Verawati

Verawati, lahir di Bekasi pada tanggal 25 Desember 1977 adalah salah seorang guru Akuntansi di Kabupaten Bekasi yang tidak hanya aktif dalam membina murid-murid...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta Yang Tak Berubah

Cinta Yang Tak Berubah

Oleh :

Bu Vera

Sabtu, 5 November 2022.

Hari ini sungguh berat membagi cinta untuk anak sendiri dan anak-anak didik yang juga yang sudah ku anggap sebagai anak sendiri.

Bagaimana tidak, mereka semua hari ini sama-sama sedang berjuang untuk menggapai prestasi yang lebih baik demi masa depan.

Anakku Nazwa sudah sejak subuh kemarin telah menginap di sebuah sekolah swasta demi mengikuti sebuah lomba dengan tim dari sekolahnya.

Sementara itu, enam orang murid-muridku yang memiliki potensi dan semangat luar biasa sedang melakukan lomba online di sebelah rumah yang memang biasa digunakan oleh murid-muridku untuk belajar.

Hatiku galau manakala di pagi hari murid-murid sudah sampai tapi aku justru sedang bersiap-siap meninggalkan mereka untuk melihat anakku yang juga sedang menunggu di sana.

Karena khawatir murid-muridku belum sarapan sebelum lomba, maka kubuatkan kue sebisanya. Secepat kilat waktu yang ku punya.

Sebenarnya bisa saja ku beli kue-kue instan yang banyak di luar sana. Tapi aku ingin kue yang ku buat penuh cinta dan niat yang tulus bahwa aku ingin mereka berlomba dengan hati yang bahagia.

Mereka menyadari betapa aku sayang dan peduli meskipun hanya sedikit waktu yang ku punya.

Adonan kue sedikit kurang sempurna karena dimasak dengan waktu yang terburu-buru. Tapi Alhamdulillah murid-muridku tetap menghargainya. Bahkan salah satu orang tua murid langsung membalas dengan jumlah kue yang lebih banyak.

Ya, Allah, sungguh semua rezeki ini adalah karena kehendak-Mu karena hamba betul-betul ingin memberikan apa yang hamba bisa tanpa ingin balasan apapun.

Sudah merupakan ketetapan Allah jika kita memberi dengan ikhlas maka akan diberikan balasan yang berlipat-lipat. Terbukti nyata di depan mata bahwa janji Allah itu memang benar.

Setelah mengurus murid-murid sebentar lalu secepat kilat aku beres-beres rumah dan bersiap menuju lokasi lomba anakku di Bekasi sana. Di SMA Thariq Bin Ziyad namanya.

Rezeki dari orang tua murid kini berpindah menjadi bekal konsumsi untuk anakku Nazwa yang sedang berjuang lomba.

Tiba di lokasi lomba Alhamdulillah anakku lolos ke babak selanjutnya. Padahal lawan-lawannya ada 19 sekolah boarding school yang ternama., misalnya sekolah Avicena, Insan Madani, TBZ, Nurul Fikri, As-Syifa dan lain sebagainya. Tim anakku Nazwa masuk di urutan ke-5 dari 19 sekolah favorit bagiku sudah merupakan takdir Allah yang patut disyukuri. Alhamdulillah. Insya Allah tahun depan atau lain waktu bisa diberikan kesempatan untuk ikut berbagai event lomba yang lainnya.

Waktu terus berjalan dan kini saatnya menunggu pengumuman masuk final. Ternyata langkah anakku harus berhenti di semi final sementara tim senior kelas 9 yang maju ke babak final dan Alhamdulillah sekaligus menjadi juara pertama.

Tidak henti-hentinya aku bersyukur kepada Allah dan mengambil hikmah dari hasil lomba ini. Mungkin jika anakku masuk final maka kami akan pulang semakin sore dan kebersamaan sebagai keluarga akan semakin berkurang. Padahal jatah waktu berkumpul kami hanya satu hari yakni pada tanggal 6 November saja. Tanggal 7 November adalah hari ulang tahun ayahnya Nazwa yang ke 47. Itu artinya Allah memberikan hadiah berupa waktu yang banyak untuk kami berkumpul sekeluarga.

Kami langsung pulang dan aku tidak henti-hentinya memberikan semangat dan nasehat agar anakku tetap kuat menerima setiap kegagalan. Bagi Nazwa sudah tidak asing lagi ikut berbagai event lomba karena sejak SD sering dipilih oleh sekolah dalam mengikuti berbagai event. Pembentukan mental adalah yang utama. Menang atau kalah adalah hal yang biasa.

Setiba di rumah aku lupa bahwa sejak pagi murid-muridku juga sedang lomba. Aku langsung melihat sejauh apa hasilnya.

Ku lihat mereka semua tengah berjuang luar biasa. Alhamdulillah kekuatan internet di rumahku cukup untuk mendukung lomba online mereka. Aku langsung ingat bahwa mereka lupa ku berikan makan siang karena tadi siang aku berada di tempat yang jauh di sana.

Cepat-cepat aku mencari makanan agar mereka tidak sakit akibat makan terlambat. Alhamdulillah mereka memaklumi karena ku fikir lomba online tidak memakan waktu selama itu.

Lomba online ini diikuti oleh lebih dari 100 sekolah. Menurut informasi ada sekitar 120 tim dan hanya akan diambil 10 persen yakni 12 tim terbaik saja.

Sore semakin merayap dan anak-anak muridku tak sabar ingin mengetahui apakah mereka masuk babak selanjutnya atau tidak.

Alhamdulillah ternyata dari 100 tim lebih ada satu tim dari sekolahku masuk urutan ke 12 dan artinya lolos untuk ke babak selanjutnya.

Satu tim lagi berada di urutan ke-13 dan nyaris masuk ke babak selanjutnya.

Apapun hasilnya aku tetap bangga dengan semangat juang mereka semua. Anak-anak muridku yang ingin mencari sebanyak mungkin pengalaman untuk masa depan dan hidup yang lebih baik dari sekarang.

Sejak aku memutuskan menjadi guru, maka aku harus bisa menganggap semua murid bagaikan anakku sendiri. Mereka semua akan sayang kepada kita jika kita juga menyayangi mereka.

Kita tidak pernah tahu doa siapa di antara mereka yang akan meringankan dosa kita di akhirat kelak.

Kita tidak pernah tahu siapa di masa depan yang akan tetap ingat kepada kita dan kembali datang untuk membalas kasih sayang yang kita telah berikan.

Berikan saja sebanyak mungkin kasih sayang dan lihatlah suatu hari keajaiban apa yang akan terjadi saat kita sudah tua atau bahkan sudah tidak ada di dunia.

Satu tim akhirnya pulang lebih dulu dan tim yang lolos ke babak selanjutnya pulang hampir malam karena harus sibuk teknikal meeting dan sebagainya.

Tidak tega rasanya melihat wajah mereka yang begitu lelah. Ku tawaran mie panas namun sepertinya mereka sudah ingin cepat-cepat pulang sampai-sampai ada satu orang murid yang handphone nya ketinggalan di rumah.

Alhamdulillah handphone tersebut tidak hilang atau jatuh di jalan. Mungkin karena terlalu bahagia hingga hp nya lupa terbawa.

Pagi mulai menyapa dan tiba-tiba ku baca wa dari panitia bahwa ada satu tim yang mengundurkan diri dan dengan demikian maka anakku di urutan ke-13 dinyatakan lolos sebagai pengganti bagi yang sudah mengundurkan diri.

Aku ingatkan mereka untuk menyadari bahwa apapun yang terjadi dalam hidup ini adalah karena kehendak Allah dan bukan karena kehebatan kita sebagai manusia.

Allah memberikan takdir anakku semua lolos untuk ke babak berikutnya semata-mata karena Allah sayang kepada mereka. Allah tidak ingin ada satu tim anakku yang bersedih sementara ada satu tim lagi yang berbahagia.

Aku sebagai guru sangat tahu persis bahwa sebenarnya mereka semua sama-sama istimewa, sama-sama cerdas, sama-sama penuh semangat.

Hanya takdir dan keberuntungan yang kadang membedakan nasib mereka ketika sedang berlomba.

Kini keenam muridku itu sedang menanti pertandingan selanjutnya. Pertandingan di mana kekuatan otak, fikiran, strategi dan keberuntungan akan betul-betul dipertaruhkan diantara sekolah-sekolah elit yang berada di Jakarta.

Aku hanya mampu berdoa dan terus memberikan dorongan dan semangat bahwa segala keajaiban yang terjadi pada diri kita semua adalah karena kehendak Allah semata.

Siapa yang akan menduga jika akan ada tim mundur lalu kita masuk sebagai gantinya? Semua itu karena skenario Allah.

Jika mereka menang, maka artinya mereka harus lebih rajin bersedekah karena rezeki yang mereka terima adalah dari Allah hanya melalui tangan-tangan panitia.

Ingatkan juga agar mereka tetap menjadi pribadi-pribadi yang rendah hati dan sudi memberikan ilmu kepada teman-teman yang lainnya. Tetaplah menjadi pribadi yang biasa saja meskipun telah berkali-kali menjadi juara. Ingatlah di atas langit masih ada langit yang berarti di atas kita masih banyak orang-orang yang lebih pintar dari kita namun mereka tetap rendah hati.

Jika mereka kalah maka kasih sayang dan cintaku sebagai seorang ibu tidak akan berubah. Tetap seperti ini dan tetap berprasangka positif kepada Allah karena mungkin ada kebahagiaan yang lebih baik yang akan diberikan kepada murid-muridku kelak di kemudian hari.

Taman aster, 6 November 2022.

Dari seorang guru sekaligus seorang ibu bagi murid-muridnya.

Vera

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya keren

06 Nov
Balas

Terimakasih ya Bu Risma..

06 Nov



search

New Post