"Kamu tahu kan kalau ini terbuat dari ketan?" Tanya Jaya mengagetkan Joyo. Tanpa ada hujan atau angin, tiba-tiba si Jaya memegang Lemet, jajanan khas dari desa mereka. Joyo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia bingung mau menjawab apa. Setahunya Jaya orang desa, sama sepertinya, masak iya dia enggak tahu bahan dasar lemet.

Jaya terus bicara tentang Lemet. Berbagai teori dia keluarkan. Bahkan kandungan gizi di dalamnya pun dia jelaskan. Entah kesambet setan di mana. Mungkin buat orang lain, ucapan Jaya sangat menyakinkan. Namun di mata Jaya, Joyo itu ibarat sedang tersesat. Jaya berubah sejak dia terpilih menjadi ketua Pokjar di desanya, sekitar setahun yang lalu. Pokoknya tidak ada orang lain yang bisa mengalahkannya.

Alih-alih belajar dengan benar, Jaya malah percaya kitab ungu yang dia temukan saat tirakat. "Kitab ini tiba-tiba datang, Yo. Saat itu aku sudah bertapa sepuluh hari di bawah pohon beringin besar di ujung kampung sana." Entah berapa ratus kali Joyo harus mendengar bualan itu. Joyo menahan tawa, kitab yang diagungkan Jaya itu sebenarnya adalah buku biasa bersampul ungu, coretan temannya, Agung, yang stres gara-gara kalah judi.

#keeplearning#positivevirus#Bismillahwriteeveryday