Oleh : Niswati LAN.

Malam ketiga mendiang Abangku Matsah. Pastinya acara kenduri. Baik di Medan maupun di Kampung Terusan. Untuk persiapan semua itu aku dan Kak Rajemah mondar-mandir kesana kemari, persis sebuah gangsing.

Dari sayur, ayam, mie, bumbu-bumbu komplit welit. Putar sana putar sini, bak pragawati sedang jalan diatas karpet. Wuuuf, capek deh. Setelah semua catatan belanjay terpenuhi kamipun go home.

Jam 09.00 WIB. Acara masak memasak segera dimulai. Untung ada yang bantu Kak Rajemah. Sementara aku dan suami pulang ke Ujung Padang mau menyelesaikan packing untuk keberangkatan ke Jakarta.

Setelah urusan di rumah selesai, kamipun balik lagi ke Kampung Terusan dengan diantar Sasa dan Suami. Sesampai disana, Alhamdulillah yang membantu bertambah 2 orang lagi. Heeem, jadi tambah cepat kerjanya. Sementara tugasku membeli ceting 130 buah, kertas coklat 1 bak, plastik seperempat 1,5 kg dan bla bla, bla. Belanja selesai kamipun segera balik ke rumah karena ceting sudah ditunggu.

Gotong royong memasukkan makanan ke ceting. Semua hening dan sepi dengan kesibukannya masing masing. Ada yang memasukkan tumis buncis, ada yang memasukkan mie goreng, ada yang memasukkan ayam semur Bali ada yang memasukkan aqua. Dan yang terakhir adalah memasukkan ke plastik asoi. Paket komplit pokoknya.

Maghrib telah selesai, saru persatu orang mulai berdatangan. Sepuluh menit rumah sudah full dengan massa. Tidak pakai lama, ustad memulai acara tahlil. Baca sana baca sini, setelah 30 Menit berlangsung, akhirnya pembacaan tahlil selesai. Petugas yang membagi bagikan bontot langsung tanggap. Mereka datang ke dapur mengambil tumpukan bontot dan membagi bagikan pada orang yang datang. Setelah semua kebagian, maka acarapun selesai. Kembali rumah mulai sepi. Tinggal Bang Husin dan Bang Budi yang makan di rumah.

Gema adzan isya tiba, Bang Husin dan Bang Budi bergegas menuju Masjid untuk melakukan sholat berjemaah. Tinggallah aku dan suami berdua di rumah Kak Nana. Begitulah cerita Kenduri di Malam Ketiga.

Ujung Padang, 10 November 2022