Bukan untuk siapa-siapa

Terseok-seok mengikuti tantangan menulis ini.

Lebih sering malas menghampiri ketimbang semangat yang membakar.

Aturan main yang begitu kaku membuat patah ketika sudah ada celah.

Seakan sikap kompromistis itu tidak ada.

Ah sudahlah.

Kenapa harus terikat oleh aturan main mereka?

Menulis ini hak nya siapa? Kemerdekaan siapa?

Kenapa harus patah arang gara-gara ada satu dua hari yang bolong?

Jangan pedulikan aturan yang melemahkan itu.

Jalan terus saja meski satu dua kali ada halangan menulis.

Toh yang penting semangat ini belum mulai mati.

Hanya redup saja, untuk kemudian terang lagi.

Aku tidak peduli dengan berbagai piagam penghargaan itu.

Karena menulis ku bukan mengejar popularitas itu.

Aku hanya ingin bersuara.

Bersuara atas hati yang ingin bicara.

Bahwa menulis adalah curahan hati kita yang merdeka.

Anytime anywhere kita bisa melakukannya.

Bukan untuk mereka.

Tapi untuk mewakili suara hati kita.

Merdeka, sekali lagi merdeka untuk jiwa-jiwa yang menulis bukan untuk mengejar apa-apa.

Semoga kemerdekaan ini bisa terus ku pertahankan hingga nanti.

Dari seorang penulis sejati.

Verawati