Vonny Olivia Djumadi

*I stoped explains myself when i realize people only understand from their level of perception* Belajar, belajar, belajar.. Hidup adalah pembelajaran dan kita ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kolak Biji Salak

Kolak Biji Salak

"Ade mau kolaaaaak,,,, yang kayak waktu itu kita makan". Anya menangis sesenggukan di dekat ibu.

"Nanti ya sayang,, doakan ibu dapat rejeki hari ini. Biar bisa bikin kolak biji salak untuk Ade". Ibu membujuk Anya dan mengusap kepalanya lembut.

"Ade mau sekaraaaang!!!". Anya menangis sedih. Edo memandang Anya yang sudah merajuk dua hari ini sebab ingin sekali makan kolak biji salak.

"Sabar de,,, jangan nangis!! Kasian ibu jadi bingung. Kita berdoa aja yuk,, biar Allah beri ibu rejeki, untuk buat kolak yang Ade mau! Ade ingat gak? Kan Engkong Na'im pernah bilang, kalau apapun yang kita inginkan, kita harus berdoa, pinta sama Allah, nanti Allah kabulkan dan buka rejeki ibu yang banyaaaaaak deh untuk kita!! Bukan begitu ya Bu?". Edo melirik ke arah ibu yang tersenyum dan mencium puncak kepala Edo.

"Naah, betul itu kata Aa' Edo... Ade sama Aa' berdoa dan minta sama Allah, biar ibu rejeki nya semakin diluaskan untuk kita! Jangan nangis lagi yaa Ade". Ibu mengusap air mata Anya yang masih sesenggukan dan badannya panas.

Semenjak Bapak meninggal, ibu menjadi tukang urut keliling yang biasa di panggil oleh orang-orang yang membutuhkan, dan sudah dua hari ini pula tidak ada panggilan bagi ibu untuk mengurut. Dan Anya yang sedang sakit , juga Edo hanya makan seadanya saja, persediaan yang masih bisa ibu masak di dapur.

"Edo... Edoooo... Main yuuk!". Terdengar suara Rully memanggil Edo sambil masih bertengger di atas sepedanya.

"Bu,, Edo main ya".

"Jangan jauh-jauh,nak! Sebelum ashar pulang ya, Do". Edo mengangguk dan beranjak keluar menghampiri Rully.

"Do, Anya gak di ajak?". Rully melongok mencari Anya.

"Enggak,, Anya lagi kurang sehat sudah dua hari ini!". Edo naik keatas pedal sepeda Rully dan berboncengan.

"Oh, Anya sakit, Do? Ke lapangan yuk,,main bola sama anak-anak". Rully membonceng Edo dan melajukan sepedanya ke lapangan tempat mereka biasa bermain.

Di lapangan ada beberapa teman mereka yang terlihat duduk-duduk santai dipinggiran sambil meminum es dawet Kong Na'im. Kong Na'im seorang marbot masjid juga guru ngaji di kampung yang biasa berjualan es dawet di dekat lapangan. Edo yang melihat Kong Na'im sedang asyik memotong-motong buah salak yang sudah di kupas, keinginannya untuk main bola seketika hilang. Edo menghampiri Kong Na'im dan mencium tangannya.

"Assalamualaikum, ngapain Kong?".

"Wa'alaykumusalam... Ini engkong mau buat asinan salak, kemarin engkong habis dari Condet. Kerumah anak engkong, gak taunya lagi panen kebunnya. Engkong dibawain salak sama ubi banyak bener tuh,, mau Engkong buat asinan salak sama keripik ubi". Engkong Na'im membelah buah salak dan mengumpulkan sampah kulit juga bijinya di sebuah karung. Sementara ubi merah teronggok di karung disebelah bale bambu tempat mereka duduk.

"Edo boleh bantu engkong? Edo kupasin kulitnya ya 'Kong?". Edo mengambil salak dan mengupas kulitnya. Rully menghampiri dan mencium tangan Kong Na'im, lalu menegur Edo yang malah asyik mengupasi kulit salak

"Jadi gak main bola,Do?".

"Aku bantuin Engkong aja, Rul!! Kalo kamu mau main bola gak apa-apa. Aku disini aja!". Edo tersenyum penuh semangat.

"Ya udah,, aku main ya... Nanti pulangnya kamu sama aku lagi, tapi kamu yang bonceng ya gantian!". Rully berlalu dan meninggalkan Edo bersama Kong Na'im.

Edo mengambil sebilah pisau di meja, tempat Engkong berjualan es dawet, lalu membantu membelah buah salak dan mengumpulkan bijinya di sebuah plastik. Setelah selesai Kong Na'im memindahkan buah salak yang sudah disiangi ke sebuah baskom dan mencucinya dibawah keran dan meniriskannya. Edo merapihkan sampah kulit dan biji salak ke sebuah plastik besar, lalu membuangnya ditempat sampah.

Kong Na'im menghaluskan cabai, dan bumbu untuk membuat asinan salak segar.

"Astaghfirullah,, engkong lupa.. kagak punya cuka, coba tolong Edo ke warung Butet beliin engkong cuka ya!". Engkong menyerahkan uang sepuluh ribu dan Edo beranjak menuju warung.

Sekembali membeli cuka Edo melihat Kong Na'im sedang merebus bumbu asinan dan memasukan gula merah kedalam panci diatas kompor.

"Ini Kong cukanya,, dan ini kembaliannya". Edo menyerahkan cuka dan uang kembalian kearah Engkong Na'im.

"Ambil aja buat Edo kembalinya, kan Edo udah bantu Engkong kupasin salak... Oiya, itu engkong bungkusin buah salak, bawain Anya ya!". Engkong Na'im menunjuk plastik hitam di bale bambu tempat mereka duduk tadi.

"Engkong,, apa boleh itu sampah nya Edo bawa sebagian?". Edo menatap Engkong sungguh-sungguh. Engkong Na'im yang sedang sibuk membuat asinan hanya mengangguk sekilas.

Edo tersenyum dan segera membawa bungkusan plastik yang diperuntukkan baginya, Edo menghampiri Engkong Na'im untuk pamit pulang.

"Ruuuul... Ayo, pulaaang!". Edo melambaikan tangannya, Rully berlari menghampiri Edo.

"Yaah,,belum kelar nih Do!! Lagian kamu katanya mau ikut main bola? Malahan di warung Engkong ajah dari tadi!". Rully menghela nafasnya yang memburu terengah-engah.

"Aku duluan deh,, gak apa-apa kan?! Aku mau bawain Anya ini dari Engkong". Edo tersenyum dengan cengiran khasnya.

"Apaan tuh? Bagi dong?!". Rully menyentuh plastik ditangan Edo. Edo mengambil beberapa buah salak dan memberikan pada sahabatnya itu.

"Niih, salak dari Engkong! Aku duluan yaa". Edo kembali menyeringai dan segera meninggalkan Rully.

Di jalan menuju pulang hati Edo riang sekali, terbayang wajah adiknya yang akan senang karena Edo membawakan buah. Karena sudah lama ibu tidak memiliki uang lebih untuk membeli buah. Setibanya di rumah Edo bergegas menghampiri ibu dan Anya yang sedang duduk halaman belakang rumah.

"Assalamualaikum,,, adeeee liat Aa bawa apaaaa?". Edo tertawa senang melihat Anya yang menghampirinya dengan mata riang.

"Wa'alaykumusalam,,, Aa bawa apa?". Anya menjulurkan tangannya kearah Edo.

"Ini,,ada buah buat Ade, dari Engkong Na'im. Lekas dibuka dan di makan. Oiya Bu,, ini tadi Aa bantu Engkong Na'im kupasin salak untuk dibuat asinan. Aa dikasih upah sama Engkong, dan juga Aa sengaja kumpulkan bijinya dibawa pulang biar ibu bisa buatin Ade kolak biji salak!". Edo menyodorkan plastik kresek hitam kearah ibu yang matanya berkaca-kaca.

"Terimakasih Aa,,, MasyaAllah anak ibu sholih sekali mau menyenangkan Ade, semoga Allah deras kan rejeki Aa selalu ya!". Ibu berkaca kaca menerima kantong kresek itu sambil tertawa.

"Aamiin,,, ibu ketawain apa?" Anya memandang ibu, lantas Edo pun juga ikut menatap ibu yang tertawa sambil menangis.

"Iya,, Kolak biji salak itu dibuatnya bukan dari bijinya buah salak,, maka dari itu ibu tertawa sampai keluar air mata begini!". Ibu menyusut air matanya dan kembali tertawa dan memeluk kantong kresek berisi biji dari buah salak yang Edo bawa.

"Jadi Edo salah duga dong, Bu???!". Edo tertawa sambil menepuk jidatnya dan berpura-pura jatuh untuk menghibur Anya. Anya tertawa dan terlihat lebih segar.

"Gak apa-apa deh,, bukan kolak biji salak tapi Ade dibawain buah salak!". Anya tertawa dan Edo pun kembali duduk sambil masih tertawa.

"Gagal dong makan kolak biji salak?? Mau direbus sampai airnya kering juga gak bisa empuk ya Bu?". Edo berseloroh sambil tertawa dan membuka plastik berisi buah salak yang Engkong Na'im berikan padanya.

"Ooh, dikasih ubi juga Bu sama Engkong Na'im! Kata Engkong anaknya di Condet sedang panen ubi dan salak. Makanya engkong dibawain banyak, yaa itu Edo dibagi karena bantuin Engkong!". Edo mengeluarkan salak dan mengupas kulitnya untuk Anya. Ibu menghampiri membawa pisau dan baskom serta tertawa sumringah.

"MasyaAllah,,, Allah maha baik mengabulkan doa anak sholih, ubi ini bisa kita buat kolak biji salaknya nak, sebab biji salak terbuat dari ubi dicampur dengan tepung". Ibu tertawa sambil mulai mengupas ubi dari dalam kantong kresek dan mereka tertawa geli masih mentertawakan biji buah salak tersebut.

Sore itu adalah sore terindah dalam hidup Edo yang bisa memberikan kolak biji salak penuh cinta bagi adiknya Anya atas hasil usahanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita ini sebenarnya based on True story,, dulu adik saya melakukan hal tsb diatas utk nyenengin adik bungsu kami, dgn kepolosan khas anak2 mengira kolak biji salak terbuat dr bijinya buah salak

29 Jul
Balas

Besok kalau saya ke Bogor, mau mencoba makan kolak biji salah ah!

27 Jul
Balas

Besok kalau saya ke Bogor, mau mencoba makan kolak biji salak ah!

27 Jul
Balas

Hehe... Jadi ingat almarhum bapak saya, paling suka sekali kolak biji salak

27 Jul
Balas



search

New Post