WAHYU SAYEKTI

Wahyu Tri Sayekti M.Pd pernah mengajar di SMAN 1 SOOKO Mojokerto th 2000-2004, mengajar di SMPN 3 SARADAN kab.Madiun Th 2004-2005 dan SMPN 1 DAGANGAN kab.Madiun...

Selengkapnya
Navigasi Web
04. BIAS BIANGLALA

04. BIAS BIANGLALA

Ringkasan cerita lalu….

Memiliki keluarga yang tak sempurna merupakan beban yang berat bagi seorang gadis remaja bernama Riana. Namun sisa keluarga yang ia miliki kakak dengan kakek nenek yang memiliki kasih sayang yang luas bagaikan samudra adalah anugrah yang besar dan patut disyukurinya....

Rumah sederhana berpagar bambu disamping empang adalah temapt tinggal kakek dan nenek Riana. Pemandangan lingkungannya sangat sejuk dan apik karena masih alami dan tertata rapi walau jauh dari kata mewah. “Assallamuallaikum nek”,kata Riana mengucap salam setiba dirumah sederhana itu. Matanya mencari-cari dimana kakek dan neneknya. “Dimana ya nenek dan kakek”, gumam Riana ke pada kakaknya. “Apa lagi dikebun ya?” bisik Kak Ros ke telinga Riana.

Tiba-tiba dari balik jendela dapur terdengar suara yang bikin lega dua gadis tersebut. “Wallaikumsalam nduk,” jawab nenek sambil tergopoh-gopoh menghampiri cucu kesayangannya. “Ayo masuk nduk, sini duduk sama nenek di dapur, “seraya menarik dua tangan cucunya untuk duduk dibalai yang ada didapur. Nampak kebahagian terlukis diwajah wanita tua menyambut kehadiran dua cucunya yang selalu dirindukan. Sesekali terdengar suara tawa lepas dan belaian hangat yang ditujukan kepada dua gadis itu, sehingga nampak dari luar terdengar hangat pertemuan itu.

Tak lama kakek pun muncul dari balik pintu dapur sambil membawa ketela yang baru diambil dari kebun. Senyumnya pun tak kalah semeringahnya dengan nenek. Setelah meletakan cangkul dan mencuci tangan, sang kakek langsung memeluk kedua cucu yang sudah yatim piatu tersebut. Sebenarnya cucunya sering berkunjung atau sebaliknya kakek dan neneknya yang datang kerumah pondok kayu Riana. Tapi entahlah setiap bertemu pasti menjadi spesial.

“Kek, kedatanganku kesini ingin mengutarakan sesuatu ke nenek dan kakek,” kata Riana memandang dalam kearah orang tua itu. Ada rasa penasaran yang mendalam bagi kakek untuk segera mendengar berita dari cucunya itu. “Kalau boleh dan diijinkan Riana ingin mengikuti seleksi pertukaran pelajar yang diajukan oleh sekolah, kata Riana menuduk. Memang diakui Riana merupakan gadis pintar dan berprestasi disekolahnya. Siswa kelas 11 IPA 1 yang memiliki puluhan piala dan piagam yang tertempel didinding ruang tamu rumahnya. “Sebenarnya Riana sudah lama ingin menyampaikan ke kakek, tapi tugas sekolah banyak menyita waktuku,”kata Riana menuduk penuh penyesalan.

Suasan rumah kakek dan nenek langsung berubah, yang semula riuh canda tawa berubah sepi dan serius. Nampak wajah dua orang tua itu hanya memandang kelangit-langit rumah mereka. Ada kesan banggadan bahagia namun berat, maklumlah mereka hanya orang desa yang sederhana. Kadang untuk memutuskan mereka perlu waktu, sedangkan batas waktu pendaftaran oleh sekolah kurang dua hari lagi. “Kakek dan nenekmu orang bodoh nduk, tapi sebagai kakek yang jadi wakil orang tuamu tak bisa menghalangimu nduk,” kata kakek dengan mata berkaca-kaca……

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post