Dia Patut dikasihani
Aku berharap tak mendengar hal semacam ini lagi
Penganggu yang terus datang kembali meracun
Aku tak paham mengapa manusia bertitel agama
Mampu menjadi begitu nista dan rendah
Aku berharap otakku memiliki peta
Untuk memberitahu hatiku ke mana harus pergi
Sehingga aku tak perlu berurusan dengan perasaanku
Aku berharap saat ia mengucapkan selamat tinggal
Dengan selembar kertas serah terima
Sebelum menggantikan manusia rendah ini
Ia bener-benar mengucapkan dengan tulus
Itu tidak akan mengubah siapa aku
Tapi mungkin telah mengubah apa yang kuinginkan
Aku berharap tetap menjaga hubungan
Dengan semua orang yang kutemui
Sayangnya waktu ia mundur dari jabatan ini
Ternyata tak hanya dengan satu alasan
Tidak mampu melaksanakan tugasnya
Tapi juga tidak mampu melepaskan posisinya
Sungguh sebetulnya ia patut dikasihani
*
Kamar Belajar, 22.16
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren puisinya. Salam literasi dan semangat selalu Bun.
Salam sukses selalu bu ....