H.129

Tahun berganti, musim berbilang. Namun, sifat Pak Abdullah tak kunjung berubah. Ia masih tidak suka meminjamkan barang milik pribadinya kepada orang lain, termasuk isterinya sendiri.

Bu, Aisyah hanya bisa larut dalam kesedihan. Ia tak akan pernah berani menyampaikan dan curhat kepada Pak, Abdullah suaminya. Sekalipun, ia mengalami berbagai kesulitan. Baik dari segi keuangan, masalah pribadi dan bahkan bila ia sakit, ia tak akan mengatakannya.

Seharusnya, sepasang suami isteri saling melengkapi, saling terbuka dan saling berbagi. Bahkan, banyak lagi saling-saling yang lainnya. He...he....

Namun, beda dengan pasangan ini. Pak Abdullah tak mau tahu kebutuhan dan keinginan isterinya. Bertahun-tahun sudah ia tidak memberikan belanja kepada isterinya dengan alasan isterinya punya penghasilan sendiri. Bahkan, untuk urusan dapur pun beliau tak mau tahu. Sedangkan alasan yang lain adalah karena beliau membiayai anak-anak sekolah.

Keadaan ini, terkadang bisa dimengerti oleh Bu, Aisyah. Tetapi, jika ia bersama teman-temannya saling berbagi cerita, Bu Aisyah pasti minder. Tak jarang para ibu-ibu menceritakan uang pemberian suaminya untuk beli ini, beli itu dan sebagainya. Sedangkan, Bu Aisyah, hanya bisa menelan ludah karena tidak merasakan bagaimana rasanya diberi uang jajan dan keperluan pribadi oleh suaminya.

Sering Bu, Aisyah menyampaikan bahwa kewajiban seorang suami kepada isteri adalah memberikan nafkah termasuk belanja. Tetapi, Pak Abdullah selalu marah. Ia tidak mau diingatkan akan kewajibannya sebagai seorang suami. Ia menjaga egonya yang membuat Bu Aisyah sering ketakutan jika akan berbagi cerita.

Bu, Aisyah hanya bisa sabar dan terus berdoa, semoga suatu saat nanti, Pak Abdullah menyadari akan kekeliruannya, sehingga, segala amalnya akan diterima oleh Allah.

Alahan Panjang, 26 Maret 2024