Waktu serasa berlari sangat kencang, meninggalkanku jauh dibelakang. Aku terlena keasyikan menjalankan peranku sebagai ibu dari tiga orang anak. Anak pertamaku secara pasti bertumbuh menjadi remaja.

Memiliki dunianya sendiri, aku harus masuk dengan perlahan agar mampu mensejajarkan langkah dengannya. Sebagai seorang guru SMP sudah pasti berhadapan dengan remaja setiap harinya. Namun ketika berhadapan dengan buah hati sendiri sangat berbeda rasanya.

Perkembangan teknologi yang pesat menjadikan masa remaja sekarang berbeda dengan yang kualami dulu. Saat ini terlalu banyak konflik yang dihadapi seorang remaja. Fakta-fakta yang kulihat di media terkadang membuatku jeri. Sementara di waktu yang sama, dia sedang mencari jati dirinya sendiri.

Aku harus pandai menempatkan diri bukan hanya sebagai ibu juga sebagai teman. Harus ekstra telaten memeriksa history pemakaian internet terlebih saat belajar daring seperti ini. Mengikuti cerita tentang teman-temannya di sekolah pun di tempat lesnya. Aku tetap waspada terhadap perkembangan pergaulannya. Berharap keikutsertaanku dalam kesehariannya mampu membantunya bertumbuh menjadi anak yang percaya diri, berakhlak baik. Bertumbuh di jalan Tuhan dan kelak menjadi sukses dikemudian hari apapun profesinya.

Rasanya kerepotan sewaktu dia masih seorang bayi tak ada apa-apanya saat ini. Keluhan yang kuucapkan karena begadang, atau kelelahan sirna. Tapi walau bagaimanapun aku dia bertumbuh, dia tetaplah bayi bagiku.