Nasihat Upin dan Ipin
Dalam episode ini, cerita diawali obrolan Upin dan Ipin bersama teman-temannya tentang “Sunatan”. Berhubung di antara kedua adik-kakak ini belum ada yang disunat, mereka bergegas ke rumah Mail yang pernah mengalaminya.
Mail diminta bercerita tentang pengalamannya itu, karakternya memang senang menakut-nakuti teman-temannya. Peristiwa yang biasa saja, ia dapat mendramatisir sehingga teman-temannya ketakutan. Termasuk dalam menceritakan pengalaman sunatannya, Mail mengajak pikiran teman-temannya untuk membayangkan sebuah ruang yang sangat mencekam dan dipenuhi dengan benda-benda tajam.
Ia menceritakan seorang dokter laki-laki mengasah pisau hingga tajam dan membawa gunting besar untuk memotong penisnya. Upin dan Ipin bersama teman-temannya menyimak serius cerita Mail, mereka pun sangat ketakutan membayangkannya.
Upin dan Ipin memberanikan diri untuk pergi disunat bersama seorang kakek yang sering dipanggilnya, “Datuk”. Dengan keadaan pura-pura lesu, mereka berangkat pagi hari dengan cerita Datuk yang lebih menyenangkan, bahwa jika seorang anak disunat banyak makanan di rumah. Termasuk ayam goreng yang disukai saudara kembar tersebut.
Seorang bidan yang berkerudung, mengabsen anak-anak yang disunat hari itu. “Ihsan,” teman mereka menjadi anak pertama yang dipanggil untuk masuk ke dalam ruang sunat. Dengan gagah berani, Ihsan pun berjalan menuju ruang sunat, beberapa langkah kemudian ia lari terbirit-birit. Teman-temannya pun heran, termasuk Upin dan Ipin.
Anak kedua yang dipanggil ialah Upin, ia berjalan dengan kepala tertunduk. Di depan pintu ruang sunat, Upin melihat punggung seorang dokter laki-laki yang seperti menyiapkan peralatan sunatnya. “Taraaaaaaaaaaaa...,” ketika membalikkan badan, ternyata bukan pisau dan gunting yang ditunjukkan sang dokter. Namun, sebuah permen berwarna pelangi yang diberikan kepada Upin. Setelah keadaan tenang, Upin diajak bicara oleh dokter tentang sekolah setingkat TK. Mereka bicara dengan akrab, Upin bercerita panjang lebar. “Silahkan keluar, Upin!” Suruh dokter. Upin merasa kaget karena disunat tidak semencekam yang diceritakan Ihsan. Upin pun keluar dari ruangan dengan kepala tegak dan menikmati permen pelanginya. Ipin dan teman-temannya yang belum mendapat giliran merasa tenang melihat sikap Upin yang baik-baik saja.
Sebelum berangkat, langit seperti ingin menumpahkan kegelisahannya dengan awan mendungnya yang bergelayutan. Ketika Khalifa (4 tahun), anak kedua saya, tiba-tiba meminta disunat setelah menonton Film Upin dan Ipin dalam episode yang menceritakan tentang “Sunatan”. Episode tersebut membuat penasaran, sebuah film kartun negara tetangga dapat menginspirasi anak Indonesia. Berarti filmnya keren, dong. Namun, tidak sempat ditonton via youtube, berhubung permintaannya ingin disunat begitu kuat hari itu juga.
Ia diantar ke Klinik Al-Mugni Leuwidahu. Melihat raut mukanya mulai berubah, suasana terasa mencekam. Sebab anak-anak yang keluar dari pintu ruang sunat dengan keadaan menangis dan berteriak-teriak mencari ibunya. Mungkin merasakan kegelisahan yang dialami Upin dan Ipin juga, hahaha.
“Khalifa!” seorang perempuan dari balik pintu memanggilnya setelah tiba sekitar lima belas menit di lokasi. Keadaan mulai sedikit rumit sebab pelukkan pada kaki bundanya sangat kuat . Ia ingin ditemani bundanya, sayang perempuan yang memanggilnya tidak memperkenankan siapa pun untuk menemani ke ruangan.
Ia tidak mau melepas cengkraman dari pelukkan bundanya, keadaan semakin sulit, sebab tangisannya mulai meledak. Dengan berat hati, kebijakan klinik diikuti dan membiarkan anak lelaki yang terinspirasi Upin dan Ipin itu masuk ke dalam ruangan dengan sedikit dipaksa.
Tangisannya masih terdengar pecah, samar-samar suaranya menghilang. Mereka pasti memiliki cara menaklukkan anak yang manja sekalipun. Entah seperti apa suasana di dalam ruangan. Orang-orang yang menunggu dengan hati berdebar, menunggu raut anak kecil yang keluar dari balik pintu. Peristiwanya tidak akan pernah lekang oleh waktu bagi anak laki-laki sepanjang hidupnya. Hujan lebat menyertai tanda tanya para penunggu di luar.
“Kreeekkk...” pintu dibuka tiba-tiba, wajah pucat keluar dengan biasa saja. Lalu meledak lagi ketika jatuh dipelukan bundanya. Selamat mengalami tahapan yang dilewati kehidupan laki-laki, Nak!
Horrrreeeee... anak laki-laki yang masih kecil itu telah menempuh fase yang cukup berat, tetapi kebahagiaan terpancar seiring hujan mulai reda hari itu. Ucapan selamat bertubi-tubi hinggap di pipi kiri dan kanan Khalifa dengan amplop berisi ketenangan dari saudara dan tetangga. Selamat, ya!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar