Oleh : Niswati Leman.

Pengajian Hari Jum'at lalu di rumah Elfi di Kampung Nipah. Alhamdulillah yang datang banyak di dukung cuaca yang begitu redup namun tidak hujan. Kemudian setelah selesai pengajian, aku memohon agar pengajian berikutnya di rumahku. Alhamdulillah disetujui ketua pengajian.d

Ketika pengajian di rumah, sungguh tragis sekali. Pasalnya aku tidak di temani siapa-siapa. Aku sendirian mengurus kesana-kemari. Dari memesan makan berat sampai ringan kukerjakan sendiri, maklum anak-anak semua berada di Medan. Namun,. Aku bahagia karena tugasku semua sudah terlaksana.

Pagi Jum'at, aku kedatangan pengawas yang mau memeriksa administrasi sekolah. Oh ho, pontang panting kesana kemari. Ceklis sana ceklis sini, akhirnya tuntas juga pemeriksaan itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB. Aku seperti kebakaran jenggot, pasalnya rumah di Labuhan Ruku belum disentuh sama sekali. Rumah sudah seperti hutan rimba dipenuhi rumput disana sini. Baik tampak depan maupun tampak samping. Namun, Apada ya karena waktu sudah tidak memungkinkan lagi, cukup disapu seadanya.

Habis luar ruangan sekarang masuk bagian dalam ruangan. Seperti kerja rodi terus berpacu membersihkan rumah yang di tinggal berminggu Minggu. Seperti gangsing putar sana putar sini kupel lantai yang penuh debu. Lumayan hasil air hitam pekat seperti layaknya secangkir kopi yang siap di sruput.

Satu karpet demi satu karpet mulai terpasang. Keringan yang bercucuran sudah tidak terhitung jumlahnya. Semua sudah tidak disadari karena berpacu dengan waktu.

Setelah karpet terpasang baru sadar kalau cemilan hidangan belum ada begitu juga air mineral. Alamak, pikirku. Badan sudah semakin sempoyongan, namun hati terus berontak, jangan cengeng dan jangan lemah, kamu pasti bisa.

Dengan menstater sepeda motor berwarna merah yang senantiasa setia menemaniku, kutancap sampai Simpang Geho dengan niat mau membeli keripik pisang dan keripik ubi. Sesampai di depan rumah pembuay keripik, kebetulan Ibu itu sedang menyapu rumahnya. Aku berkata, "ibu, saya mau beli keripik pisang dan keripik ubi". Ibu itu menjawab, "ala ibu, saya tidak jualan, karena saya sakit, ini baru saja baru sehat, Toko Ganda saja sudah ngebel ngebel minta pesanannya". Aku spontan menjawab, " semoga cepat sembuh ya Bu". Sambil aku putar arah dan berlalu dari pandangannya.

Aku hilang akal, ketika penjual buah lewat di depanku, aku langsung membeli buah pepaya, mangga, pisang dan jambu. Kemudian kiletakkan di piring. Kupikir ini jadilah daripada tidak ada cemilan. Suara sholat ajum'at hampir selesai, jantungku kembali berdetak tidak normal, kali ini lebih cepat dari biasanya. Aku teringat kalau nasi belum datang. Akupun bergegas menyusul ke Tanjung Tiram.

Kepergian ku ke Tanjung Tiram, ternyata teman pengajian yang berjumlah 4 orang sudah datang ke rumah. Mereka pada bingung, "kenapa rumahku sepi. Mengaji apa tidak ya. Mereka mengintip dari jendela, ternyata karpet sudah terpasang rapi. Ah, pasti pengajian lah di rumahku", kata mereka.

Selang beberapa menit aku tiba di rumah. Aku langsung meminta maaf pada mereka. Namun, mereka memaklumi keadaanku yang lagi sendiri di rumah ini. Dengan kupersilahkan masuk sembari rasa minta maaf ku yang bertubi tubi pada mereka, membuat mereka mengikhlaskan keadaan ini. Alhamdulillah teman pengjianku baik baik semua.

Acara di mulai, seperti biasa pengajian Yasin di kumandangkan begitu juga pembacaan tahlilnya. Setelah selesai membacakan Yasin dan tahlil, pak ustadpun datang. Ceramah langsung di mulai. Kamipun mendengarkan dengan seksama. Tanya jawabpun dimulai. Kali ini agak sedikit banyol. Suasana geeeer sesekali terjadi. Hingga pada akhir acara, doa penutup dilakukan. Aku meminta doa selamat kepada pak ustad, agar perjalananku nanti menuju Jakarta dan Semarang berjalan dengan lancar. Aamiin

Ujung Padang, 31 Oktober 2022