WANGSA

Lulus SPG Negeri Cirebon thn. 1988 Lulus D.2 IKIP Bandung Jurusan Pendidikan Seni Tari thn.1990 Lulus S.1 Pendidkan Seni Tari UPI Bandung thn. 2002 Mel...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu : Filosofis Pedati Gede Pekalangan

Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu : Filosofis Pedati Gede Pekalangan

FILOSOFI PEDATI CIREBON

(Sebuah Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu : Dosen Pengampu Prof. Drs. Jakob Sumardjo)

Disusun Oleh :

WANGSA, S.Pd. ( 1706497 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2017

Pembahasan

A. Nama Benda

Nama Bendanya adalah Pedati gede Ki Gede Pekalangan

“Pedati adalah semacam gerobak beroda dua ditarik sapi/kerbau. Dinding gerobak terbuat dari papan dan bagian atasnya seperti jeruji yang dicat warna merah, kuning, hitam, dan putih. Blora atau atap dari daun kelapa dengan bentuk suhunan panjang, Digunakan untuk mengangkut barang atau hasil bumi biasanya beroperasi malam hari untuk menghindari hewan penariknya dari panas. Persebaran alat transportasi ini di wilayah Cirebon, Indramayu, dan Majalengka “ (Katalog Pameran Museum, Kepurbakalaan, Seni dan Budaya:2007:22)

Pengertian Pedati pada katalog tersebut menerangkan Koleksi Museum Sri Baduga berupa Durastram Pedati yang berasal dari Cirebon.

Pengertian pada benda berupa Pedati Gede ini mempunyai deskripsi yang sama hanya pada pedati ini berukuran lebih besar dan rodanya berjumlah delapan.

B. Fungsi Benda

Fungsi Pedati Gede Ki Gede Pekalangan sebagai kendaraan Pangeran Cakrabuana untuk membawa logistic perang, pertanian, bahan bangunan masjid agung Sang Cipta Rasa dan menyebarkan agama Islam pada masa itu.

Pada masa sekarang benda tersebut sebagai benda pusaka cagar Budaya.

C. Struktur Benda

Pedati ini mempunyai ukuran panjang 8,6 meter, tinggi 3,5 meter dan lebar 2,6 meter. Pedati ini terbuat dari mayoritas kayu yang diambil dari daerah gunung jati seperti kayu jati, mahoni, lilin, kaboa dan cendana.

Secara stuktural Pedati terdiri dari Roda, badan pedati dan atap. Roda terbuat dari balok kayu atau bengkok yang dilapisi besi disebut simpa. Pada bagian tengah roda dipasang bola-bola yang terbuat dari kayu dan didalamnya terdapat as sebagai sumbu roda dapat berputar. Antara bola-bola dengan bengkok dipasangi jari-jari yang terbuat dari balok kayu.Badan pedati berbentuk segi empat, bidang kiri dan kanan terbuat dari susunan papan jati, membentuk dinding, sedangkan dasarnya terbuat dari papan kayu mahaoni. Bagian atas dinding dipasang ruji sebagai hiasan terbuat daribubutan kayu dicat warna kuning, putih, hitam dan merah.kiri kanan badan pedati tertancap besi yang disebut sunduk untuk menyangga(memperkuat) atap. Di sebelah kiri kanan badan bagian bawah terdapat bombom yang berfungsi sebagai memasang posong yaitu peralatan untuk menambatkan binatang penarik pedati. Atap disebut juga blora, terbuat dari daun kelapa, bambu dan seng dususun sedemikian rupa sehingga membentuk susunan berbentuk julang ngapak.

D. Pola Yang Terdapat pada Benda

Dalam budaya lokal, pola-pola hubungan itu dapat berdeda-beda yang semula bertolak dari ekologi ruang hidup mereka, seperti masyarakat peramu, masyarakat peladang, masyarakat pesawah, dan masyarakat maritime, tetapi kemudian dapat berubah atau menyesuaikan dengan cara berpikir atau pola hubungan makna dari luar lkalnya.(Jakob Sumardjo:1987:3)

Benda pedati Cirebon pada umumnya ini kalau dilihat dari fungsinya adalah digunakan sebagai alat pengangkut hasil pertanian. Si petani menggunakan pedati ini pagi-pagi berangkat ke sawah untuk bekerja dan sore hari pulang dengan membawa hasil pertaniannya berupa padi dengan menggunakan alat transportasi pedati. Unsur pola pedati adalah pola tiga karena pedati ini di digunakan dan fungsikan oleh masyarakat pertanian. Seperti apa yang dikatakan oleh Jakob Sumardjo dalam bukunya SUNDA Pola Rasionalitas Budaya :

“ Pola kesatuan tiga yang demikian itu juga dikenal di masyarakat Minang dengan ungkapan: tigo tungku sajajaran. Pada masyarakat Batak Toba dikenal sebagai dalihan na tolu. Kalau ditelusuri lebih jauh, ungkapan tradisional pola kesatuan tiga ini berkembang di masyarakat yang pada awalnya mengembangkan hidup dalam pertanian padi kering atau ladang (huma). Masyarakat yang demikian menghuni daerah perbukitan. ( Jakob Sumardjo:1987:6)

Demikian juga dengan keberadaan benda Pedati Gede Ki Ageng Pekalangan. Pedati ini digunakan oleh Pangeran Cakrabuana pada masa itu untuk mengangkut kayu Jati di perbukitan daerah Majalengka. Kayu Jati itu digunakan untuk membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Keraton Kasepuhan Cirebon.

E. Makna Filosofis pada Pola yang terdapat pada Benda

Filsafat yang tidak mengubah manusia dan tidak mengubah dunia, tidak banyak gunanya, Itulah sebabnya pujangga yang raja, Mangkunegara IV, menyatakan bahwa “ilmu (filsafat) itu terwujudnya lewat laku”. Di Sunda itulah yang disebut “lampah”. Hanya lampah, perbuatan nyata manusia, yang mengubah dunia ini. Tekad dan Ucap, keinginan dan pikiran, tidak akan mengubah apa pun kalau tidak dilaksanakan dalam perbuatan nyata. (Jakob Sumardjo:1987:45)

Mengacu pendapat di atas, filosofis pada pola yang terdapat pada Pedati Gede Ki Ageng Pekalangan bahwa manusia itu perlu berlaku lampah untuk mengubah dunia, terbukti dengan yang dilakukan pengguna pedati ini, beliau ( Pangeran Cakrabuana) mampu mengubah dunia dengan menghasilkan karya berupa Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang dibangun di wilayah keraton kasepuhan Cirebon. Dari tekad dan ucap, keinginan dan pemikiran para Wali Cirebon yang berkeinginan membangun Masjid dan dilaksanakan dengan laku lampah mereka maka terwujudlah bangunan Masjid Agung Sang Cipta rasa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menarik..

15 Oct
Balas

makasih

18 Oct

Luarbiasa.....hebat bapak...bagi2 ilmunya dong pa...lestarikan budaya kita...kalo bukan kita siapa lagi

11 Nov
Balas



search

New Post