Uung Ulfah

Nama Uung Ulfah.Spd Mengajar di SMAN 86 Jakarta sejak tahun 2015 Sebelumnya mengajar di SMAN 74 Jakarta selama 23 thn Lahir di Serang, 53 tahun yang la...

Selengkapnya
Navigasi Web
JAKARTA PURWOKERTO
JALAN JALAN

JAKARTA PURWOKERTO

PERJALANAN JAKARTA PURWOKERTO

BY:UUNG ULFAH.SPD

TANTANGAN HARI KE 41 MENUJU 60

BAGIAN 5

Bangun tidur pagi buta di kali Pasir, ku buka jendela kamar rumah Bu lek yang kami tiduri. semilir angin berhembus sangat menyejukkan. Hilang semua masalah kemaren yang terjadi. Kumulai kegiatan dengan mengambil wudhu dan shalat shubuh. Suamiku masih asyik meringkuk dengan selimutnya.

Selesai shalat, kubangunkan suami dan aku langsung menghampiri Bu Lek yang sedang sibuk di dapur. Harum aroma masakan nasi goring bu lek, membuat perutku berbunyi.

“Udah bangun nak?” Tanya BuLek.

“Iya Bulek, wangi masakannya sampe ke kamar.” Gurauku. “Jadi laper nih!”

“Aku bantu ya Lek?” Tanpa jawaban, aku membawakan 4 piring ke meja makan.

“Yo iki di bawa ke meja makan, bulek bikin minumannya dulu.” Sambil menyodorkan tenong berisi nasi goreng.

“Sudah Bulek. Masih ada lagi ngga?” Tanyaku.

Selesai merapikan meja makan, aku bergegas ke kamar mandi untuk bersih bersih. Sampai di kamar, kulihat suamiku masih meringkuk juga.

“Pah, kucubit hidungnya, untuk membangunkan.

“Apaan si mah! Masih ngantuk nih!”

“Bangun shalat shubuh dulu!” Bu lek udah siapin sarapan tuh. Katanya mau ngajak jalan jalan!”

Dengan malas, suamiku akhirnya bangun juga. Beranjak ke kamar mandi untk berwudhu.

Aku sudah rapih dengan baju pergiku. Siapa tahu jadi jalan jalan. Sesuai janji suamiku.

“Nak Ulfah, Hery, sarapan yuk.” Suara Bulek dari meja makan.

“Ya Lek, aku langsung menuju meja makan. Suamiku sedang siap siap mandi.

“Pah, mama duluan ya!”

Pak Lek dan Bulek sudah menunggu di meja makan dengan pakaian rapih siap pergi.

“Dah pada siap nih, yang ngajak baru mandi.” Kataku.

“Ya rapopo, biasa Hery suka ngaret. Pallek buka suara.

“Kita makan duluan aja yuk nak. Nanti kalau ngga keburu dibungkus aja buat Hery.” Canda Bulek.

“Iyo Lek, di rumah juga jarang makan bareng. Mas Hery suka maunya sendiri.”

Kami bertiga makan duluan. Kurang lebih 15 menit, suamiku baru keluar dari kamar.

Langsung ngajak kami untuk siap siap.

“Makan dulu pah, nanti masuk angin kalau ngga diisi perutnya.” Kataku.

“Oke permaisuriku, suamiku dengan rayuan gombalnya.”

Pak Lek dan Bulek senyum senyum aja denger mas Hery manggil aku dengan sebutan permaisuri.

“Mau kemana kita pah?” Tanyaku.

“Kita ke Batu Raden aja, dari sana ke tempat oleh oleh.” Jawab suamiku.

Paklek dan Bulek siap siap ambil tas untuk berangkat ke Batu Raden. Mas Hery menggandengku dengan mesra menuju mobil dari depan gang. Kami berangkat tepat jam 9 pagi.

Sampai mobil, suamiku membukakan pintu depan untukku. Dengan gaya menunduknya, bak sopir kepada majikannya. Aku tersenyum saja melihat polahnya.

“Silahkan masuk permaisuriku, goda suamiku.”

“Dasar papah. Mau ngerayuku ya, biar ngga inget kejadian kemaren!”

Bulek dan Paklek duduk di belakang kami. Sambil tersenyum melihat tingkah polah kami.

Siap berangkat. Ternyata perjalanan dari rumah Bulek ke Batu Raden cukup jauh juga. Satu jam perjalanan. Sepanjang jalan, tak henti Paklek bercerita tentang mas Hery semasa remajanya. Lumayanlah, jadi pahama riwayat hidup suamiku secara langsung dari sumber kedua. Hehe.

BERSAMBUNG

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post