Uzlifah Rusydiana

Belajar dan terus belajar... ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merdeka dengan Komitmen

Merdeka dengan Komitmen

Beragam strategi bisa dilakukan guru untuk mengawali semester. Kegiatan awal semester tidak harus langsung dicecar dengan padatnya materi pelajaran. Siswa perlu beradaptasi setelah masa liburan. Guru bisa mengajak siswa merapikan kelas, menulis dan menceritakan kisah liburannya, bekerja bakti membersihkan lingkungan sekolah, dan memberikan informasi secara umum terkait pembelajaran dalam satu semester ke depan. Tak kalah pentingnya, membangun komitmen dan menyepakati konsekuensi jika komitmen yang telah disusun dilanggar.

Sebelum kegiatan, guru menyiapkan dua kertas manila dan menempelnya di papan tulis. Satu kertas manila bertuliskan “komitmen”. Kertas manila kedua bertuliskan “konsekuensi”. Siswa menyiapkan minimal dua kertas untuk menulis satu komitmen dan satu konsekuensi. Jika ingin menulis dua komitmen dan konsekuensi, maka kertas yang dibutuhkan sebanyak empat buah. Begitu seterusnya. Kertas yang dipilih adalah kertas pembatas buku berwarna-warni berukuran 7 x 6 cm. Tujuannya, agar langsung bisa ditempel di kertas manila tanpa membutuhkan alat perekat lagi karena di kertas pembatas tersebut sudah mengandung perekat.

Untuk menciptakan kelas yang kondusif dan pembelajaran efektif, diperlukan aturan yang disepakati bersama. Bukan aturan satu arah yang dibuat guru beserta jenis sanksi yang sudah ditentukan. Komitmen dan konsekuensi yang dibangun bersama akan membantu siswa untuk senantiasa berperilaku disiplin dan konsisten terhadap apa yang telah disepakati.

Dengan bimbingan guru, siswa diberi kebebasan berpendapat. Siswa diberi kebebasan dalam menuliskan harapan dan komitmennya dalam pembelajaran selama satu semester. Siswa juga menuliskan konsekuensi jika komitmen tersebut diabaikan. Satu per satu siswa membacakan komitmen dan konsekuensi yang telah ditulis. Jika terdapat komitmen dan konsekuensi yang sama, guru menuntun siswa kembali untuk menuliskan komitmen dan konsekuensi yang berbeda. Dengan menanyakan apa harapan dan impiannya terhadap kelas dan sekolah, siswa akan lebih mudah menuliskan komitmen dan konsekuensinya.

Siswa menulis komitmen dan konsekuensi di kertasnya masing-masing. Ada yang menuliskan komitmen “Datang sekolah tepat waktu” beserta konsekuensi jika terlambat datang sekolah, yaitu “Menghafal tiga surat pendek”. Siswa lainnya menulis komitmen “Menyimak penjelasan guru” dengan konsekuensi “Membersihkan kelas sampai bersih pada jam istirahat”. Dan seterusnya sampai terkumpul komitmen dan konsekuensi sejumlah siswa. siswa juga diperkenankan menuliskan lebih dari satu komitmen dan konsekuensi.

Komitmen dan konsekuensi yang telah ditulis siap ditempel karena sudah dipastikan setiap siswa menulis komitmen dan konsekuensi yang berbeda. Selanjutnya, guru membacakan satu per satu komitmen dan konsekuensi yang telah tertempel. Tujuannya, untuk meminta kesepakatan dari siswa. Jika sebagian besar siswa tidak sepakat dengan komitmen dan konsekuensi tertentu, maka bisa dibatalkan dari kesepakatan kelas.

Hasil final komitmen dan konsekuensi yang telah disepakati bersama ditempel di dinding kelas bagian depan sebagai pengingat siswa agar mereka senantiasa konsisten dengan kesepakatan yang diputuskan bersama. Tentunya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Di sini pentingnya peran guru untuk selalu mengingatkan siswa agar terus konsisten terhadap komitmen dan konsekuensi kelas. Jika sudah terbiasa, maka akan menjadi suatu pembiasaan tanpa harus diingatkan kembali.

Komitmen dan konsekuensi yang dibangun sendiri dengan penuh kesadaran akan melahirkan siswa yang bertanggung jawab dan berdisiplin positif. Dengan sendirinya mereka akan berperilaku positif sesuai kesepakatan yang ditetapkan bersama. Pembiasaan disiplin positif tersebut akan menumbuhkan kesadaran siswa untuk melakukan sesuatu tanpa ancaman dan hukuman. Ketika siswa melakukan piket kelas sesuai jadwal, maka ia akan mendapatkan kelas yang nyaman, bukan karena akan dihukum atau ingin mendapatkan pujian.

Memang bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Namun, bukan berarti tidak mungkin. Guru harus terus menuntun dan tak bosan memberikan teladan yang baik. Harapannya, di masa mendatang siswa memiliki integritas dalam setiap hal yang dilakukannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post