Uswatun Hasanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Si Acil Penjual “WADAI”

Berbiaca tentang wadai biasanya sudah tidak asing lagi bagi orang Banjar atau orang Bakumpai.

Tapi sebagian orang mungkin bingung. Apaa itu wadai?? Ayooo tebak..siapa cepat dia dapat wadai..Hihi

Yaaa….betul sekali…Wadai is kue. Wadainya dipaketin dulu ya and then di kirim via pos…(kelamaan keless) :D

Nah, dalam bahasa Banjar dan Bakumpai nama kerennya Wadai (ehmm,,keren banaarrr)

Tapi, tunggu dulu guys…

Yang diceritakan di sini bukan tentang wadainya, rasanya, resepnya, cara membuatnya apalagi cara memakannya (semua juga udah tau makannya gimana )

Tapi edisi special tentang si Ibu yang menjajakan kuenya.

Atau yang biasa disebut dengan acil nang bajual wadai (bahasa Banjar)

Dalam perjalanan ke kampusku bersama Hamidah

Aku melihat seorang ibu berkerudung duduk didepan kos

Beliau terlihat lelah, mungkin karena sudah berjalan jauh dengan terik matahari yang cukup panas.

Tapi senyumnya membuatku bahagia dan tertarik untuk melihat isi keranjang yang dibawanya.

Dua keranjang dengan isi yang berbeda…

Aku hanya membeli dua wadai. Maklum guys kalo anak kos itu tanggal tue mesti ngirit

Yaaa….biar cukup untuk bertahan hidup hingga nanti dapat kiriman dari mama abah lagi. Hehe

Rasanya ada yang kurang tanpa berbincang. Pasti lah..sayur juga tanpa garam terasa hambar. :D

Si Acil ni jar urang Banjar tu pinanya pamander jua (suka berbicara). Kisahnya ni becampur bahasanya Bahasa Indonesia dengan Bahasa Banjar. Ampun maaf ae ulun (saya) kalo buhan pian (anda) ada nang kada paham.

Acil : Laki unda sudah di bawah tanah ampat puluh (40) tahun?

Ulun : (ulun kada konek lagi nah soalnya habis mengerjakan soal..paksa ai betaken) lagi soalnya

acilnya pakai implied meaning “dibawah tanah”)Di bawah tanah? Maksudnya cil? Laki pian sudah meninggal kah?

Acil : Iih. Hanyar satu satangah (1 ½ ) tahun nikah meninggal.

Ulun : Ouh..iya kah cil. Trus pian hidup sorangan aja lah cil?

Acil : Iih. Unda kada mau belaki lagi..

Ulun : (muha panasaran) Kenapa cil kada mau belaki lagi???

Acil : Ngalih, inya lakiku tu baik orangnya.

Ulun : (handak menggayai acilnya) Emm..cinta pertama cil lah? Nya ngalih dilupakan cil lah cinta

pertama tuh..(eeaaaa)

Acil : (Takurihing) (tertawa) Nah..iya tu. Jadi aku kada mau lagi. Biar aja sorangan kaya ini.

Ulun : (meangguk manis) ouh..inggih cil ae. Ayuja kami handak ke kampus lagi (takutan kalo

talambat). Tukar cil lah..?

Acil : Iih jual. Mudahan buhan ikam ni sugih kena. Lulus sakolah, sukses, hidup nyaman

(acil mendoakan ulun dengan midah)

Ulun : Inggih cil. Aamiin .

Aku dan Hamidah melanjutkan perjalanan ke Kampus. Dalam perjalanan menuju kampus, terlintas dibenakku bahwa si Acil tadi sungguh seorang wanita yang tegar. Empat puluh tahun tanpa suami bukan hal yang mudah tapi dia sanggup melaluinya. MasyaAllah. Apakah itu yang dinamakan cinta sejati dan ikhlas? Untuk si Acil tadi aku berdoa semoga kelak beliau dipertemukan dan disatukan kembali dengan suaminya di surganya Allah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wowwww cerita yg renyah, walau agak bingung. Sukses selalu dan barakallah

07 Dec
Balas

Thanks bunda..bingung karena bahasanya ya bund..hihi..ini ceritanya campuran dari bahasa banjar (kalimantan selatan) . Aamiin.. Makasih bunda. Sukses selalu juga bun..

07 Dec



search

New Post