Saat taget tercapai, saat mimpi menjadi kenyataan, lantas apa lagi yang harus dilakukan. Berhenti, dan hidup terombang-ambing tanpa ada lagi keinginan dan tujuan yang hendak diraih. Artinya hidup loh udah kelar, gitu. Tentu saja tidak.

Saat saya telah menuntaskan tantangan menulis 365 tanpa jeda beberapa waktu yang lalu dengan segala suka dan dukanya, tetiba tanpa angin tanpa hujan, saya berhenti menulis. Semua menjadi gelap tanpa arah. Padahal banyak momen-momen penting yang sangat layak untuk diangkat dalam bentuk tulisan. Semua itu merujuk kepada satu kata. Malas.

Betapa bodohnya saya telah menyia-nyaian potensi yang selama ini diperjuangkan dengan susah payah. Kebiasaaan menulis.

Hal terbaik adalah membuat target baru dan kembali bermimpi serta merealisasikannya tanpa syarat apapun.

“Kita baru pulang dari jihad kecil menuju jihad yang besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu.” Begitu Sabda Nabi saat pulang dari medan uhud. Jihad terbesar adalah melawan diri sendiri.

Benar juga apa yang dikatakan para arif bijaksana, “Musuh terbesar itu adalah melawan diri sendiri.” Itu yang saya rasakan saat target menulis setahun penuh tercapai.

Membuat target baru. Mungkin itu yang wajib dilakukan. Dengan membuat target baru, gairah hidup menjadi dinamis, lebih berenergi. Gairah baru menghadapi petualangan yang akan mengharu biru.

Saya ingin kembali menulis. Profesi yang pernah mengantarkan saya bersiraturahmi dengan rekan-rekan sesama penulis yang luar biasa, khususnya para gurusiner. Profesi yang telah menghasilkan puluhan sertifikat, usai mengikuti seminar, sosialisasi, diklat dan lomba menulis. Profesi yang telah menghasilkan beberapa buah buku.

Tabik.

Jayapura, 10 Januari 2022