Sesal, Rindu Kemudian
#tantanganGurusianahari-193#
Ada sesak yang begitu membuncah dalam dada. Ada luka yang seakan menganga tergarami. Perihnya tak terkira, laksana tersayat sembilu. Kepongahan dan jumawa yang ditampakkan benar-benar telah mengalirkan darah yang tak terlihat. Biyana masih juga enggan tuk mengakuinya.
Kedekatan Biyana dan Noya akhr-akhir ini sungguh menorehan sejuta asa dibalik cerita. Biyana tak akan sanggup mengelak dari pesona Noya sang garuda. Memantik rasa yang menggelora. Namun ia sadar, ada sebuah dinding yang begitu tinggi untuk digapainya. “Haruskah aku menemuimu sekarang Noya?”lirih Biyana dalam diam.
Tak dapat Biyana sangkal, sorot mata nan teduh itu telah membius mata hati Biyana. Suara parau sang garuda nyatanya telah memporak-porandakan pertahanan Biyana. Tak mungkin Biyana akan mengakuinya, meski Noya telah membuka tabir rasanya. Bak menyemai renjana, dekapan hangat Noya saat lalu makin meremuk redamkan Biyana. “Aku merindukanmu Noya, cepatlah bangun.”lirih suara Biyana membisikkan di telinga Noya yang tengah meregang nyawa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen pentigrafnya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi
Terima kasih
Duuh sedihnya. Skses Bunda
Terima kasih Bu
Luar biasa cerita indah namun berbalut kesedihan. Keren ibu cantik.. Salam santun
Terima kasih Bu
Luar biasa.... Keren... Salam Literasi...
Terima kasih Bapak
Sedihnya.. sukses selalu
Terima kasih Bu
Salam literasi Teh,
Sami-sami