vesembadra

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Teriakan di Depan Pemakaman Larangan

Gerimis sore itu membuat desa Larangan sangat sepi. Di dalam gardu ada tiga remaja yang sedang asyik ngobrol menikmati suasana sore yang agak dingin. Didi, Tono, dan Ayung adalah tiga remaja yang sangat akrab. Mereka selalu bersama. Meski gerimis masih mengguyur desanya, mereka tetap bertemu di tempat ronda malam itu. Tempat ronda yang sangat sederhana. Terbuat dari bambu dengan beratapkan rumbia. Namun tampak rapi dan bersih karena mereka selalu menjaga kebersihan dan kerapiannya.

Usia mereka tidak jauh berbeda. Mereka masih duduk di bangku sekolah pertama. Didi yang terkecil baru kelas tujuh. Dia paling penakut. Apalagi jika mereka sedang bercerita tentang horor. Dia sering dijadikan objek untuk ditakut-takuti. Tono dan Ayung yang sering usil untuk mengerjainya. Tono dan Ayung kebetulan satu kelas. Mereka sudah kelas sembilan.

Gerimis belum menunjukkan tanda-tanda reda. Mereka masih asyik menikmatinya. “Tono, biasanya kamu memiliki banyak cerita horor?’, tanya Didi seakan menantang Tono untuk cerita horor lagi. Padahal kemarin ketika Tono cerita tentang hantu pocong, dia sangat ketakutan. “Apa kamu tidak takut?”, tanya Tono. “Siapa takut”, jawabnya singkat. “Jangan sok aksi, kemarin saja kamu sampai berkeringat dingin dan pengin kencing, kan?”, sambung Ayung sambil tertawa ngakak. Tono pun ikut tertawa. Akhirnya Didi pun ikut tertawa sambil menahan malu.

“Suasan gerimis dan sepi seperti ini bisa jadi setan pingin keluar juga”, kata Ayung sambil memberi kode kepada Tono untuk mengerjai Didi lagi. Didi mulai merapat duduknya dengan Tono. Agaknya rasa takutnya mulai muncul. “Apa kamu punya pengalaman waktu gerimis seperti ini?’, tanya Tono kepada Ayung. Didi makin merapat. Wajahnya mulai menunjukkan rasa takut yang tertahan. “Waktu itu...”, Ayung membuka cerita. “Aku duduk di tengah, ya?”, pinta Didi kepada Tono dan Ayung memotong cerita itu. “Ok, silahkan”, jawab mereka kompak. Wajah Didi mulai pucat, namun kegembiraan tergambar pada wajah Tono dan Ayung karena rencananya akan berjalan lancar.

Setelah Didi berada di tengah mereka, Ayung melanjutkan cerita. Imajinya memang hebat. Dia bercerita seakan benar-benar kejadian nyata. “Waktu itu, menjelang maghrib dan gerimis seperti saat ini ...”, Ayung melanjutkan cerita khayalnya yang dikemas dengan ekspresi wajah ketakutan. Sesekali melirik Didi yang semakin pucat karena rasa takutnya mulai menyelimuti pikirannya. Ayung makin semangat untuk membuat Didi benar-benar ketakutan. Akhirnya Didi menyerah. Dia menghentikan cerita Ayung kali ini benar-benar membuat bulu kuduknya merinding hebat. Melihat wajah Didi yang memang sudah pucat ketakutan, maka Tono memberi kode kepada Ayung untuk menyudahi cerita khayalnya.

Tak terasa waktu maghrib segera tiba. Gerimispun mulai reda. Meraka bertiga sepakat untuk kembali ke rumah masing-masing. Ketika mereka akan melangkah menuju ke rumah masing-masing, ada sorang nenek dengan menggandeng anak kecil yang mungkin cucunya. “Nak, bisakah kalian menolong kami?”, pintanya dengan suara yang agak parau memelas. “Apa yang bisa kami bantu, Nek?”, jawab Ayung mewakili temanya. Meski masih usia sekolah menengah pertama mereka memiliki rasa sosial yang tinggi. Mereka suka membantu sesama yang membutuhkannya. “Tolong, antar kami melewati pemakaman disana!”, lanjut nenek itu dengan wajah yang tergambar sangat mengharap.

Mereka saling memandang, Tono memberi kode setuju meski sedikit ragu. Ayung memberi sinyal untuk meyakinkan Tono. Didi hanya mengikuti kesepakatan Tono dan Ayung. Entah mengapa justru kali ini Tono yang merasa ragu. Tiba-tiba rasa takutnya muncul. Ketakutanya karena akan melewati tempat pemakaman itu. Tempat itu memang terkenal angker. Banyak kejadian yang membuat orang merasa bulu kuduknya berdiri. Kadang ada pocong duduk di pintu masuk tempat pemakaman itu. Ada suara tangisan yang memilukan di pojok pemakaman. Ada cewek cantik yang ikut membonceng motor kemudian menghilang. Bahkan kadang ada suara kuntilanak yang ngakak.

Ketakutan Tono sebenarnya cukup beralasan, namun karena mereka sudah sepakat dan memang karena mereka memiliki jiwa penolong yang tinggi maka mereka akan mengantar nenek yang membawa anak kecil itu. “Bagaiman nak, apa kalian mau menolong kami?”, tanya nenek itu sangat berharap. “Iya, kami siap membantu mengantarkan nenek dan cucu nenek melewati tempat pemakaman itu. Sebenarnya nenek itu juga merasa takut melewati tempat itu, karena sudah sering mendengar cerita-cerita yang mengerikan tentang tempat pemakaman itu. Kini nenek merasa lega karena ada tiga remaja yang mau membantunya.

“Ayo nek, kami antar!”, ajak mereka untuk segera mengantarkan nenek dan cucunya. Dengan wajah yang gembira nenek itu segera mengikuti ajakan ketiga remaja itu. Nenek dan cucunya berjalan di depan sedangkan ketiga remaja itu di belakang. Untuk megurangi kesenyapan dan rasa takut, Tono mencoba bertanya kepada nenek itu. “Sebenarnya nenek dari mana dan mau kemana?”. Nenekpun bercerita untuk menjawab pertanyaan Tono. “Aku kangen dengan cucuku ini”, jawan nenek mengawali ceritanya. Mendengarkan nenek bercerita tak terasa sudah hampir tiba di tempat pemakaman itu. Yang artinya hampir sampai mereka mengantar nenek dan cucunya itu.

“Tono ..., kembalilah. Jangan lanjutkan mengantar nenek itu!”, terdengar sayup suara memanggil nama Tono. Tiba-tiba Tono merinding. Rasa takutnya muncul. Kedua temannya menatap Tono. “Itu suara ibu kamu, Tono?”, tanya Didi yang sudah mulai menunjukkan rasa takut juga. Tampaknya Ayung juga sudah mulai terhipnotis oleh suara itu. Mereka saling menatap karena mendengar suara itu lagi, “Tono, Didi, Ayung ..., yang kalian antar itu bukan orang. Itu kuntilanak. Kembalilah segera!”

Mendengar panggilan yang kedua itu, akhirnya mereka memberi kode untuk lari meninggalkan nenek dan cucunya itu. Sambil berlari ketakutan mereka berteriak,”Ada kuntilanak...!”. Mendengar teriakan dan melihat tiga remaja yang mengantarnya sudah berlari, maka dengan cekatan nenek itu segera menggandeng cucunya dan ikut berlari searah ketiga remaja itu. Ketika menoleh, Tono melihat nenek yang menggandeng cucunya ikut lari mengikutinya. Spontan Tono mengencangkan larinya sambil berteriak,”Kuntilanaknya mengejar kita!”. Kedua temannya juga mempercepat larinya. Nenek itu juga mendengar teriakan Tono sehingga dengan napas terengah-engah mencoba mempercepat larinya.

Sesampai di tempat ibunya memanggil, Tono merasa lega. Menyusul kedua temannya yang juga merasa lega. Detak jantung mereka masih sangat cepat. Nenek itu juga sudah berada dimana mereka berada. Napasnya terengah agak sempoyongan menggandeng cucunya. “Mengapa kalian meninggalkan kami?”, dengan suara agak terputus-putus nenek itu bertanya kepada tiga remaja itu. Mereka saling berpandangan, tidak memberi jawaban. Dan akhirnya, Ibunya Tono yang menjawabnya, “Maaf, tadi saya menyangka nenek itu kuntilanak”. Mendengar jawaban itu, nenek langsung pingsan. Bukan karena dikira sebagai kuntilanak tetapi karena kelelahan berlari ketakutan mengira dikejar kuntilanak. Setelah nenek sadar, ketiga remaja itu segera minta maaf. Ibunya Tono juga menyesal dan minta maaf karena telah menyangkanya sebagai kuntilanak. Akhirnya ketiga remaja melanjutkan kembali mengantar nenek dan cucunya itu tanpa ada rasa was-was dan takut.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iiiiihhh sereeeem...takuuuut

15 Oct
Balas

Larangan Sumbang apa?

23 Oct
Balas

Bukan, larangan di imaji saja ko

29 Oct

padahal g menakutkan ko, malah menggelikan, he3....

15 Oct
Balas

keterusan membaca nya

16 Oct
Balas

terima kasih, sudah ikut menikmati

17 Oct



search

New Post