Wahyu MH

BUKU ADALAH KARTU NAMA TERBAIK...

Selengkapnya
Navigasi Web
ABU NAWAS DAN MATINYA INTERNET

ABU NAWAS DAN MATINYA INTERNET

Suatu ketika Abu Nawas didatangi seseorang yang mengadukan kondisi rumahnya yang kecil, sempit dan pengap. Rumah itu dihuni beberapa anggota keluarga, istri dan anak-anaknya.

Abu Nawas mulai memberikan petatah petitih. Dengan wajah serius menyarankan memasukan beberapa ekor ayam ke dalam rumahnya. Tanpa banyak tanya pemilik rumah menuruti apa yang disarankan Abu Nawas.

Beberapa hari kemudian orang itu datang menemui Abu Nawas, mengeluhkan kondisi rumah yang semakin sempit, pengap dan berbau.

Abu Nawas masih dengan raut wajah serius menyarankan untuk memasukan keledai ke dalam rumahnya. Tanpa banyak komentar, pemilik rumah memasukan keledai yang biasanya di taruh di luar. Tidak lama berselang, Ia kembali menemui Abu Nawas dengan wajah kecewa. Merasakan kondisi rumahnya yang bukan saja sempit, pengap dan berbau, melainkan juga berisik karena suara binatang.

Untuk ketiga kalinya pemilik rumah menemui Abu Nawas masih dengan wajah penuh kecewa. Abu nawas kembali menyarankan kepada pemilik rumah memasukan seekor unta ke dalam rumahnya. Tanpa pikir panjang, meski dengan penuh tanda tanya, pemilik rumah tetap menuruti saran Abu Nawas.

Keesokan harinya ia kembali menemui Abu Nawas mengeluhkan kondisi rumahnya bak neraka. Bukan saja mengeluh, kali ini ia marah dan mengancam Abu Nawas.

Dengan tersenyum Abu Nawas memerintahkan untuk mengeluarkan semua ayam dari dalam rumah. Tidak berselang lama pemilik rumah menjumpai Abu Nawas sambil tersenyum menyampaikan kondisi rumahnya yang sedikit lapang.

Lantas Abu Nawas memerintahkan mengeluarkan keledai. Beberapa hari kemudian, pemilik rumah mengunjungi Abu Nawas masih tetap tersenyum seperti sebelumnya. Mengabarkan kondisi rumahnya semakin luas dan lapang. Semua penghuninya mulai merasakan ketenangan.

Untuk yang terakhir kali Abu Nawas memerintahkan melepaskan unta dari dalam rumahnya. Si pemilik rumah tertawa puas atas nasehat Abu Nawas saat mereka bertemu. Ia mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga karena semua permasalahan telah berhasil diselesaikan oleh Abu Nawas. Wallahu alam bi sawab.

Kisah tersebut mungkin saja fiksi atau bisa jadi kisah nyata. Jika dianalisa, sejatinya kelapangan atau kesempitan yang dikeluhkan Pemilik rumah ternyata hanya ada dalam pikiran saja. Semua tingkah polah dikendalikan pikiran.Sekali lagi dalam pikiran.

Saat wilayah kami mengalami gangguan internet, yang menghendaki masyarakat yang terdampak untuk puasa berselancar di dunia maya selama beberapa hari. Tepatnya 38 hari terhitung sejak 30 April (bada shalat tarawih) hingga 8 Juni 2021 (usai makan siang). Kini internet telah pulih. Saya tidak ingin memperdebatkan penyebabnya. Wes, yang penting sudah bisa silaturahmi dengan aplikasi belanja online. Titik.

Saat kondisi jaringan internet mati total, sumpah serapah di sana-sini tidak lagi terbendung, saling bersahutan. Di berbagai komunitas, di warung kopi, di kantor pemerintah, kantor swasta, di perusahaan, di pusat-pusat perbelanjaan, di pasar, tidak terkecuali di level rumah tangga.

Dapat dimaklumi mereka tidak dapat lagi mengakses aktifitas rutin yang telah menjadi agenda harian, seperti mengakses medsos, youtube dan berbagai macam aplikasi.

Baiklah, mari kita kita kembali ke zaman baheula, saat dunia belum dikejutkan dengan euphoria internet. Kita semua dapat hidup normal dan berjalan apa adanya.

Lantas kita semua menyambut kehadiran internet dengan gegap gempita. Keberadaannya dianggap menghadirkan terobosan dan fenomena baru dalam berbagai aspek kehidupan. Aktifitas menjadi lebih mudah. Akses Informasi berserakan di berbagai belahan negeri antah berantah. Terlepas dari begitu banyaknya sisi positif, tidak sedikit juga yang memanfaatkan internet untuk melakukan praktek kriminalitas seperti penipuan.

Saat kita asyik masyuk dengan layanan internet yang mengharu biru, tiba-tiba kita mengeluh mencaci maki-nya yang tetiba saja mati total. Mungkin kisah Abu Nawas di atas menjadi pelajaran bagi kita, terlepas apakah itu cerita fiksi atau nyata, bahwa senang dan susah itu ternyata hanya ada dalam pola pikir semata.

Saat internet kembali on, sinyal melaju kencang, empat Ge (4G) menampakan batang hidungnya, kita bergembira dan bersuka cita. Saking sumringanyanya, banyak ibu-ibu yang salto. Ketahuilah, sebenarnya kita sedang berada pada suasana pra internet error. Tapi kita tetap bergembira seolah baru pertama kali mengenalnya.

Andai internet lumpuh dalam waktu lama, mungkin kita juga akan kembali terbiasa dengan kehidupan sebagaimana zaman dulu, dunia tanpa internet dan tanpa pernak-pernik informasi yang penuh dengan caci maki dan berita hoak di media sosial.

Selamat belanja online….

Jayapura, 8 Juni 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap tulisan opininya. Semangat literasi & selamat lebaran. Sudah like & follow

08 Jun
Balas

Terima Kasih, Pak Guru. Salam Kenal, Salam Literasi

09 Jun

Ulasannya menarik dan mendalam pak guru. Mantul.Salam kenal dan salam literasi

08 Jun
Balas

Terima kasih, Pak. Salam kenal dan Salam Literasi

09 Jun



search

New Post