vania natassia

Sejak kecil saya senang sekali mengajar. Saya senang jika harus pergi ke tempat yang jauh untuk bertemu anak-anak di perbatasan. Dulu saya pernah mengajar di pe...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ceritaku di Negeri Jiran

Ceritaku di Negeri Jiran

Seindah Pelangi Senyumu Menenangkanku

Di dunia ini tidak ada tempat terbaik yang layak dihuni oleh manusia. Semua sudah rusak karena keegoisan dan hedonisme mereka sendiri. Namun ada satu tempat dimana aku merasakan sebuah keindahan dan kedamaian saat berada di sana. Ya, jiran. Di sanalah hatiku tertambat sekarang.

Keceriaan budak-budak kecil berseragam putih merah yang tidak berlogo itu membuat mataku terperangah dan mulutku melongo. Aku tidak menyangka mereka bisa sebahagia itu dengan bersekolah di bangunan berpetak kecil pengap tanpa buku pegangan. Hanya buku tulis dan pensil sebagai senjata mereka belajar. “Terimakasih Tuhan sudah mengirimkan aku ke sini”, ungkapku dalam hati. Rasanya seperti tersayat miris dan perih melihat kehidupan yang tidak pernah aku rasakan.

Aku sama sekali tidak berani mengeluh, mulutku terbungkam dengan sendirinya. Tak satu keluh pun keluar dari mulutku, apalagi saat melihat senyuman mereka seindah pelangi walau hidup mereka bagai petir yang menakutkan yang membuatku semakin terpaku.

Keadaan mereka terbatas menurut pandanganku, namun bagi mereka terbatas bukan perkara tidak adanya seragam atau fasilitas. Keberadaan guru dan tempat belajar sudah lebih dari cukup bagi mereka untuk menekuri lingkaran dunia, menelisik setiap disiplin ilmu yang ingin mereka tahu, sekaligus mencari-cari kemampuan apa yang Tuhan titipkan kepada mereka. Tingkah mereka tak ubahnya anak kecil yang selalu lapar dan haus akan asupan gizi, dalam konteks ini berupa informasi dan pengetahuan bagi bekal masa depan mereka.

Gelagat mereka memancarkan harapan yang akan selalu ada dan akan selalu mereka perjuangkan. Ya, akan selalu ada. Aku percaya itu, walau kadang aku merasa tak sanggup menahan tangis karena harus terus melihat mereka yang sebenarnya dalam keadaan takut tertangkap aparat keamanan karena tidak adanya dokumen resmi atas nama mereka. Lahir dan dibesarkan tanpa surat-surat legal, tidak adanya perlindungan hukum, dan hidup dalam hutan-hutan sawit yang tidak ada akses jalan yang mulus. Terkadang juga takut akan datangnya hujan deras yang mengakibatkan datangnya banjir dan longsor sewaktu-waktu sebab tekstur tanah yang tidak rata.

Namun dari semua ancaman itu, aku masih saja mengaggumi mereka yang masih dapat bermain dan bercanda di sekolah mungil ini. Hal itulah yang membuat aku salut sekaligus terharu. Semoga kedatanganku kemari bisa membuat kalian merasa aman dan dicintai, layaknya anak-anak yang berhak menerima kasih tanpa syarat dari orangtuanya.

~female_fighter~

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Top bu vania

22 Aug
Balas

Eh Pak yudha. Hehehe Halo Pak.. kemarin dikasih tau bu siti dan bu ros nulis di sini. Jadi menyalurkan hobi boleh juga kan Pak.

22 Aug

Boleh banget

22 Aug

Pingin juga, punya cerita di luar sana.

22 Aug
Balas

Boleh Pak Edi, main saja ke Sabah. Banyak anak2 Indonesia di sini.

22 Aug

Kedatangan Bu Vania tidak hanya membuat anak-anak merasa aman dan dicintai . Lebih dari itu, Ibu telah menghantarkan mereka ke masa depan yang lebih cerah

22 Aug
Balas

Amin Bu.. semoga saya bisa membawa anak2 Indonesia yg ada di sini untuk meraih cita-cita mereka. Terima kasih Bu Afida.

22 Aug

Ehm.. Pingin dolan ke lusr nrgeri. Negeri impian... Sip. Bu. Terlihat ada gambaran begitu menginspirasi.

22 Aug
Balas

Malaysia tidak jauh kok Pak Wiyono. Main saja. Rasanya sedikit sama seperti di Indonesia.

22 Aug

Mantap kisah dalam ceritanya Bu..

21 Feb
Balas



search

New Post