Anak itu LIM, sedang asyik menonton siaran TVRI, ia duduk dengan tenang beralaskan tikar anyaman plastik di depan sebuah TV Hitam Putih 14 Inch, untuk tahun itu mungkin belum seberapa yang mempunyai TV di rumahnya, apalagi TV berwarna, stasiun TV saat itu baru ada TVRI belum ada yang lain seperti stasiun TV sekarang. Sesekali LIM (nama masa kecilnya) berdiri lalu mengambil sikap sempurna sambil menirukan adegan gaya orang yang ia tonton di TV itu. Suatu ketika ia berdiri lalu mengucapkan "hormaaat grak", diiringi dengan mengangkat tangan sebagai tanda sikap hormat. "Teeegaaaak Grak", kemudian ia turunkan tangannya mengambil sikap siap sempurna.

Ternyata acara di TV itu adalah Upacara Hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, ia senang melihat sosok tentara dengan pakaian, tanda pangkat dan tanda jasanya, bahkan membayangkan dirinya berada pada barisan pasukan berloreng. Sejak saat itu ia suka menirukan gaya tentara, gerakan baris berbaris dan mulai mengenal tanda pangkat tentara satu persatu. Ia juga suka melihat tentara berbaris dan gelar parade deville dengan berbagai alat persenjataannya. Berita tentang tentara adalah berita favoritnya, tak jarang ia keliling rumah sambil menirukan gerakan tentara. Hormaat senjataaa grak, tegaaak senjataa grak, majuuu jalan, hentii grak silih berganti ia perankan.

Tidak jauh dari rumah nenek anak itu di sebuah dusun bernama "Muara Manggung" ada sebuah markas tentara, dulunya Batalion 133 Yudha Sakti, bahkan kebun salak milik neneknya berbatasan langsung dengan markas tentara itu yang dibatasi oleh pagar kawat berduri. Ketika menemani nenek mengambil (panen) salak, terlihat gedung-gedung yang tersusun dengan rapi, di tengahnya ada sebuah lapangan yang sangat luas, mungkin tempat itu untuk upacara atau berkumpul, juga ada jalan-jalan membentuk persegi empat, lurus menghubungkan bangunan-bangunan yang ada di situ. Sesekali terdengar suara tembakan, dooor....dooor....dooor.

Di bawah alam sadarnya...ia bercita-cita menjadi seorang tentara...