Menjadi yang terbaik di kancah pendidikan nasional, seperti UTBK dan lainnya merupakan prestasi dan prestise yang amat dinantikan banyak sekolah. Apalagi jika selalu ada di jajaran 10 besar nasional, bahkan 5 besar. Kenyataan menunjukkan sekolah-sekolah papan atas tersebut bukan dalam hitung 1-2 tahun untuk mencapai hal itu, tetapi bisa 5-8 tahun baru bisa berada di atas dan mampu bertahan. Ada juga yang bisa ke papan atas, namun tenggelam di waktu-waktu berikut. Perlu upaya konsisten dan terintegrasi untuk mewujudkan hal itu. Kerjasama saling percaya dan iklash bagian penting dari hal tersbut. Pada bagian ini saya mencoba memberikan beberap trik agar mampu melesat ke jajaran atas nasional dan mampu bertahan.

Pertama : ekspos secara masif semua keberhasilan ananda, baik itu akademik atau pun akademik, ke media sosial yang ada di sekolah atau pun turunnanya, misalnya jaringan anak-anak atau pun jaringan orang tua. Menang lomba volley tingkat wilayah, sebarkan. Menang lomba baca puisi, viralkan. Masuk TIM KSN/OSN provinsi sebarkan… doakan dan minta dukungan semua warganet. Tanda-tanda kejatuhan prestasi sebuah sekolah, adalah menguburkan prestasi, preastasi harta terpendam, milik sekelompok orang, akhirnya masyarakat bertanya : katanya banyak yang di PTN mana datanya ? mana nama anaknya ? atau cuma dua orang yang gap year ? serius ?

Web sekolah percantik, berita terbaru dan selalu ada yang bisa ditampilkan. Salah satunya aktivitas di sekolah. KBM yang beraneka ragam dengan inovasi dan kreasi para guru. Viralkan di IG, Youtube, Tiktok bahkan reel. Media sosial merupakan solusi jitu di saat kini, dimana hampir 80% penduduk terjangkit gawai…. wkwkwkwkw.

keunggulan kebaikan dan prestasi akan menjadi benteng tangguh untuk menghilangkan hal-hal buruk atau hal lain yang kurang tepat ada di dunia pendidikan. Sehingga masyarakat membuat label yang baik : SMAN 8 Jakarta SEKOLAH PRESTASI. Itu misalnya. SMAN 12 Jakarta sekolah literasi. Biarkan masyarakat yang melabelkan dan mereka akan matian-matian mempertahankan pengetahuan tersebut. NGGAK MUNGKIN SMAN 8 tawuran… misalnya. Pernah mendengar SMAN 8 Jakarta tawuran nggak ? hhhehee

Kedua undang kerjasama bimbingan belajar atau bimbingan tes yang akan mengawal sekolah. Ada bagian kemampuan mereka yang tidak ada belum bisa diberikan guru sesuai kebutuhan siswa saat ujian masuk perguruan tinggi. Tugas kita memberikan konsep, latihan soal terbatas, memberikan motivasi dan menjaga harapan. Semenara di bimbingan belajar atau tes, ada kurikulum menuju nilai optimal sesuai Nilai Ambang Batas per Universitas, fakultas dan jurusan. Mereka punya sistem TO dari penggalian pemahaman hingga TO yang menganalisa tingkat kemampuan ekseksui mejawab soal HOTS. Mereka punya tim analisa antara kemampuan,minat dan daya juang. Bahkan mereka punya tim yang mendengarkan keluhan dan ide solusi sesuai dengan usia-usia siswa.

Karena jumlah siswa besar dari berbagai sekolah, sehingga bimbingan bisa membandingkan antara siswa dengan siswa, bahkan antar sekolah. Makin besar jumlah siswa dan makin beragam, maka makin bagus datanya. Jujur saja siswa makin PD jika tahu di kelas ada anak SMA mana saja. Buat saya sih istilah yang ikut jaminan atau tidak itu lebih kepada kenyaman siswa, ada kondisi yang berbeda setiap siswa. Silakan saja. Nyaman okey, nggak nyaman buat oley saja

Agar bisa masuk peringkat nasional UTBK : usahakan yang ikut UTBK anak-anak pintar alias selama ini sudah diCELUP dengan bimbingan dan pengayaan. Jangan banyak-banyak, 40-50 siswa saja. artinya siswa yang lain sudah di PTN jalur undangan SNMPTN, PPKB UI atau TS. Kalau ada siswa yang nilainya kurang saat TO di bimbel yang diselenggrakan sekolah, berani tidak mengeksekusi untuk jalur mandiri atau sekolah kedinasan ? Ini bagaimana caranya ?

Data nilai anak-anak tahun lalu terdata dengan baik, nilai rataan 5 semester, nilai TOnya jika ada, pilihannya dan diterima di mana. Termasuk data nilai UTBK yang mereka ikut. Data yang semakin banyak atau setiap tahun terdata dengan baik akan membantu untuk ekseskusi. Bukan dengan kalimat : seingat saya tahun lalu cuma dua… wkwkkwk. Pakai data lah. Nggak boleh ada kalimat, “anak ini dengan rataan sekian sudah aman.”… kepala loh botak… yaaa aman tahun lalu, tahun sekarang memangnya akan sama … beda kali.

Data nilai kelas 12 hingga semester 4 sudah ada, buat peringkat. Tentunya nilai dari sekolah,alias ledger yang dimiliki wakil kepala sekolah bidang kurikulum, bukan dari isian anak-anak di GF. Siapa yang berani jamin isian anak di GF benar ? Semeter 5 memang belum ada nilainya. Tapi dengan 4 semester sudah bisa kita alokasikan manakelompok yang eligible dan kelompok di luar itu. Dari yang eligibel pasti ada anak-anak yang akan ke PTLN, dekati mereka untuk tetap bisa ikut UTBK. Biasanya mereka adalah anak-anak yang pandai. Lumayan bisa menaikkan rata-rata raihan nilai UTBK sekolah.

Kawal yang eiligible untuk SNMPTN PPKB dan TS. Makin sukses, makin sedikit yang UTBK. Beri pengertian bahwa PTN bukan hanya UI, ITB dan UGM. Lihat sebaran hasil UTBK siswa diterima di PTN yang lain, jadikan pilihan untuk siswa di tahun ini.

Kelompok di bawah eligible perlu usaha lebih kuat, lebih lama dan lebih cerdas. Boleh jadi memang kemampua mereka di bawah rata-rata eligible. Tetapi dengan usaha pasti bisa menyamai bahkan melewati.Kawal dengan pilihan-pilihan yang logis dan besar harapannya.

Anak-anak yang berada paling bawah, bukan tanpa harapan. Berikan pemahaman bukan pemaksaan. Sekolah kedinasan bukan sesuatu yang jelek. Sekolah kedinasan bisa lanjut ke PTN. Agar bisa menjadi sarjana. Jalan panjang menuju cita-cita sesuatu yang biasa kok.