Vonny Olivia Djumadi

*I stoped explains myself when i realize people only understand from their level of perception* Belajar, belajar, belajar.. Hidup adalah pembelajaran dan kita ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Duhai Istri,,, Ada Suamimu!
google picture

Duhai Istri,,, Ada Suamimu!

Ada sebuah ungkapan yang sering saya dengar "Jika kita menjadi ibu kita tidak boleh sakit!". Saya seringkali merasa sedih tiap membaca ungkapan tersebut, itu berarti kita memposisikan diri kita sebagai segala galanya dalam kehidupan rumah tangga kita. Padahal ketika kita melakukan janji sumpah setia dihadapan Allah SWT disaksikan oleh ribuan malaikat juga keluarga dan semua handai taulan kita berikrar bahwa segala kehidupan rumahtangga akan dijalani dan ditanggung bersama sama.

Lantas, mengapa ketika sudah memiliki anak dan usia pernikahan telah menanjak kita justru terjebak dalam dogma "Ibu tidak boleh sakit?!". Yang itu berarti ketika ibu sakit semua pekerjaan rumah akan terlantar?, Keluarga tidak bisa makan karena ibu tidak memasak?, Pakaian kotor numpuk karena ibu tidak mencuci?,rumah berantakan dan kotor karena ibu terbaring lemah tak berdaya?.... Lantas dimana peranan partner kita dalam rumahtangga? Apakah tugas ayah hanya sebatas mencari nafkah bagi kehidupan saja?!.

Ketika kita berumah tangga seharusnya timbul kesadaran dalam diri bahwa ini adalah rumahtangga milik kita sendiri, yang dengan nama Allah kita bersumpah menjalaninya dengan kondisi apapun juga. Maka semestinya sebagai pasangan suami istri kita pun membuka mata dan hati serta menerjang rambu rambu "rasa tabu" yang telah di mindset oleh para orangtua kita, bahwa mengurus anak, memasak, berbenah, mencuci, adalah peranan istri seorang dan suami bertugas mencari nafkah untuk keluarga. Padahal Rasulullah Saw saja yang begitu mulia dengan ringan hati menolong pekerjaan rumah tangganya.

Ketika ibu sakit, tidak ada yang melarang ibu untuk memiliki waktu beristirahat yang cukup. Pun ketika dia tidak sakit, dia tetap memiliki hak untuk beristirahat dengan cukup. Bicaralah ibu... Ungkapkan apa yang kalian rasakan pada suami kalian. Suami kita bukan tuhan yang bisa tahu apa isi didalam fikiran kita, pun tidak semua suami peka membaca keinginan dan kelelahan istri yang telah teramat sangat lelah mengerjakan semua pekerjaan rumahtangga termasuk mengurus anak anak kita.

Dan para suami, lihatlah dan kurangilah beban istrimu. Yang kau pinang dia dengan penuh rasa cinta, kau ambil dia dari keluarganya yang menyayanginya untuk kemudian kau miliki disepanjang sisa hidupnya untuk mengabdi pada makhluk bernama Suami. Bantulah semua pekerjaannya, singsingkan lengan bajumu tanpa perlu kalian merasa harga diri kalian sebagai seorang pria yang harus bertanggungjawab dalam kehidupan istri tercoreng hanya karena kalian membantu untuk mencuci pakaian, menyapu, ngepel atau mengasuh anak ketika istri terlihat lelah. Bukankah tanggungjawab kalian sebagai suami meliputi kebahagiaan istri kalian?!.

Benar adanya Ibu adalah madrasah utama bagi anak anak mereka, namun jangan memungkiri bahwa seharusnya Ayahlah yang menjadi kepala sekolah dari madrasah itu sendiri. Bagaimana anak anak dapat mengambil suri tauladan dari ibu mereka yang harusnya mengajarkan akhlak, menanamkan cinta kasih, dan sikap lemah lembut bila mereka para ibu telah lelah berjibaku dengan pekerjaan rutin rumahtangga yang amat meningkatkan stres mereka dan merubah sifat lemah lembut mereka menjadi garang, merubah sikap cinta kasih mereka yang para ayah harapkan menjadi ibu tidak sabaran dan bentak serta caci maki pada buah hati. Lantas menjadikan anak anak berhati keras dan pemberontak.

Maka sudah menjadi kewajibanlah para suami, ayah dari anak anak yang harus menyeimbangkan semua ketidakstabilan arah rumahtangga itu sendiri. Menjadi tiang sangga yang kokoh bagi rumah mereka agar tidak rubuh diterpa badai prahara. Ayah sebagai kepala rumahtangga harus bisa memiliki peranan yang dominan agar tidak rapuh ketahanan istri dan anak anak mereka. Siap siaga memberi contoh tauladan yang baik bagi anak anak dan istri.

Tidaklah ada contoh paling romantis dalam rumahtangga yang akan dikenang oleh anak anak kita ketika mereka mengenang ayah mereka sebagai pria ringan tangan yang selalu membuat ibu mereka tersenyum bahagia penuh cinta dengan bantuan bantuan yang dilakukannya dalam mengurus rumahtangga, juga melibatkan anak anak mereka bersama sama bahu membahu penuh cinta kasih menjalankan semua dengan perasaan kasih sayang. Bukankah itu akan menjadi kenangan paling berharga dan termahal yang akan dimiliki anak anak hingga mereka kelak pula berumahtangga.

Duhai Istri,,, ada suamimu disisimu. Maka ungkapkan lah semua rasa lelahmu, bila ia belum peka dan tak mengerti rasa lelahmu.

"Karena sepasang suami dan istri ibarat dua sayap seekor burung. Jika keduanya sama kuat, terbanglah burung itu kepuncak udara setinggi tingginya".

Bojonggede, medio Oktober 2017

Untuk para istri istri yang kelelahan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post