Verawati

Verawati, lahir di Bekasi pada tanggal 25 Desember 1977 adalah salah seorang guru Akuntansi di Kabupaten Bekasi yang tidak hanya aktif dalam membina murid-murid...

Selengkapnya
Navigasi Web
Terimakasih Untuk Ananda Atta

Terimakasih Untuk Ananda Atta

Terimakasih Untuk Ananda Atta

Atta adalah salah satu santriwati di pondok pesantren Asyifa yang selalu memotivasi anak saya untuk bisa rajin menghafal Qur'an seperti dia.

Kemampuan Atta dapat menyelesaikan 15 juz di tingkat pertama selalu membuat anak saya ingin sebanyak Atta dalam kemampuan menghafal. Namun apa daya, Allah mentakdirkan kemampuan Nazwa baru bisa 10 Juz di tahun pertama.

Tidak mengapa anakku, iri dalam urusan ibadah adalah sesuatu yang positif. Namun perlu kamu ingat juga bahwa kemampuan menghafal setiap orang berbeda-beda.

Kita memang tetap harus bersemangat, tapi juga kita tidak perlu bersedih jika orang lain bisa begitu cepat menyerap hafalan, Atta seperti memiliki magnet dalam proses menghafalnya.

Pernah saya berbincang-bincang dengan ibunya dan ternyata Atta sejak SD sudah menemukan guru hafalan Qur'an yang bagus.

Titik start masuk ke Asyifa Atta telah mengantongi 8 juz sementara Nazwa baru 2 Juz.

Jika menggunakan rumus delta, maka rata-rata pertambahannya adalah sama yakni Atta 25-8 = 7 sementara Nazwa 10-2 = 8.

Sebenarnya rata-rata kemampuan menghafal mereka hampir sama.

Nazwa melihat Atta sebagai figur yang bagus. Namun terkadang pihak sekolah memberikan perlakuan istimewa dengan melibatkan dalam berbagai event yang terpilih mewakili kelas 7 hanya satu orang. Mungkin jika banyak yang diajak berpartisipasi, tidak terlihat begitu mencolok perlakuan yang berbeda untuk siswa dengan prestasi yang luar biasa seperti Atta.

Dari aspek psikologis, sebenarnya mengistimewakan beberapa gelintir orang bukanlah perkara yang baik.

Kecemburuan sosial akan muncul di tengah para santri dan di zaman seperti saat ini, konsep berkompetisi mulai bergeser ke arah kolaborasi.

Untuk urusan PPDB, iklan, keterlibatan berbagai event, jika melibatkan banyak orang tentu akan lebih baik ketimbang hanya mengajak sedikit siswa yang dianggap unggul hanya demi pencitraan.

Bagi saya semua siswa memiliki potensi bawaan yang luar biasa. Apalagi siswa-siswi di Asifa yang memang sejak proses saringan masuknya saja sudah ketat.

Kemungkinan adanya perasaan post power sindrom pada diri Nazwa juga ada.

Dulu ketika SD, ia selalu digandeng pihak sekolah untuk ikut kegiatan ini dan itu. Tentu ketika masuk ke lingkungan yang lebih kompetitif, persaingan lebih hebat harus siap dia alami.

Memang tujuan ayahnya yang ingin memberikan lingkungan yang lebih kompetitif agar perjuangan Nazwa lebih ekstra ketika menghadapi kawan-kawan yang seimbang.

Bukan lagi merupakan suatu tantangan jika ia hanya masuk ke sekolah biasa dengan seleksi yang tidak ketat. Mungkin bukan perjuangan ekstra yang akan dia lakukan tapi berleha-leha karena kawan lain tidak begitu memberikan tantangan.

Bersyukurlah ketika menemui seorang Atta, seorang santri yang berasal dari kota Jakarta, yang menjadi barometer Nazwa untuk bisa memiliki prestasi yang cemerlang seperti dia.

Usaha demi usaha selalu dilaporkannya kepada saya.

Liburan 5 minggu tak pernah lepas dari target menambah hafalan setiap harinya. Belum lagi belajar materi umum apalagi menjelang ujian, dia mengatakan rata-rata tidur di atas jam 12 malam.

Biarlah dia memahami bahwa untuk mendapatkan prestasi memerlukan motivasi dan perjuangan tingkat tinggi.

Bersyukurlah jika ada orang yang bisa kita jadikan tolak ukur karena mungkin dengan begitu kita senantiasa bersyukur.

Mungkin jika kita menjadi yang terbaik, Allah tidak ingin Nazwa menjadi sombong dan takabur.

Atta adalah anak cerdas, cantik dengan orang tua yang ramah, rendah hati dan selalu bersabar.

Atta juga pribadi yang tidak terlihat ambisius dan selalu tenang dalam setiap langkahnya.

Menurut Ibu ustazah Ulfah sebagai pembimbing hafalan, Nazwa tipe anak yang ambisius dalam menghafal. Mungkin bahasa lebih halusnya adalah type yang penuh semangat dalam menghafal. Namun jangan salah, dia akan mudah menangis dan marah-marah jika ada suatu ayat yang sulit untuk dihafalkannya.

Saat itulah saya merasa bersalah. Ya Allah, seandainya saja saya seorang Hafizah, mungkin akan lebih mudah dalam meningkatkan hafalan anak hamba.

Paling-paling hamba menjadi pengontrol antara yang Nazwa ucapkan dengan Al-Qur'an digital yang selalu ada di tangan saya.

Alhamdulillah sejak Nazwa rajin menghafal, saya lebih rajin membaca. Saya malu dengan motivasi anak saya sendiri. Bukankah membaca lebih mudah daripada menghafal?

Begitulah kisah antara Atta dan Nazwa. Dua orang santriwati yang selalu bersemangat dalam menuntut ilmu di Asyifa Wanareja.

Terimakasih untuk Atta, yang selalu menjadi cambuk buat Nazwa agar bisa mencontoh segala hal positif yang selama ini ditunjukkan olehnya.

Ditulis dengan ucapan penuh terimakasih untuk Atta, orang tua Atta , para ustazah dan para bunda-bunda sholehah di SMPIT Asyifa Wanareja.

Penulis:

Bunda Nazwa Fairuz Zakiya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post