Welka Nelma, S.Pd

Welka Nelma, S. Pd. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mereka memang bukan dari rahimku(Part 13)

Mereka memang bukan dari rahimku(Part 13)

Hari ke 50

Tidur siang

Langit mendung tak turun hujan, suasana madrasahku seakan damai tak bertepi. Tiada hiruk pikuk pagi ini seperti biasanya. Suara – suara motor nan bikin gaduh sepertinya tidak jua menampakkkan batang hidungnya. Teriakan – teriakan si suara lantang jua tak kunjung datang. Aku benar – benar merasa sunyi.

“Mereka kemana ya. ?” Tanyaku dalam hati.

Aku pun kelimpungan sendiri. Kususuri sudut – sudut bangunan hijau ini untuk mencari mereka yang biasanya sudah bikin gaduh. Biasanya telah menjahiliku, tapi satu pun tak kutemui. Aku ingin sekali mereka di sini. Menemaniku untuk pagi ini. Bercerita kembali dengan berita – berita terbaru nan up to date.

Lawakan – lawakan mereka yang selalu membuat aku terpingkal geli. Segala rusuhku di rumah tadi tiada terasa setelah berjumpa mereka. Memang mereka luar biasa. Sakitku seakan berkurang bila mereka menghadang. Aku tidak pernah merasa gamang. Seakan ada kekuatan nan muncul di balik ragaku.

Entahlah. Datangnya dari mana aku pun tak tau. Yang ku tau di sisni aku bisa berbagi. Segala sepi bisa ku tepis. Segala gundah seakan menipis. Dahiku yang biasanya berkerut, sekarang tertata rapi sehingga alisku terlihat manis. Aku benar – benar merasa ada bersama mereka.

Tapi kini, entahlah. Pagi ini beda sekali. Aku kembali mengingat lagi sembari berdiri di sisi parkiran nan sepi. Hatiku tak lagi bersemi. Padahal bunga di taman madrasah kami hasil tanaman siswa sungguh asri. Letaknya tertata rapi. Tiada sampah yang menghampiri.

“Ibu Say…cantik sekali. Kok bengong sendiri? Boleh aku temani?” Gayanya yang centil membuyarkan lamunanku yang hampir saja kuakhiri.

“Ackh kamu. Kalo lagi maunya, pujian tinggi selangit. Kalo enggak, manyunmu mengalahi panjangnya moncong ikan air tawar.” Aku pun tak kalah menggodanya.

“Waduh. Ibuku kok tau ya? di rumah juga bilang begitu. Apalagi Adikku.” Jawabnya dengan nada sedikit membetulkan, walau rada – rada kesal.

Aku tersenyum seraya merangkulnya untuk ku ajak jalan. Kami asyik saja bergandengan tangan untuk sidak pagi ini. Menelusuri kelas – kelas kosong yang sudah di buka oleh penjaga madrasah. Seraya mencari sapu lidi untuk membersihkan pekarangan apel pagi.

Senyumnya yang sumringah membuat semangatku terus terpacu untuk menyambut yang lainnya. Sambil berceloteh panjang, aku terus saja menyapu daun – daun yang berguguran. Dengan sigap ia pun mengambil tong sampah untuk membantuku.

Gelak tawa kami seakan diikuti oleh kupu – kupu nan bertebangan. Ia ikut berlari ke sana ke mari megikuti gerak langkah kami. Aku tidak lagi sendiri. Menjelang bel berbunyi mudah – mudahan kerja kami selesai.

“Bu”. Tiba – tiba saja panggilan kecil dan singkat itu membuatku terpelongo. Tanpa ada sambungan kata berikutnya.

Ia tergeletak di tanah. Wajahnya pucat seketika. Jari – jemarinya begitu dingin. Bola matanya sayu. Suaranya lirih. Senyumnya hambar meringis menahan perih. Air matanya begitu pelan mengalir di sudut matanya nan mungil.

Aku bigung. Badanku gemetaran. Panikku meghantam. Suaraku tak kuasa keluar. Padahal rasanya aku telah berteriak kencang untuk minta tolong. Tak seorang pun jua datang membantuku. Anak yang ada di depan mataku terus saja merintih. Lantunan – lantunan ayat suci hafalannya terus saja ia baca.

“Sabar nak. Aku akan kuat membawamu ke rumah sakit. Engkau kuat, aku semangat. Bertahanlah.” Ucapku sebijaksana mungkin.

Padahal aku benar – benar ketakutan. Aku berusaha juga membopongnya untuk menuju ruang yang lebih layak. Keringatku bercucuran mengalir menganak sungai. Bajuku basah. Tetapi tetap saja aku berusaha memindahkannya.

Lagi – lagi belum ada juga yang datang. Penjaga madrasah yang tadi  kini pun menghilang. Ku panggil – panggil tidak ada sahutan. Cemasku kembali membuatku sermakin takut. Aku menangis. Ku biarkan saja ia seorang diri terletak di depan pintu ruang. Aku mencari bantuan.

Tapi, ntahlah. Benar – benar tidak ada juga yang hendak jadi pahlawan pagi ini. Aku meronta sambil berjalan kencang. Walau sesak napasku aku tetap saja untuk mencari sesuatu semoga bisa membantu siswaku.

Aku kembali ke dekatnya. Walau telah separo jalan. Aku tidak tega meninggalkannya seorang diri. Dia anakku. Nanti ada sesiapa yang mengganngunya, siapa yang akan membantunya. Biasanya dia kuat, tapi kini dia lemah. Dia sakit. Sakit yang tidak ku tau penyakitnya.

Aku mendekapnya kuat dan sangat erat. Lagi – lagi mencoba untuknya bertahan. Walau tubuhnya kini seakan terasa kaku ku rasa. Aku semakin ketakutan. Ntah apa yang terjadi kini dengannya. Padahal tadi dia begitu ceria. Aku berteriak kembali ke ujung gerbang.

Deru motor yang sangat kencang dari seorang rekan seprofesiku membuatku seakan ada bantuan. Aku bergegas berteriak memanggilnya. Suaraku sangat lantang. Tapi aku tidak juga bisa bergerak menghampirinya. Aku menangis kencaang.

“Toooooolong. Anakku sakit.” Aku berteriak sejadinya yang kini suaraku terdengar sampai ke ruang kelas sebelah.

Sehingga mereka yang asyik belajar berhamburan ke luar ruang. Kemudian  langsung mencari sumber suara. Panggilan kecil itu membuatku terbangun.

“ Ibuuuuuuuk. Ibuuuuuuuk. Bangun. Sudah masuk waktu dzuhur. Sholat yuuk.” Aku terjaga.

Ternyata disekelilingku telah ramai sekali peserta didik melihatku. Mukaku memerah. Rasanya malu yang bersangatan. Aku ketiduran begitu pulasnya di ruang UKM madrasah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kelelahan ya Bu...salam.

17 Apr
Balas

Kelelahan ya Bu...salam.

17 Apr
Balas

Kak Lusi...

17 Apr
Balas



search

New Post