Valentinus Utomo, S. Pd

Penulis Lahir di Kutoarjo, Jawa Tengah pada tanggal 19 Oktober 1991. Menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu P...

Selengkapnya
Navigasi Web
HIDUP KEBENARAN DAN KASIH

HIDUP KEBENARAN DAN KASIH

'sebuah renungan'

"Kupersembahkan khusus hanya buat para sahabat2ku"

*HIDUP KEBENARAN KASIH*

_"Manunggaling Kawula Gusti"_

*(9)*

_"Persatuan dan kesatuan adalah hukum fundamental dalam hidup"(GS)_.

Kalimat ini yang sering terdapat di setiap tulisan sesepuh dalam buku2nya. Kalau kita jeli pasti ada pesan yang tersembunyi didalam tulisan itu.

Beliau selalu berpesan: Untuk memahami tulisan tersebut, terlebih dahulu kita harus menghapus unsur2 primordial yang melekat pada diri kita selama ini, karena itu adalah awal yang baik agar kita bisa mensejajarkan diri dan tanpa mem-beda2kan dalam menyikapi hidup ini. Karena kita semua sama dimata Tuhan.

"Manunggaling Kawula Gusti"

Adalah kalimat murni ke-universalan-nya. Yang artinya: "Persatuan Kesatuan yang utuh dalam hidup". Karena memang sudah sejak awal kejadiannnya demikian.

Perlu difahami: Kesatuan artinya adalah suatu perpaduan yang tidak bisa dipisahkan bagaimanapun caranya.

"MANUNGGAL" beda dengan arti "PANUNGGAL". Manunggal berarti Kesatuan,sedangkan Panunggal berarti Penyatuan. Kawula adalah wadahnya.

"Manunggal menyatakan kesatuan utuh semenjak awal, laksana "madu dengan manisnya"

Panunggal menyatakan penyatuan yang baru terjadi antara dua obyek yang terpisahkan sebelumnya. Seperti perpaduan antara 'kopi dan gula'.

'Manunggaling Kawula Gusti' kalimat yang tepat untuk menggambarkan kesatuan antara 'Tuhan Alam semesta termasuk didalamnya manusia', karena manusia adalah bagian dari alam semesta yang tidak pernah terpisah semenjak mula ada dalam satu kesatuan utuh (tauhid), inilah inti dari "ATURAN KEJADIAN" tetapi kebanyakan manusia merasa terpisah/berjarak denganNya sehingga mencarinya 'nun' jauh disana. Diibaratkan "se'ekor anjing yang mencari buntutnya yang hilang".

Selama manusia masih memuja sosok Tuhan diluar dirinya, selama itu pula dia sedang berkhayal, maka selama itu pulalah ia jauh dariNya. Karena merasa jauh, timbulah istilah 'mendekatkan diri'. Faham ini adalah faham yang diciptakan manusia karena mengabaikan petunjukNya.

Kemelekatannya pada faham ini, jelas tidak ada titik temu apalagi titik kepuasan. Selama itu pulalah "takut derita, sesat, celaka selalu menghampiri dan menghantui dirinya selamanya, karena tidak mendapat pertolonganNya". Adapun doa-doa yang selalu dipanjatkan hanya sebagai hal yang rutinitas atau kewajiban saja.

Sebaliknya memahami Tuhan sebagai hukum fundamental dalam hidup, terwujudnya persatuan dan kesatuan inilah yang disebut (tauhid) disebut "iman celupan Allah". Iman ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata karena tidak ada tanda2 tertentu secara lahiriah untuk bisa dikenali. Karena iman itu pada hakekatnya ghaib.

Jika kita tidak ber-tauhid berarti kita terpisah. (Walaupun mustahil hidup dalam keterpisahan denganNya).

Yang kita bahas disini adalah masalah kejiwaan agar bisa menjadi 'sikap jiwa', bukan perbuatan, dan bukan pula membahas suatu agama tertentu. Kemungkinan terdapat ayat2 kitab suci agama tertentu yang dikutip, itu hanya sebagai refrensi.

Jika belum ber-tauhid apapun yang dilakukan dalam hidup ini hanyalah bersandar pada bentuk kesanggupan dan kemampuan yang terbatas. Bagaimana bisa, karena manusia itu dinyatakan tiada daya upaya. Jadi "Lahaula walaquwata"nya hanya ucapan dibibir bukan karena sikap jiwa.

Karena kesanggupan dan kemampuannya terbatas, ibadahnya pun terbatas, maka ada hitungan dan perhitungan untung ruginya. Dalam hal ini manusia tanpa sadar telah "memperdagang kan imannya kepada Tuhan". Karena dia merasa berbuat, maka dialah yang harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Hal ini adalah suatu yang logis.

Karena kemampuan yang dirasakan cukup mendapat tempat dan pujian dari manusia, maka tak terhindarkan dari sikap 'ujub dan 'riya, walaupun tertutup atau ditutupi. Karena "Riya' itu ibarat semut hitam, yang berjalan dibatu hitam dimalam yang kelam". Yang bersangkutan sendiri justru tidak menyadarinya karena saking samarnya.

Sebaliknya bagi yang sudah menyadari, "Dia merasa tidak berbuat", tapi Tuhanlah yang berbuat untuknya, hal ini karena sudah menyadari bahwa 'Sang Maha Hidup' adalah perwujudan dari persatuan dan kesatuan. Jadi dengan demikian tak pernah terluput dari bentuk ibadah, setiap apapun yang dilakukan adalah ibadah, sholatnya terus menerus (dawam). "Sholat telah di-dirikan otomatis zakatpun ditunaikan"

Dari itu mari kita berpikir secara rohaniah, agar kita akan menjadi manusia ikhlas dalam segala hal, karena telah mengabaikan perhitungan untung rugi. Kalau kita berpikir secara jasmaniah, mustahil hal ini bisa terhayati.

Karena kurangnya ilmu pengertian maka jadilah kita manusia pengkhayal selama-lamanya, dikarenakan dirinya merasa terpisah dengan Tuhan.

Didalam menjalani ibadah agama pikirannya sangat 'khusuk' yang hanya ditujukan pada Tuhan. Ini suatu hal yang sangat mustahil, pikiran konvensional bergerak dipermukaan ruang dan waktu, sedangkan Tuhan diluar jangkauan pikiran. Jadi mustahil Tuhan dapat dibayangkan.

Bukankah petunjuknya mengatakan: _"Jika engkau ingin kenal akan Tuhanmu, kenalilah dirimu, jika engkau mencari Tuhan diluar dari dirimu sesungguhnya itu jalan yang sesat"

Untuk menyadari percikan 'Api Suci Sang Maha Hidup' secara rohaniah, kita mulai dari diri sendiri. Yaitu dari Hidup kita sendiri yang ada di dalam relung bathin terdalam. Bukankah kita ini HIDUP? Dan kita harus menyadari dan bertanya siapa si-HIDUP itu? Adakah manusia bisa melihat dan menjelaskannya? Jelas tidak, tapi jasmani inilah yang menjadi saksi ada dan keberadaannya atas kemanunggalannya dengan 'Sang Maha Hidup', tetapi kita tidak menyadarinya, karena pikiran kita terlalu jauh menggambarkan sesuatu yang mustahil terjangkau.

"Sekiranya si Hidup itu tidak ada pada tubuh kita, maka disebutlah kita mayat atau jenazah."

Dan kita yang masih hidup justru mengatakan "dia dipanggil Tuhan".

Walaupun si-manusianya masih hidup, kalau nalarnya mati, toh sama saja. Dia hanya sekedar hidup dalam roh gentayangan.

Berbeda bagi yang telah masuk ranah kesadaran. "Dia Hidup menghidupkan dan menghidupi". Karena diranah inilah Hidup yang sesungguhnya baru dimulai. (Qi'amu binapsihi) "Inna lillahi wa'ina'ilaihi roji'un") "Akulah Yang awal dan yang akhir".

Nah mumpung si-'Hidup' masih betah menunggu memberi kesempatan untuk kita jenguk, marilah untuk tidak menunda-nundanya lagi. Disini inilah kita membutuhkan perenungan yang mendalam untuk menyadari itu, maka jenguklah Dia selagi masih ada kesempatan. "Aku lebih dekat dari kedua urat lehermu" demikianlah firmanNya, berarti yang hidup itu adalah sepercik kehadiranNya *"DIA mewujud suatu energi yang tak kasat mata"* meliputi alam semesta sebagai wadahNya.

"Laksana ikan tak perlu mencari air, kemanapun dia menghadap, dia menghadap air, karena dia berada dalam air".

"Demikian manusia, Timur dan barat itu kepunyaanKu, kemanapun kau menghadap sesungguhnya engkau menghadap kepadaKu".

Dengan menyadari bahwa setiap bentuk adalah sebagai wadahNya, kita harus bisa menjaga kebersihannya secara rohaniah.

"Karena bersih itu bagian dari iman" Artinya: "Bersihkan hati dan pikiran2 kita dari bentuk2 kepercayaan yang berkaitan dengan tuhan yang berada nun jauh disana diluar diri kita"

Dengan KESADARAN yang demikian itulah kita telah memasuki alam ROHANIAH, alam dimana kita berasal, "laksana garam kembali kelautan", inilah alam tertinggi alam asal muasal kita dan kita harus berani memasukinya dan menyikapi 'Persatuan dan kesatuan yang adalah hukum fundamental dalam hidup', yang maknanya sudah dijelaskan.

"Naiklah ke langit tingkat tujuh, temuilah para malaikat, dan mintalah bantuannya untuk menemui Tuhan, namun Tuhan tidak bakal engkau temui bila engkau berpikir secara jasmaniah atau diluar dirimu.

Keberadaan-Nya ada di pusat hatimu yang terdalam, disitulah kilauan CahayaNya memancar. Kecil tak terbatas namun dapat menerangi alam semesta yang besar tak terbatas. Jadi kecil tak terbatas besar tak terbatas sama saja tidak ada bedanya. Laksana biji merica yang ditumbuk halus, jika digelar akan memenuhi alam semesta!

Itulah 'HIDUP YANG MENGHIDUPKAN DAN MENGHIDUPI' meliputi alam jagat raya ini termasuk didalamnya manusia.

"Laitsa Kamaslihi sai'un", artinya: tiada yang menyerupai, tiada bandingannya. Mustahil dapat dipikirkan karena Dia tak tergambarkan, taklain adalah SEJATINYA perwujudan diri kita sendiri dalam wujud energi "HIDUP KEBENARAN KASIH" yang hidup namun tak terlihat, karena tak terlihat lazim kita sebut "KOSONG atau SUWUNG" Dia tidak mengenal baik dan jahat, atau benar dan salah. Namun sifatNya penuh Kasih yang menjadikan lebih apapun yang kita pinta dan pikirkan.

Kalau baik perbuatan kita, maka dijadikanlah 10 X lipat kebaikan untuk kita. Sebaliknya kalau buruk perbuatan kita, maka celakalah yang bakal kita alami. Ingat: "Dia sifatnya hanya menjadikan apa yang ada dalam pikiran."

Kesadaran inilah yang kita angkat kepermukaan sebagai _'Hiden power'_. Maka tujuan hidup itu tergantung kepada manusianya yang telah diberi 'hak' untuk menjalaninya. "Mau surga, mau neraka, jalannya sudah tersedia", tinggal pilih."

Dengan kesadaran yang demikian marilah kita merenung sejenak : Apakah dimasa lalumu atau dimasa-masa gelap hatimu sebelum engkau menyadarinya Dia pernah meninggalkanmu ? Tidak sedetikpun Dia pernah meninggal kita, justeru kitalah yang mengabaikan kehadiranNya.

Tuhan tidak pernah melihat masa lalu kita walaupun masa lalu kita hitam penuh noda dan dosa. Dengan ke-Maha KuasaanNya Dia dengan mudah memutihkannya bila kita kembali kepadaNya. Tentunya sekarang dan disini.

"Aku tidak melihat apa yang pernah kau lakukan, tapi Aku melihat bagaimana kini engkau mendudukan Aku dalam sikap jiwa".

Jadi jangan bosan berbuat baik kepada siapapun dan sekecil apapun, tentunya dengan penuh kesadaran, karena pada hakikatnya kita sedang berbuat baik pada diri kita sendiri.

Disamping keluarga yang kita kasihi dan cintai, terutama dan yang paling utama adalah dengan mengasihi dan berbuat baik kepada kedua Ibu Bapak kita yang telah mengasuh kita sejak dalam kandungan, dialah malaikat kita didunia ini yang telah mengutus kita hidup didunia ini, tanpa mereka kitapun tidak ada. Dengan ukuran kebaikan apapun kita membalasnya masih belum terlunasi.

Demikianlah tulisan iseng ini kubuat, semoga ada manfaatnya, kalau tidak dihapus saja.

Selamat berbahagia.

"HIDUP KEBENARAN KASIH".

Valentinus Utomo

Counselor and Trainner

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post