun, Jo bungkam dan tidak bicara satu pun kepadaku. Dia tidak memberi semangat kepadaku untuk pelepas lelahku yang hampir merenggut nyawaku.

Saat malam tiba, Jo berangkat lagi ke kota dengan alasan dagangan sudah terbeli. Namun, apalah dayaku. Aku yang masih lemah dan terbaring tidak bisa berbuat apa-apa.

bersambung...

Alahan Panjang, Senin, 5 Desember 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post