Verawati

Verawati, lahir di Bekasi pada tanggal 25 Desember 1977 adalah salah seorang guru Akuntansi di Kabupaten Bekasi yang tidak hanya aktif dalam membina murid-murid...

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA DAN PERINGKAT  (Ekspresi Cinta Seorang Ibu)

CINTA DAN PERINGKAT (Ekspresi Cinta Seorang Ibu)

Oleh : Verawati, M.Ed

Tulisan ini sengaja saya buat menjelang H-1 pembagian rapot untuk memberikan kesadaran kepada diri saya sendiri, kepada anak-anak didik saya, kepada para rekan kerja saya dan kepada siapapun yang berstatus sebagai orang tua yang memiliki segudang rasa cinta untuk anak-anak mereka.

Desember adalah musim pembagian rapot di Indonesia. Banyak orang tua keluar masuk ke sekolah untuk mengetahui perkembangan belajar anak-anak mereka. Termasuk saya.

Sebagai seorang guru pada awalnya saya meyakini bahwa peringkat bisa berpengaruh signifikan terhadap masa depan.

Namun seiring dengan pengalaman dan banyak teori-teori pendidikan yang terus berkembang di lapangan, ternyata peringkat tidak memiiki kontribusi banyak terhadap kesuksesan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ThomasJ. Stanley, ternyata nilai hanyalah faktor yang berada di urutan ke-30, factor IQ di urutan 21, faktor sekola favorit di urutan 23.

Ternyata dari 100 faktor yang menentukan kesuksesan seseorang, faktor yang berada di urutan 1-10 adalah sebagai berikut:

1. Kejujuran.

2. Disiplin.

3. Mudah bergaul.

4. Dukungan pendamping.

5. Kerja keras.

6. Kecintaan pada yang dikerjakan.

7. Kepemimpinan.

8. Kepribadian yang kompetitif.

9. Hidup teratur.

dan

10. Kemampuan menjual ide.

Dalam teori pendidikan di Indonesia kesepuluh hal tersebut biasanya sering disebut dengan istilah soft skill.

Skill ini biasanya banyak diperoleh apabila siswa banyak mengikuti kegiatan ekstra kurikuler.

Pencapaian akademik memang penting, namun jika seseorang hanya berkutat pada pencapaian akademik maka skill-skill lain yang justru diperlukan untuk menghadapi kehidupan ini belumlah cukup.

Saya sebagai guru sekaligus sebagai orang tua dari dua anak yang notabene berbeda dalam pencapaia akademik padahal mereka bersumber dari genetik yang sama.

Sebagai orang tua terkadang kita lupa memperlakukan treatment anak kita secara sama dengan alasan “keadilan".

Padahal sejatinya adil belum tentu harus sama.

Secara gender anak laki-laki cenderung lebih kurang tekun dalam belajar jika dibandingkan dengan anak perempuan. Tapi jangan salah, ada kekuatan lain yang jauh lebih potensial ada di jenis kelain laki-laki.

Tidak hanya karena masalah gender, tentu banyak faktor yang membuat prestasi setiap ana berbeda meskipun secara gender sama.

Secara ideal kita sebagai orang tua tentu ingin anak-anak kita memiliki rangking yang bagus di sekolah bukan?

Tapi ingatlah, jangan hanya karena harapan kita tidak sesuai dengan kenyataan, serta merta kita kecewa pada anak kita. Hal itu jangan sampai terjadi.

Ingatlah, anak-anak kita sudah berusaha sesuai kemampuan mereka untuk belajar dan mengikuti segala aturan yang berlaku di sekolah.

Mereka dengan sekuat tenaga pergi pagi pulang sore demi membahagiakan hati orangtua mereka dan menuruti perintah orang tua untuk melakukan kegiatan yang benar, yakni berangkat ke sekolah.

Di sekolah mereka belajar, bersosialisasi, mentaati aturan sekolah, pulang, istirahat sebentar, membantu orang tua, lalu besoknya masih terasa lelah namun harus sudah berangkat sekolah lagi.

Lelah, mereka juga lelah dan jika setiap anak berbeda-beda hasil pencapaiannya hal tersebut sangatlah wajar.

Mungkin yang belum mampu untuk mendapatkan peringkat 10 besar mereka terlalu lelah, perhatian orang tua mereka kurang, pikiran mereka terlalu ruwet dengan urusan lain dan masih banyak factor yang lain.

Bersyukurlah bagi mereka yang anak-anaknya sudah berhasil memperoleh peringkat yang baik.

Hal tersebut menunjukkan betapa gigih anak tersebut harus belajar bila dibandingkan dengan teman-teman lainnya yang juga sama gigihnya.

Tinggal kita sebagai orang tua memberikan pemahaman bahwa jangan sampai peringkat tersebut menjadikan karakter kita menjadi sombong karena di akhirat yang akan ditanya bukanlah prestasi dunia, tapi prestasi akhirat apa yang sudah kita perbuat?

Ketahuilah, berapapun peringkat yang sudah diperoleh, kita harus terus menghargai mereka, terus memotivasi mereka bahwa peringkat bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan.

Tidak perlu bersedih hati dan jelaskan bahwa masih banyak faktor lain yang justru lebih penting.

Dari kacamata saya, anak-anak sudah berperilaku baik dan sesuai dengan norma-norma agama hal tersebut justru adalah prestasi yang sesungguhnya. Ia berusaha membahagiakan orang tua dengan cara yang mampu dilakukannya justru itulah karakter terpuji yang diharapkan dalam sebuah proses pendidikan.

Menjadi sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain itulah tugas kita untuk selalu mengulang-ngulang kepada mereka yang masih mengejar-ngejar urusan peringkat di dunia.

Jangan kotori cinta tulus kita sebagai orang tua kepada anak hanya karena anak kita gagal untuk mencapai peringkat sebagaimana yang kitaharapkan.

Justru ketika anak kita semakin gagal,kita harus semakin mencintainya karena anak kita sedang “down” dan dia memerlukan kita sebagai orang tua untuk terus mensupportnya dalam kedaan sukses maupun dalam keadaan gagal.

Cinta dan peringkat seolah-olah terlihat sebagai dua hal yang berbeda dan tidak berkorelasi satu sama lain.

Berapapun peringkatyang diperoleh, mereka toh tetap anak-anak kita.

Jika mendapat peringkat bagus maka bersykurlah dan jangan pernah takabur.

Jika mendapat peringkat kurang bagus maka instropeksi dirilah, apakah sebagai orangtua kita sudah maksimal dalam mendukung proses belajar mereka?

Ditulis dengan cinta dan air mata ketika saat pembagian rapot masih banyak yang memarahi anak-anak mereka hanya gara-gara urusan peringkat.

Ibu Vera- seorang guru SMK

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post